nusabali

Hilang Ditelan Gelombang Saat Berburu Ikan

  • www.nusabali.com-hilang-ditelan-gelombang-saat-berburu-ikan

Musibah maut terjadi saat aktivitas berburu ikan menggunakan panah di pantai Banjar Nusu, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu, Karangasem, Senin (4/6) pagi.

AMLAPURA, NusaBali

Salah satu pemburu, Putu Williem Siertsema, 24, asal Banjar Lebah, Desa Kaliasem, Ke-camatan Banjar, Buleleng, hilang ditelan gelombang. Saat musibah terjadi, Sein siang pukul 09.30 Wita, korban Putu Williem Siertasema berburu ikan di perairan Banjar Nusu, Desa Sukadana bersama 10 rekannya. Rombongan pemburu ikan awalnya berjumlah 15 orang, semuanya berasal dari Banjar Lebah, Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar. Informasi di lapangan, korban Putu Williem bersama 14 rekan sekampung datang ke pesisir pantai Banjar Nusu, Desa Sukadana, Minggu (3/6) sore. Sebagian dari mereka langsung melaut sore itu, menyelam sambil berburu ikan menggunakan panah.

Minggu malam sekitar pukul 21.00 Wita, 4 orang dari 15 pemburu ikan ini pilih kembali ke kampungnya di Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar, Buleleng. Maka tinggal 11 orang yang berkemah di pantai Banjar Nusu, Desa Sukadana, termasuk korban Putu Williem.

Keesokan harinya, Senin pagi sekitar pukul 07.00 Wita, 2 orang dari 11 pemburu ikan ini bangun tidur dan langsung menyelam, yaknu I Komang Ardika, 25, dan Bayu Juniawan, 24. Setelah 1 jam menyelam dengan membawa panah dan tidak mendapatkan ikan, Komang Ardika pilih menepi ke darat. Sedangkan Bayu Juniawan masih di berada laut dalam jarak sekitar 100 meter dari bibir pantai.

Saat itu, sekitar pukul 08.00 Wita, barulah korban Putu Williem bersiap melaut sambil membawa panah untuk berburu ikan. Korban bersiap menyelam bersama 4 rekannya: Gede Wirawan, Ketut Darma, Putu Arika, dan Komang Agus. Mereka kemudian bergabung dengan Bayu Juniawan, yang sudah berburu sejak pukul 07.00 Wita. Sedangkan 4 rekan lainnya memilih berjaga-jaga di tenda kemah, yakni Kadek Adi, Made Partayasa, Made Widiatmika, dan Kadek Agus Surya.

Selama sekitar 1,5 jam menyelam di laut, korban Putu Williem dan 5 rekannya tidak kunjung mendapat ikan. Tepat pukul 09.30 Wita, tiba-tiba terjadi musibah, di mana korban Putu Williem hilang ditelan gelombang. Petaka yang menimpa korban pertama kali diketahui oleh Komang Ardika, yang sudah menepi di pinggir pantai. Komang Ardika curiga karena hanya menyaksikan pelampung dan panah milik korban Putu Williem tertinggal di laut, sedangkan pemiliknya lenyap.

Dari situ, rekan-rekan korban langsung berupaya melakukan pencarian, namun tidak membuahkan hasil. Dalam situasi panik, salah seorang rekan korban yakni Made Partayasa melaporkan kejadian ini ke Pos Pol Air Kecamatan Kubu, Senin siang pukul 11.30 Wita. Begitu mendapat laporan, petugas Pos Pol Air Kubu yang dipimpin Aiptu I Made Darsa terjun ke lokasi. Terlebih dulu, Aiptu Made Darsa berkoordinasi dengan petugas Polsek Kubu, Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem.

Jajaran Polsek Kubu yang dipimpin langsung Kapolsek AKP Made Suadnyana juga langsung terjun ke lokasi TKP. Demikian pula Pos Pencarian dan Penyelamatan Karangasem yang dipimpin I Wayan Suwena, tiba di lokasi TKP Senin siang pukul 13.00 Wita.

Namun, hingga kemarin sore, upaya pencarian korban Putu Williem belum membuahkan hasil. "Arah angin ke barat, menuju Buleleng. Kita sudah lakukan pencarian, tapi belum membuahkan hasil," ujar Koordinator Pos Pencarian dan Pertolongan Karangasem, I Wayan Suwena.

Sementara itu, segenap keluarga korban Putu Williem dari Desa Kaliasem, Kecamatan Banjar kemarin berdatangan ke pantai Banjar Nusu, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu untuk menunggu proses pencarian. Mereka menunggu dengan harap-harap cemas. Termasuk kedua orangtua korban, pasutri Pieter, 74 (keturunan Belanda) dan Luh Budiasih, 59. Istri korban, Desak Nyoman Darma Yunita, 23, juga datang bersama anak balitanya.

Ibunda korban, Luh Budiasih, kemarin sempat menggelar upacara ritual matur piuning di pantai Banjar Nusu, Desa Sukadana. Sedangkan istri korban, Desak Nyoman Darma Yunita, yang terpukul atas hilangnya sang suami, kemarin memilih mengurung diri di dalam mobil.

Kepada NusaBali, Desak Yunita mengakui sang suami selama ini tidak bekerja. Sedangkan dirinya bekerja jual beli alat-alat kecantikan. Menurut Desak Yunita, dirinya sempat gelisah dan tidak bisa tidur, Minggu malam. “Ternyata, padi pagi pukul 10.00 Wita (kemarin) saya dapat kabar kalau suami saya hilang di laut. Saya sangat sedih. Dari pagi saya tidak bisa makan,” tutur Desak Yunita sambil berkaca-kaca. “Saya sangat berharap suami saya segera ditemukan,” lanjut ibu muda berusia 23 tahun ini. *k16

Komentar