Wisatawan India Ikut Macaru
Duduki Bataran di Pura Dalem Pacekan Penestanan, Ubud
GIANYAR, NusaBali
Jagat dunia maya dihebohkan dengan postingan foto wisatawan asal India, Sushil Kumar yang duduk pada sebuah bataran tempat tirta di Pura Dalem Pacekan, Desa Pakraman Penestanan, Kecamatan Ubud, saat Umanis Galungan, Kamis (31/5). Akibatnya, postingan foto Kumar berbaju merah dan pakai kamben itu menuai beragam komentar dari nitizen.
Pihak desa pakraman langsung parum hingga sepakat menggelar Pacaruan Eka Sata, Senin (4/6), bertepatan dengan rahina Pamacekan Agung. Kumar yang pemeluk Hindu India ini pun ikut prosesi pacaruan. Dia mengenakan baju kuning dan kamben, ikut sembahyang bersama krama setempat. Bendesa Pakraman Penestanan, I Made Putra menjelaskan keikutsertaan Kumar itu merupakan inisiatifnya. "Sehari setelah viral di medsos, tamu ini mendatangi prajuru. Dia minta maaf, lalu kami sampaikan akan macaru. Dia pun minta izin mau ikut," jelasnya.
Saat ditanya, Kumar kepada prajuru mengaku tak sengaja melakukan kesalahan tersebut. "Tamu ini pas Galungan ikut sembahyang bahkan ikut ngiring sasuhunan melancaran. Besoknya dia datang lagi. Hanya saja pura dalam keadaan sepi," jelas Bendesa Made Putra.
Menurut penuturan Kumar kepada prajuru, saat memasuki pura dia tak melihat tanda larangan atau peringatan. Sehingga ketika menemukan bataran setinggi pinggang orang dewasa itu, dia menduduki dan berfoto. "Yang diduduki itu bukan palinggih, tapi bataran tempat jun (gerabah) tirta," jelas Bendesa.
Kata dia, setiap piodalan pengayah anak-anak biasa naik ke bataran ini untuk mengambil tirta. Kata dia, pacaruan tersebut untuk meneduhkan rasa krama atas kejadian itu. "Tidak ada sama sekali maksud pelecehan. Kata Kumar, tertarik duduk disana karena ada aura bagus. Dia tidak melihat ada tulisan larangan naik sehingga dikira bisa diduduki," terang Bendesa. Pun tanda pengumuman yang berada di sisi barat tangga menuju pura, menurut Kumar, tidak dilihatnya. "Setelah kami diskusi, dia menyarankan agar petunjuk larangan diperbanyak," ujarnya. Kumar liburan beberapa minggu di Bali dan menginap pada salah satu vila di Penestanan.
Jelas Bendesa I Made Putra, guna mengantisipasi kejadian serupa, pihaknya akan memperbanyak petunjuk. Namun pintu gerbang pura mustahil digembok karena pamangku, juru sapuh, dan krama sering tangkil (bersembah) ke pura. "Solusinya kami akan bahas kembali, bagaimana sebaiknya. Karena pura ini bukan objek wisata," jelasnya. *nvi
Jagat dunia maya dihebohkan dengan postingan foto wisatawan asal India, Sushil Kumar yang duduk pada sebuah bataran tempat tirta di Pura Dalem Pacekan, Desa Pakraman Penestanan, Kecamatan Ubud, saat Umanis Galungan, Kamis (31/5). Akibatnya, postingan foto Kumar berbaju merah dan pakai kamben itu menuai beragam komentar dari nitizen.
Pihak desa pakraman langsung parum hingga sepakat menggelar Pacaruan Eka Sata, Senin (4/6), bertepatan dengan rahina Pamacekan Agung. Kumar yang pemeluk Hindu India ini pun ikut prosesi pacaruan. Dia mengenakan baju kuning dan kamben, ikut sembahyang bersama krama setempat. Bendesa Pakraman Penestanan, I Made Putra menjelaskan keikutsertaan Kumar itu merupakan inisiatifnya. "Sehari setelah viral di medsos, tamu ini mendatangi prajuru. Dia minta maaf, lalu kami sampaikan akan macaru. Dia pun minta izin mau ikut," jelasnya.
Saat ditanya, Kumar kepada prajuru mengaku tak sengaja melakukan kesalahan tersebut. "Tamu ini pas Galungan ikut sembahyang bahkan ikut ngiring sasuhunan melancaran. Besoknya dia datang lagi. Hanya saja pura dalam keadaan sepi," jelas Bendesa Made Putra.
Menurut penuturan Kumar kepada prajuru, saat memasuki pura dia tak melihat tanda larangan atau peringatan. Sehingga ketika menemukan bataran setinggi pinggang orang dewasa itu, dia menduduki dan berfoto. "Yang diduduki itu bukan palinggih, tapi bataran tempat jun (gerabah) tirta," jelas Bendesa.
Kata dia, setiap piodalan pengayah anak-anak biasa naik ke bataran ini untuk mengambil tirta. Kata dia, pacaruan tersebut untuk meneduhkan rasa krama atas kejadian itu. "Tidak ada sama sekali maksud pelecehan. Kata Kumar, tertarik duduk disana karena ada aura bagus. Dia tidak melihat ada tulisan larangan naik sehingga dikira bisa diduduki," terang Bendesa. Pun tanda pengumuman yang berada di sisi barat tangga menuju pura, menurut Kumar, tidak dilihatnya. "Setelah kami diskusi, dia menyarankan agar petunjuk larangan diperbanyak," ujarnya. Kumar liburan beberapa minggu di Bali dan menginap pada salah satu vila di Penestanan.
Jelas Bendesa I Made Putra, guna mengantisipasi kejadian serupa, pihaknya akan memperbanyak petunjuk. Namun pintu gerbang pura mustahil digembok karena pamangku, juru sapuh, dan krama sering tangkil (bersembah) ke pura. "Solusinya kami akan bahas kembali, bagaimana sebaiknya. Karena pura ini bukan objek wisata," jelasnya. *nvi
Komentar