SMK Margaginawe Tak Buka PPDB
Persoalan utama adalah rendahnya animo calon murid baru, sehingga berimbas pada biaya operasional sekolah.
NEGARA, NusaBali
SMK Margaginawe Negara di Jalan Udayana, Kelurahan Baler Agung, Kecamatan Negara, Jembrana, tidak membuka penerimaan peserta didik baru (PPDB) untuk tahun ajaran 2018/2019. Pihak yayasan salah satu SMK swasta dengan dua jurusan, yakni Pembangunan dan Otomotif, ini menutup penerimaan siswa baru tahun ini, karena masalah keuangan dan rendahnya animo calon murid baru selama beberapa tahun terakhir.
Kepala SMK Margaginawe Negara Yohanes Budi Nurseto, mengatakan untuk tahun ajaran 2018/2019, sekolahnya kembali tidak membuka penerimaan siswa baru. Sementara untuk murid kelas X sebanyak 31 siswa (19 Pembangunan dan 12 Otomotif) dan kelas XI sebanyak 23 siswa (16 Pembangunan dan 7 Otomotif) yang akan naik ke kelas XI dan kelas XII, tetap dipertahankan untuk melanjutkan sekolah hingga lulus. “Kami tutup penerima siswa baru untuk tahun ini, sesuai keputusan dari yayasan. Kalau tahun depan kami belum tahu, apakah tetap tutup atau bagaimana,” katanya, Kamis (7/6).
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan penutupan satu-satunya SMK yang menyediakan kejuruan Pembangunan di Jembrana ini. Pertama, adalah rendahnya animo calon murid baru. Kedua, tingginya biaya operasional. Dan terakhir, berkaitan aturan tentang pembatasan rombongan belajar (rombel) untuk SMK minimal 15 siswa setiap kelas. “Masalah paling utama karena animo masyarakat sangat rendah. Sedangkan ada aturan satu rombel minimal 15 siswa, sementara jumlah siswa yang masuk setiap tahun ajaran baru kurang dari 15 orang,” ujarnya.
Rendahnya animo masyarakat itu, kata Nurseto, tentu sangat membebani operasional. Para siswa yang dipungut biaya sekolah Rp 250 ribu per bulan, tidak cukup untuk membiaya kegiatan belajar mengajar, terutama untuk tenaga pengajar yang sistem penggajiannya sama dengan pegawai negeri sipil (PNS). Bahkan hampir setiap tahun, keuangan minus hampir Rp 1 miliar.
“Selama ini, sebenarnya kami juga sudah berusaha bertahan dengan menerapkan subdisi silang, denga dibantu siswa yang mampu. Tetapi karena siswa juga semakin sedikit, tetap saja susah,” tambah Nurseto.
Untuk saat ini, ada tersisa sekitar 24 orang guru serta staf di SMK Margaginawe Negara yang telah berdiri sejak tahun 1987 ini. Mengenai kelanjutan tenaga di sekolah tersebut, tetap akan diserahkan ke pihak yayasan. Rencananya, untuk mengurangi beban operasional, sejumlah guru diberikan tawaran pensiun dini. Kemudian beberapa guru lainnya, rencana dipindahkan ke sekolah lainnya di bawah naungan yayasan. *ode
SMK Margaginawe Negara di Jalan Udayana, Kelurahan Baler Agung, Kecamatan Negara, Jembrana, tidak membuka penerimaan peserta didik baru (PPDB) untuk tahun ajaran 2018/2019. Pihak yayasan salah satu SMK swasta dengan dua jurusan, yakni Pembangunan dan Otomotif, ini menutup penerimaan siswa baru tahun ini, karena masalah keuangan dan rendahnya animo calon murid baru selama beberapa tahun terakhir.
Kepala SMK Margaginawe Negara Yohanes Budi Nurseto, mengatakan untuk tahun ajaran 2018/2019, sekolahnya kembali tidak membuka penerimaan siswa baru. Sementara untuk murid kelas X sebanyak 31 siswa (19 Pembangunan dan 12 Otomotif) dan kelas XI sebanyak 23 siswa (16 Pembangunan dan 7 Otomotif) yang akan naik ke kelas XI dan kelas XII, tetap dipertahankan untuk melanjutkan sekolah hingga lulus. “Kami tutup penerima siswa baru untuk tahun ini, sesuai keputusan dari yayasan. Kalau tahun depan kami belum tahu, apakah tetap tutup atau bagaimana,” katanya, Kamis (7/6).
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan penutupan satu-satunya SMK yang menyediakan kejuruan Pembangunan di Jembrana ini. Pertama, adalah rendahnya animo calon murid baru. Kedua, tingginya biaya operasional. Dan terakhir, berkaitan aturan tentang pembatasan rombongan belajar (rombel) untuk SMK minimal 15 siswa setiap kelas. “Masalah paling utama karena animo masyarakat sangat rendah. Sedangkan ada aturan satu rombel minimal 15 siswa, sementara jumlah siswa yang masuk setiap tahun ajaran baru kurang dari 15 orang,” ujarnya.
Rendahnya animo masyarakat itu, kata Nurseto, tentu sangat membebani operasional. Para siswa yang dipungut biaya sekolah Rp 250 ribu per bulan, tidak cukup untuk membiaya kegiatan belajar mengajar, terutama untuk tenaga pengajar yang sistem penggajiannya sama dengan pegawai negeri sipil (PNS). Bahkan hampir setiap tahun, keuangan minus hampir Rp 1 miliar.
“Selama ini, sebenarnya kami juga sudah berusaha bertahan dengan menerapkan subdisi silang, denga dibantu siswa yang mampu. Tetapi karena siswa juga semakin sedikit, tetap saja susah,” tambah Nurseto.
Untuk saat ini, ada tersisa sekitar 24 orang guru serta staf di SMK Margaginawe Negara yang telah berdiri sejak tahun 1987 ini. Mengenai kelanjutan tenaga di sekolah tersebut, tetap akan diserahkan ke pihak yayasan. Rencananya, untuk mengurangi beban operasional, sejumlah guru diberikan tawaran pensiun dini. Kemudian beberapa guru lainnya, rencana dipindahkan ke sekolah lainnya di bawah naungan yayasan. *ode
Komentar