Puluhan Hektare Sawah di Banjarasem Kekeringan
Puluhan hektare lahan pertanian di empat subak di Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt, tidak lagi bisa ditanami padi karena petani setempat kesulitan air. Lahan itu kini hanya bisa ditanami tanaman musiman.
SINGARAJA, NusaBali
Penyebab kecilnya pasokan air akibat terowongan sepanjang 400 meter di bawah ruas jalan mengalami pendangkalan (waled,red) parah. Data dihimpun, di Desa Banjarasem terdapat empat subak masing-masing Subak Pangkung Kunyit, Subak Yeh Anakan, Subak Mundul dan Subak Mekar Sari, dengan luas lahan pertanian sekitar 100 hektare. Dulunya, luas lahan sekitar 100 hektare itu bisa ditanami padi hingga dua kali. Namun beberapa tahun terakhir, luas lahan yang bisa ditanami padi sekitar 25 hektar. Sisanya hanya bisa ditanami tanaman musiman seperti kacang-kacangan dan umbi-umbian yang tidak membutuhkan air banyak. Kondisi ini akibat kecilnya pasokan air yang bersumber dari Tukad Saba menyusul terjadinya pendangkalan parah di sepanjang terowongan irigasi menuju lahan pertanian di empat subak di Desa Banjarasem. Panjang terowongan itu diperkirakan 400 meter.
Kelian Subak Pangkung Kunyit, Made Darmawan yang ditemui Kamis (7/6) di kantor Desa Banjarasem, membenarkan petani di subak-subak yang ada di Banjarasem kesulitan mendapat pasokan air. Dikatakan, kondisi itu telah terjadi sejak empat tahun terakhir. “Dulu memang bisa tanam padi dua kali setahun. Tetapi sekarang sebagian besar lahan persawahan itu hanya bisa sekali di saat musim penghujan. Yang bisa tanam padi dua kali itu paling hanya 25 hektare,” katanya.
Menurutnya, akibat kejadian itu, pihaknya bersama subak lainnya telah berkoordinasi dengan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida untuk memperbaiki terowongan termasuk membenahi bendung Tukad Saba. Hasil koordinasi itu, pihak BWS sudah menjanjikan menangani kesulitan air bagi petani di wilayah Desa Banjarasem, tahun ini.
Sementara Camat Seririt, Nyoman Riang Pustaka mengatakan, sejak terjadi kerusakan Bendung Tukad Saba pihaknya telah memfasilitasi subak bersama aparat desa untuk memohon perbaikan. Ini karena irigasi itu satu-satunya andalan untuk pertanian di wilayahnya. Dirinya juga was-was kalau kerusakan infrastruktur pertanian tidak diprioritaskan, bisa saja sawah di wilayahnya akan beralihfungsi. Sekarang saja, petani yang tidak mampu terpaksa hanya menanam palawija dan kalau yang memiliki modal lebih, maish bisa mengairi sawah dengan menggunakan mesin pompa untuk mengalirkan air sumur untuk mengairi sawah mereka. “Selain rusak karena tertimbun tanah longsor, salurannya juga dangkal karena sedimentasi. Kami sudah usulkan, tapi mungkin masih ada program yang lebih penting sehingga ini belum ditangani. Kami tetap memfasilitasi agar secepatnya itu dperbaiki karena infrastruktur vital untuk pertanian di daerah kami,” jelasnya. *k19
Penyebab kecilnya pasokan air akibat terowongan sepanjang 400 meter di bawah ruas jalan mengalami pendangkalan (waled,red) parah. Data dihimpun, di Desa Banjarasem terdapat empat subak masing-masing Subak Pangkung Kunyit, Subak Yeh Anakan, Subak Mundul dan Subak Mekar Sari, dengan luas lahan pertanian sekitar 100 hektare. Dulunya, luas lahan sekitar 100 hektare itu bisa ditanami padi hingga dua kali. Namun beberapa tahun terakhir, luas lahan yang bisa ditanami padi sekitar 25 hektar. Sisanya hanya bisa ditanami tanaman musiman seperti kacang-kacangan dan umbi-umbian yang tidak membutuhkan air banyak. Kondisi ini akibat kecilnya pasokan air yang bersumber dari Tukad Saba menyusul terjadinya pendangkalan parah di sepanjang terowongan irigasi menuju lahan pertanian di empat subak di Desa Banjarasem. Panjang terowongan itu diperkirakan 400 meter.
Kelian Subak Pangkung Kunyit, Made Darmawan yang ditemui Kamis (7/6) di kantor Desa Banjarasem, membenarkan petani di subak-subak yang ada di Banjarasem kesulitan mendapat pasokan air. Dikatakan, kondisi itu telah terjadi sejak empat tahun terakhir. “Dulu memang bisa tanam padi dua kali setahun. Tetapi sekarang sebagian besar lahan persawahan itu hanya bisa sekali di saat musim penghujan. Yang bisa tanam padi dua kali itu paling hanya 25 hektare,” katanya.
Menurutnya, akibat kejadian itu, pihaknya bersama subak lainnya telah berkoordinasi dengan pihak Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali Penida untuk memperbaiki terowongan termasuk membenahi bendung Tukad Saba. Hasil koordinasi itu, pihak BWS sudah menjanjikan menangani kesulitan air bagi petani di wilayah Desa Banjarasem, tahun ini.
Sementara Camat Seririt, Nyoman Riang Pustaka mengatakan, sejak terjadi kerusakan Bendung Tukad Saba pihaknya telah memfasilitasi subak bersama aparat desa untuk memohon perbaikan. Ini karena irigasi itu satu-satunya andalan untuk pertanian di wilayahnya. Dirinya juga was-was kalau kerusakan infrastruktur pertanian tidak diprioritaskan, bisa saja sawah di wilayahnya akan beralihfungsi. Sekarang saja, petani yang tidak mampu terpaksa hanya menanam palawija dan kalau yang memiliki modal lebih, maish bisa mengairi sawah dengan menggunakan mesin pompa untuk mengalirkan air sumur untuk mengairi sawah mereka. “Selain rusak karena tertimbun tanah longsor, salurannya juga dangkal karena sedimentasi. Kami sudah usulkan, tapi mungkin masih ada program yang lebih penting sehingga ini belum ditangani. Kami tetap memfasilitasi agar secepatnya itu dperbaiki karena infrastruktur vital untuk pertanian di daerah kami,” jelasnya. *k19
1
Komentar