Koleksi 100 Wayang Emas dari Majapahit dan 6 Tapel Gajah Mada
Versi Ida Pedanda Jungutan Manuaba mengatakan, kandungan emas dari 100 Wayang Emas warisan zaman Majapahit ini pernah diteliti kadar emasnya di sebuah Kantor Pegadaian kawasan Gianyar. Hasilnya, wayang ini terbuat dari emas berkadar 18-22 karat.
Sisi Lain Keberadaan Griya Peling di Desa Pakraman Padangtegal, Kecamatan Ubud, Gianyar
GIANYAR, NusaBali
Tak banyak orang tahu, Griya Peling di Banjar Padangtegal Kaja, Desa Pakraman Padangtegal, Kelurahan/Kecamatan Ubud, Gianyar menyimpan sekeropak wayang bernilai historis. Bukan main-main, wayang berjumlah 100 unit itu terbuat dari bahan emas. Wayang Emas ini diyakini sebagai warisan dari zaman Kerajaan Majapahit.
Wayang Emas berjumlah 100 unit ini dikoleksi dan dirawat dengan apik serta penuh kesucian oleh Ida Pedanda Gede Jungutan Manuaba, 62, sulinggih di Griya Peling. Dari ratusan wayang warisan Majapahit itu, belasan unit di antaranya terbuat dari hahan emas putih.
Selain 100 Wayan Emas warisan Majapahit, ada pula 6 topeng Gajah Mada---mahapatih Kerajaan Majapahit---di Griya Peling. Rinciannya, 3 tapel Gajah Mada berbahan emas kuning dan 3 tapel lainnya berbahan emas putih. Sekeropak Wayang Emas warisan Majapahit dan 6 tapel Gajah Mada tersebut amat disakralkan dan disimpan dalam sebuah kamar suci di Griya Peling.
Ida Pedanda Jungutan Manuaba mengatakan, kandungan emas dari 100 Wayang Emas ini sempat diteliti oleh penelusur warisan Majapahit yang khusus datang ke Griya Peling, Desa Pakraman Padangtegal. Caranya, dengan mengetes satu per satu wayang ini di sebuah Kantor Pegadaian kawasan Gianyar. Hasilnya, wayang ini terbuat dari emas kisaran 18 ka-rat hingga 22 karat. Demikian pula kadar emas untuk enam topeng Gajah Mada.
Dari segi bentuk, Wayang Emas yang disimpan di Griya Peling ini merupakan hasil karya seni rupa tiga dimensi. Pakem wayangnya merupakan paduan jenis wayang Bali dan wayang Jawa. Paduan itu, antara lain, terlihat dari rias busana figur wayang seperti Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sahadewa (Pandawa) dan Duryodana beserta adik-adiknya (Kurawa), yang khas pakem wayang Jawa. Namun, gelung (mahkota)-nya khas pakem wayang Bali. Sedangkan wajah figur wayang menyerupai wayang Jawa.
Tinggi Wayang Emas ini (untuk figur hingga kayonan) berkisar antara 20 cm hingga 25 cm, dengan panjang gagang rata-rata 10 cm. Ukuran fisik Wayang Emas ini relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan wayang Bali, yang tingginya kisaran 30 cm hingga 50 cm.
Ida Pedanda Gede Jungutan Manuaba mengungkapkan, banyak pihak yang heran dengan keberadaan Wayang Emas di Griya Peling, Desa Pakraman Padangtegal ini. “Apalagi, wayang yang terbuat dari bahan emas (baik warna kuning maupun putih) dalam jumlah cukup banyak, mencapai seratusan,” jelas Ida Pdanda Junguan ketika NusaBali berkunjung ke Griya Peling pada Anggara Umanis Kuningan, Selasa (5/6) lalu.
Menurut Ida Pedanda Jungutan, keberadaan Wayang Emas di Griya Peling ini bernuansa agak mistis. Kisah berawal ketika Ida Pedanda Jungutan didatangi salah seorang warga Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan awal tahun 2009 silam. Warga dari Gowa itu masih trah (keturunan) Majapahit, yang punya misi sebagai penyelamat benda-benda bersejarah warisan Kerajaan Majapahit.
Kepada Ida Pedanda Jungutan, warga Gowa tersebut mengaku menerima wangsit (petunjuk gaib) agar mengibahkan benda-benda warisan Majapahit berupa Wayang Emas yang dibawanya kepada sameton (keluarga) Griya Peling, Desa Pakraman Padangtegal.
Hibah Wayang Emas warisan Majapahit dimaksud, kata Ida Pedanda Jungutan, bukan untuk dimiliki, namun dilestarikan agar bermanfaat bagi kehidupan umat manusia, khususnya umat Hindu di Bali. Pada awalnya di tahun 2009, orang Gowa itu mengibahkan 25 Wayang Emas ke Griya Peling. Setahun kemudian pada 2010, orang Gowa tersebut kembali datang membawa 15 Wayang Emas.
Begitu seterusnya, setiap tahun ada Wayang Emas yang dibawa orang Gowa tersebut ke Griya Peling. Sampai tahun 2013, jumlah Wayan Emas warisan Majapahit yang disimpan di Griya Peling mencapai sekitar 100 unit. “Bukan hanya Wayang Emas yang dihibahkan orang Gowa itu, tapi juga 6 tapel Gajah Mada,” kenang Ida Pedanda Jungutan.
“Firasat orang Gowa ini sesuai dengan kebiasaan ayah saya, almarhum Ida Pedanda Putra Peling, yang sejak lama terpanggil untuk melestarikan benda-benda warisan Majapahit,’’ papar Ida Pedanda Jungutan.
Tak heran jika di Griya Peling juga terdapat keris bertahta emas yang merupakan warisan Majapahit. Selain itu, ada juga kursi Gajah Mada berbahan perunggu. Menurut Ida Pedanda Jungutan, penghibahan Wayang Emas warisan Majapahit dan topeng Gajah Mada ini bermakna sebuah tanggungjawab secara lahir dan bathin yang harus diemban pihak Griya Peling.
“Makanya, sekeropak Wayang Emas ini tidak bisa dipindahtangankan, apalagi sampai dijual. Untuk pemanfaatannya, kami izinkan kepada para dalang yang kami kenal untuk ngawayang lemah. Dengan catatan, wayang ini harus dijaga kesucian dan keamanannya,” jelas Ida Pedanda Jungutan.
Menurut Ida Pedanda Jungutan, sekeropak Wayang Emas warisan Majapahit ini kerap dipentaskan khusus untuk Wayang Lemah atau Wayang Gedog, serangkaian pelaksanaan upacara Manusa Yadnya, terutama otonan krama saat Wuku Wayang. Juga untuk pentas wayang serangkaian upacara Dewa Yadnya setingkat Karya Agung Mapedudusan. 7 lsa
1
Komentar