nusabali

Ratusan Hektare Lahan Terancam Tidak Produktif

  • www.nusabali.com-ratusan-hektare-lahan-terancam-tidak-produktif

Panjang saluran irigasi yang ditutup beton mencapai 30 meter dan disangga tiang beton cor. Lebar irigasi yang menyempit membuat pasokan air ikut  mengecil.

Pengembang Ingkar Janji Bongkar Penutup Irigasi Subak

SINGARAJA, NusaBali
Ratusan hektare lahan pertanian, di tiga desa bertetangga di Kecamatan Seririt dan Kecamatan Gerokgak, Buleleng, terancam tidak produktif lagi. Masalahnya saluran irigasi utama bagi lahan di ketiga desa bertetangga itu; Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt, serta Desa Tegallengga dan Desa Tukad Sumaga, Kecamatan Gerokgak, dibeton oleh pengembang perumahan.

Ironisnya, janji pihak pengembang membongkar beton penutup irigasi tidak terbukti. “Perjanjiannya ada dimana pihak pengembang sepakat membongkar beton dan mengembalikan lagi kondisi irigasi subak itu seperti biasa. Tapi sampai sekarang tidak ada pembongkaran,” ungkap Kelian Subak Pangkung Kunyit, Made Darmawan yang ditemui, Minggu (10/6).

Lokasi irigasi utama berada di saluran sekunder Tukad Saba yang ada di Desa Banjarasem, Kecamatan Seririt. Saluran irigasi utama itu mengairi beberapa subak yang ada di ketiga desa bertetangga itu, di antaranya Subak Pangkung Kunyit di Desa Banjarasem, Subak Buluh di Desa Tukad Sumaga, Subak Tegallenga, dan subak-subak lainnya di ketiga desa tersebut.

Di Subak Pangkung Kunyit saja, luas lahan pertanian yang memanfaatkan saluran irigasi tersebut mencapai 100 hektare. Belum lagi lahan pertanian di subak lainnya. Nah, oleh pengembang perumahan saluran irigasi utama yang tadinya memiliki lebar sekitar 2,5 meter telah ditutup dengan plat beton, kemudian mengurugnya.

Panjang saluran irigasi yang ditutup beton diperkirakan mencapai 30 meter. Parahnya lagi, selain mengurug, di tengah-tengah saluran irigasi, pengembang membuat tiang beton cor berukuran 40x40 centimeter, hingga lebar irigasi makin menyempit. Beton itu digunakan menopang plat beton. Kini di bagian atas plat beton telah diurug tanah, dijadikan areal perumahan. Bentuk irigasi itu pun yang tadinya terbuka menjadi terowongan.

Akibat penutupan itu, petani dari di ketiga desa bertetangga sudah melayangkan protes kepada pengembang, karena pasokan air mengecil. Mereka juga khawatir tidak dapat pasokan air seperti biasanya, ketika terowongan itu tersumbat sampah atau pendangkalan.

Kelian Subak Pangkung Kunyit, Made Darmawan mengungkapkan, berdasar kesepakatan yang difasilitasi pihak perbekel dan Kecamatan Seririt, pihak pengembang menyanggupi mengembalikan irigasi ke kondisi semula dengan membongkar plat beton. Kesepakatan itu ditandatangani pada Desember 2017.

“Waktu itu pihak pengembang yang diwakili oleh orang kepercayaan minta waktu dua hari untuk menyampaikan ke pemilik perumahan. Tetapi sampai saat ini tidak ada tindaklanjutnya. Irigasi subak juga tidak dibongkar,” tandasnya.

Sementara Kepala Dinas PUPR Buleleng, Ketut Suparta Wijaya mengatakan, pihaknya tidak punya kewenangan menegur apalagi membongkar penutupan saluran irigasi tersebut. Namun pihaknya siap memfasilitasi krama subak bertemu dengan BWS BP. “Karena ini kewenangannya BWS. Kalau menghadapi sedimen, kami bisa bantu pakai alat berat. Tapi karena masalahnya begini, tentu harus BWS yang turun tangan. Kami siap fasilitasi petani datang ke BWS,” tegas Suparta. *k19

Komentar