Trump dan Kim Akhiri Ketegangan AS-Korut
Kemarin Mereka Bikin Pertemuan Bersejarah
SINGAPURA, NusaBali
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-Un, membukukan sejarah, Selasa (12/6). Mereka menjadi pemimpin AS dan Korut pertama yang mengggelar pertemuan dan berjabat tangan, sembari melakukan negosiasi untuk menghentikan perseteruan nuklir yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Pertemuan bersejarah Donald Trump dan Kim Jong-Un kemarin digelar Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura. Ini menjadi pertemuan pertama antara pemimpin kedua negara setelah 70 tahun terlibat ketegangan. Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-Un mungkin bisa dibandingkan saat Presiden AS Richard Nixon berkunjung ke China tahun 1972, juga pertemuan Presiden AS Ronald Reagan dengan pemimpin (bekas) Uni Soviet Mikhail Gorbachev tahun 1986.
Pertemuan luar biasa Trump dan Kimp ini berlangsung setelah AS dan Korut sempat berada di ambang konflik setahun lalu, seiring hinaan dan ancaman perang yang saling dilontarkan Trump dan Kim, disertai beberapa kali ujicoba nuklir dan rudal yang dilakukan Korut.
Trump dan Kim, sebagaimana dilansir detikcom, kemarin muncul di depan media yang telah menunggunya sejak pagi di Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura. Mereka kemudian saling berjabat tangan dan tersenyum ke arah media. Keduanya berdiri bersisian selama beberapa menit guna memberikan kesempatan kepada media untuk mengambil gambar mereka.
"Senang bertemu Anda, Mr President!" ucap Kim dalam bahasa Inggris sesaat usai duduk bersebelahan dengan Trump. Sebelum pertemuan digelar, Kim dan Trump sempat memberi keterangan singkat ke media. "Saya merasa sangat baik. Kita bakal menjalani diskusi hebat dan sukses dengan luar biasa," ujar Trump. "Menjadi kehormatan bagi saya dan kami akan menjalin hubungan yang hebat nantinya. Saya tidak punya keraguan," lanjut Trump.
Pertemuan tatap muka antara Trump dan Kim, dengan hanya didampingi penerjemah masing-masing, diakhiri setelah berlangsung 41 menit. Keduanya berjalan ke salah satu balkon hotel dan melambaikan tangan ke arah media sambil tersenyum. Kepada wartawan yang menunggu di luar, Trump sempat menyebut pertemuan tatap muka berlangsung 'sangat, sangat baik'. "Hubungan luar biasa," katanya.
Usai menyapa wartawan, Trump dan Kim kembali masuk ke dalam ruangam, untuk menggelar pertemuan bilateral, dengan didampingi jajaran pejabat kedua negara. Presiden Trump didampingi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, dan Kepala Staf Gedung Putih John Kelly, serta seorang penerjemah.
Sedangkan Kim Jong-Un didampingi oleh Wakil Ketua Komisi Pusat Partai Pe-kerja Korea Kim Yong-Chol, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-Ho, dan Wakil Ketua Komisi Pusat Partai Pekerja Korea lainnya, Ri Su-Yong. Kim Yo-Jong, adik perempuan Kim Jong-Un yang mendampingi kakaknya ke Singapura, tidak ikut hadir.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Trump berkomitmen untuk memberikan jaminan keamanan bagi Korut. Sedangkan Kim Jong-Un mempertegas komitmen kuatnya untuk menuntaskan denuklirisasi Semenanjung Korea. Trump dan Kim melakukan pertukaran opini yang komprehensif, mendalam, dan tulus mengenai isu-isu terkait pembentukan hubungan baru AS-Korut, serta pembangunan perdamaian yang abadi dan kuat di Semenanjung Korea.
Dari pertemuan bilateral tersebut, diambul 4 butir kesepakatan penting. Pertama, AS dan Korut berkomitmen untuk membentuk hubungan baru AS-Korut sesuai keinginan rakyat kedua negara akan perdamaian dan kemakmuran. Kedua, AS dan Korut akan menggabungkan upaya-upaya mereka untuk membangun perdamaian yang abadi dan stabil di Semenanjung Korea.
Ketiga, menegaskan kembali Deklarasi Panmunjom 27 April 2018 lalu, Korut berkomitmen untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh Semenanjung Korea. Keempat, AS dan Korut berkomitmen untuk menemukan jasad-jasad para tahanan perang/yang hilang dalam tugas, termasuk pemulangan segera jasad-jasad yang telah teridentifikasi.
Presiden Trump menyatakan dirinya percaya pemimpin Korut, Kim Jong-Un, akan menepati poin-poin dalam pernyataan bersama yang telah mereka tandata-ngani. "Saya percaya. Saya pikir dia (Kim Jong-Un) ingin menyelesaikan persoalan," jelas Trump.
Trump juga menegaskan keyakinannya bahwa Kim akan 'menepati' isi dokumen yang telah ditandatangani bersama. "Saya pikir mereka (Korut, Red) tidak pernah memiliki keyakinan pada seorang Presiden, seperti yang mereka rasakan sekarang ini, untuk menyelesaikan persoalan dan pada kemampuan untuk menyelesaikan persoalan," katanya.
"Dia (Kim) sangat teguh pada fakta bahwa dia ingin melakukan ini (poin dalam pernyataan bersama). Saya pikir dia mungkin ingin melakukan ini sama besar atau bahkan lebih besar dibandingkan saya. Mereka (Korut Red) melihat masa depan cerah untuk Korut. Jadi, Anda tidak pernah tahu, bukan?"
Sebaliknya, Kim Jong-Un juga menyebut pertemuan bersejarah dengan Presiden Trump sebagai 'pendahuluan untuk perdamaian'. Dia menegaskan tekadnya untuk mewujudkan hal itu bersama-sama AS. "Seperti saya katakan sebelumnya, hingga saat ini, pihak lain tidak mampu mengupayakannya," ujar Kim. "Tentu akan ada kesulitan dalam perjalanannya, tapi mulai hari ini, sebuah hari dengan awal yang baik telah tercapai, saya bertekad memulai upaya besar bersama," imbuh Kim.
Sementara itu, Presiden Trump menyatakan pihaknya akan mengundang Kim Jong-Un ke Gedung Putih untuk kembali bertemu. Trump menyebut pertemuan kemarin membuat dirinya menjalin 'ikatan sangat spesial' dengan Kim, sehingga nantinya hubungan AS dan Korut akan sangat berbeda.
"Menjadi sebuah kehormatan untuk bisa bersama Anda," ujar Trump kepada Kim. "Orang-orang akan sangat terkesan dan orang-orang akan sangat senang dan kita akan mengatasi persoalan yang sangat berbahaya bagi dunia," imbuhnya. *
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong-Un, membukukan sejarah, Selasa (12/6). Mereka menjadi pemimpin AS dan Korut pertama yang mengggelar pertemuan dan berjabat tangan, sembari melakukan negosiasi untuk menghentikan perseteruan nuklir yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Pertemuan bersejarah Donald Trump dan Kim Jong-Un kemarin digelar Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura. Ini menjadi pertemuan pertama antara pemimpin kedua negara setelah 70 tahun terlibat ketegangan. Pertemuan Donald Trump dan Kim Jong-Un mungkin bisa dibandingkan saat Presiden AS Richard Nixon berkunjung ke China tahun 1972, juga pertemuan Presiden AS Ronald Reagan dengan pemimpin (bekas) Uni Soviet Mikhail Gorbachev tahun 1986.
Pertemuan luar biasa Trump dan Kimp ini berlangsung setelah AS dan Korut sempat berada di ambang konflik setahun lalu, seiring hinaan dan ancaman perang yang saling dilontarkan Trump dan Kim, disertai beberapa kali ujicoba nuklir dan rudal yang dilakukan Korut.
Trump dan Kim, sebagaimana dilansir detikcom, kemarin muncul di depan media yang telah menunggunya sejak pagi di Hotel Capella, Pulau Sentosa, Singapura. Mereka kemudian saling berjabat tangan dan tersenyum ke arah media. Keduanya berdiri bersisian selama beberapa menit guna memberikan kesempatan kepada media untuk mengambil gambar mereka.
"Senang bertemu Anda, Mr President!" ucap Kim dalam bahasa Inggris sesaat usai duduk bersebelahan dengan Trump. Sebelum pertemuan digelar, Kim dan Trump sempat memberi keterangan singkat ke media. "Saya merasa sangat baik. Kita bakal menjalani diskusi hebat dan sukses dengan luar biasa," ujar Trump. "Menjadi kehormatan bagi saya dan kami akan menjalin hubungan yang hebat nantinya. Saya tidak punya keraguan," lanjut Trump.
Pertemuan tatap muka antara Trump dan Kim, dengan hanya didampingi penerjemah masing-masing, diakhiri setelah berlangsung 41 menit. Keduanya berjalan ke salah satu balkon hotel dan melambaikan tangan ke arah media sambil tersenyum. Kepada wartawan yang menunggu di luar, Trump sempat menyebut pertemuan tatap muka berlangsung 'sangat, sangat baik'. "Hubungan luar biasa," katanya.
Usai menyapa wartawan, Trump dan Kim kembali masuk ke dalam ruangam, untuk menggelar pertemuan bilateral, dengan didampingi jajaran pejabat kedua negara. Presiden Trump didampingi Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, dan Kepala Staf Gedung Putih John Kelly, serta seorang penerjemah.
Sedangkan Kim Jong-Un didampingi oleh Wakil Ketua Komisi Pusat Partai Pe-kerja Korea Kim Yong-Chol, Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong-Ho, dan Wakil Ketua Komisi Pusat Partai Pekerja Korea lainnya, Ri Su-Yong. Kim Yo-Jong, adik perempuan Kim Jong-Un yang mendampingi kakaknya ke Singapura, tidak ikut hadir.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Trump berkomitmen untuk memberikan jaminan keamanan bagi Korut. Sedangkan Kim Jong-Un mempertegas komitmen kuatnya untuk menuntaskan denuklirisasi Semenanjung Korea. Trump dan Kim melakukan pertukaran opini yang komprehensif, mendalam, dan tulus mengenai isu-isu terkait pembentukan hubungan baru AS-Korut, serta pembangunan perdamaian yang abadi dan kuat di Semenanjung Korea.
Dari pertemuan bilateral tersebut, diambul 4 butir kesepakatan penting. Pertama, AS dan Korut berkomitmen untuk membentuk hubungan baru AS-Korut sesuai keinginan rakyat kedua negara akan perdamaian dan kemakmuran. Kedua, AS dan Korut akan menggabungkan upaya-upaya mereka untuk membangun perdamaian yang abadi dan stabil di Semenanjung Korea.
Ketiga, menegaskan kembali Deklarasi Panmunjom 27 April 2018 lalu, Korut berkomitmen untuk bekerja menuju denuklirisasi penuh Semenanjung Korea. Keempat, AS dan Korut berkomitmen untuk menemukan jasad-jasad para tahanan perang/yang hilang dalam tugas, termasuk pemulangan segera jasad-jasad yang telah teridentifikasi.
Presiden Trump menyatakan dirinya percaya pemimpin Korut, Kim Jong-Un, akan menepati poin-poin dalam pernyataan bersama yang telah mereka tandata-ngani. "Saya percaya. Saya pikir dia (Kim Jong-Un) ingin menyelesaikan persoalan," jelas Trump.
Trump juga menegaskan keyakinannya bahwa Kim akan 'menepati' isi dokumen yang telah ditandatangani bersama. "Saya pikir mereka (Korut, Red) tidak pernah memiliki keyakinan pada seorang Presiden, seperti yang mereka rasakan sekarang ini, untuk menyelesaikan persoalan dan pada kemampuan untuk menyelesaikan persoalan," katanya.
"Dia (Kim) sangat teguh pada fakta bahwa dia ingin melakukan ini (poin dalam pernyataan bersama). Saya pikir dia mungkin ingin melakukan ini sama besar atau bahkan lebih besar dibandingkan saya. Mereka (Korut Red) melihat masa depan cerah untuk Korut. Jadi, Anda tidak pernah tahu, bukan?"
Sebaliknya, Kim Jong-Un juga menyebut pertemuan bersejarah dengan Presiden Trump sebagai 'pendahuluan untuk perdamaian'. Dia menegaskan tekadnya untuk mewujudkan hal itu bersama-sama AS. "Seperti saya katakan sebelumnya, hingga saat ini, pihak lain tidak mampu mengupayakannya," ujar Kim. "Tentu akan ada kesulitan dalam perjalanannya, tapi mulai hari ini, sebuah hari dengan awal yang baik telah tercapai, saya bertekad memulai upaya besar bersama," imbuh Kim.
Sementara itu, Presiden Trump menyatakan pihaknya akan mengundang Kim Jong-Un ke Gedung Putih untuk kembali bertemu. Trump menyebut pertemuan kemarin membuat dirinya menjalin 'ikatan sangat spesial' dengan Kim, sehingga nantinya hubungan AS dan Korut akan sangat berbeda.
"Menjadi sebuah kehormatan untuk bisa bersama Anda," ujar Trump kepada Kim. "Orang-orang akan sangat terkesan dan orang-orang akan sangat senang dan kita akan mengatasi persoalan yang sangat berbahaya bagi dunia," imbuhnya. *
1
Komentar