Terjatuh Saat Berlatih, Atlet Paralayang Tewas
Cherly Aurelia (18), seorang atlet paralayang asal Desa Jatikebong, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, tewas terjatuh saat berlatih terbang di Gunung Banyak, Kota Batu, Selasa (12/6).
MALANG, NusaBali
Taufiq, salah satu master tandem di Gunung Banyak mengatakan, korban take off seorang diri sekitar pukul 07.30 WIB. Tidak lama setelah take off, korban terjatuh di sebuah perbukitan di kawasan Songgoriti. "Karena dia sudah bisa terbang sendiri, dia tidak tandem," katanya. Sementara itu, korban merupakan seorang atlet yang sudah memiliki lisensi PL 1 Novice Pilot yang dikeluarkan oleh Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Anton Widodo mengatakan, korban bersama sejumlah temannya berlatih terbang sejak Hari Sabtu (9/6). Korban jatuh saat berada di ketinggian sekitar 100 hingga 150 meter. Diduga, korban jatuh karena parasut yang digunakan kolaps.
"Hasil lidik kita, bahwa si korban ini, payungnya sudah sempat mengembang karena hembusan angin yang agak kencang sehingga membuat payung ini kolap menutup, sehingga membuat korban ini jatuh," katanya seperti dilansir kompas. Korban lantas dievakuasi dan dibawa ke Kamar Mayat Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata, Kota Batu.
Mia Ainisyah (19), teman korban mengatakan, Cherly berlatih terbang untuk ikut kejuaraan Paralayang Trip of Indonesia alias Troi di Trenggalek. Paralayang Jawa Timur angkat bicara soal tragedi menimpa atlet junior asal Jatigedong, Ploso, Kabupaten Jombang itu.
Ketua Paralayang Jawa Timur Arief Eko Wahyudi mengatakan kemarin merupakan hari terakhir latihan. Selesai latihan, rombongan tim termasuk korban berencana pulang kembali ke Jombang. "Ini hari terakhir, sejak Sabtu berlatih. Rencana akan pulang hari ini setelah latihan," ungkap Arief saat memberikan penjelasan kepada awak media, Selasa (12/6).
Dikatakan Arief, korban merupakan siswa yang sudah mengantongi sertifikat menjadi salah satu atlet aero sport atau paralayang. Pihaknya tengah menginvestigasi untuk memastikan penyebab jatuhnya korban. "Ada video dan foto yang diambil oleh penonton. Dari situ kami mencoba mencari apa yang terjadi," sambung Arief. *
Taufiq, salah satu master tandem di Gunung Banyak mengatakan, korban take off seorang diri sekitar pukul 07.30 WIB. Tidak lama setelah take off, korban terjatuh di sebuah perbukitan di kawasan Songgoriti. "Karena dia sudah bisa terbang sendiri, dia tidak tandem," katanya. Sementara itu, korban merupakan seorang atlet yang sudah memiliki lisensi PL 1 Novice Pilot yang dikeluarkan oleh Federasi Aero Sport Indonesia (FASI).
Kasat Reskrim Polres Batu, AKP Anton Widodo mengatakan, korban bersama sejumlah temannya berlatih terbang sejak Hari Sabtu (9/6). Korban jatuh saat berada di ketinggian sekitar 100 hingga 150 meter. Diduga, korban jatuh karena parasut yang digunakan kolaps.
"Hasil lidik kita, bahwa si korban ini, payungnya sudah sempat mengembang karena hembusan angin yang agak kencang sehingga membuat payung ini kolap menutup, sehingga membuat korban ini jatuh," katanya seperti dilansir kompas. Korban lantas dievakuasi dan dibawa ke Kamar Mayat Rumah Sakit Bhayangkara Hasta Brata, Kota Batu.
Mia Ainisyah (19), teman korban mengatakan, Cherly berlatih terbang untuk ikut kejuaraan Paralayang Trip of Indonesia alias Troi di Trenggalek. Paralayang Jawa Timur angkat bicara soal tragedi menimpa atlet junior asal Jatigedong, Ploso, Kabupaten Jombang itu.
Ketua Paralayang Jawa Timur Arief Eko Wahyudi mengatakan kemarin merupakan hari terakhir latihan. Selesai latihan, rombongan tim termasuk korban berencana pulang kembali ke Jombang. "Ini hari terakhir, sejak Sabtu berlatih. Rencana akan pulang hari ini setelah latihan," ungkap Arief saat memberikan penjelasan kepada awak media, Selasa (12/6).
Dikatakan Arief, korban merupakan siswa yang sudah mengantongi sertifikat menjadi salah satu atlet aero sport atau paralayang. Pihaknya tengah menginvestigasi untuk memastikan penyebab jatuhnya korban. "Ada video dan foto yang diambil oleh penonton. Dari situ kami mencoba mencari apa yang terjadi," sambung Arief. *
Komentar