12 Tahun Tarif Angdes Tak Terurus
Tarif yang diberlakukan sesuai kesepakatan antara sopir dengan penumpang.
AMLAPURA, NusaBali
Sejak tahun 2006 atau selama 12 tahun tarif angkutan desa (angdes) dan angkutan kota (angkot) di Karangasem tak terurus. Angdes dan angkot beroperasi maksimal hingga pukul 12.00 Wita. Dampaknya, warga kesulitan bepergian menggunakan jasa angkutan umum. Di Terminal Amlapura hanya segelintir angkutan masih lalulalang. Sedangkan di Terminal Subagan Amlapura, sama sekali tidak ada angkutan umum.
Angkutan umum masih ada mangkal di pedesaan, itu pun di saat pasar buka. Dari 30 trayek yang ada, jarang angkutan umum melintas. Kepala Dinas Perhubungan Karangasem, Ida Bagus Putu Suastika, mengakui belum pernah merevisi tarif angdes dan angkot di 30 trayek itu. “Penumpang sepi, kami tak pernah merevisi tarif angkutan,” ungkap IB Suastika, Rabu (13/6). Tarif yang diberlakukan sesuai kesepakatan antara sopir dengan penumpang, belakangan tarif kurang terpantau pemerintah.
Apalagi beberapa tahun terakhir jarang terlihat angkutan beroperasi. “Saat uji kir kendaraan, di sana terlihat angkutan masih aktif,” ungkapnya. IB Suastika menyebutkan, angkutan umum masih ada, hanya beroperasi di pagi hari melayani pedagang dan siswa. Selanjutnya beroperasi kembali di siang hari, menjemput siswa pulang sekolah. Jika ada sekolah yang belajar mulai siang pulangnya sore, angkutan umum juga beroperasi. Disebutkan, dari 30 trayek yang ada, diisi 645 armada. Armada paling banyak di trayek Amlapura-Manggis-Padangbai sebanyak 139 armada, Amlapura-Selat-Besakih 119 armada, Amlapura-Abang-Tianyar 66 armada, Amlapura-Bebandem-Selat 62 armada, dan Amlapura-Abang-Culik 60 armada.
Dari 30 trayek itu, sebanyak 9 trayek tanpa armada. Sehingga pada jalur-jalur itu warga kesulitan mencari angkutan umum. Kesembilan trayek itu yakni Amlapura-Bugbug-Asak, Amlapura-Bugbug-Manggis, Amlapura-Sidemen-Klungkung, Menanga-Klungkung, Ngis-Kusamba-Klungkung, Antiga-Kusamba-Klungkung, Pesangkan-Menanga-Klungkung, Pesangkan Sidemen-Klungkung, dan Pesangkan Sangkan Gunung lanjut menuju Desa Menanga-Klungkung.
Sopir angdes trayek Amlapura-Padangbai, I Made Suradnya, mengakui kondisi lesu, penumpang sepi sehingga membatasi beroperasi. “Kami beroperasi dari pukul 06.00 Wita hingga pukul 12.00 Wita. Masih ada penumpang tetapi tidak banyak,” ungkap sopir asal Lingkungan Jasri Kaler, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem ini. Begitu juga sopir angdes I Nengah Parna dari Banjar Beji, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, yang beroperasi di trayek Amlapura-Desa Bungaya, mengakui penumpang sepi, beroperasi hingga pukul 13.00 Wita. “Penumpang kebanyakan pedagang,” katanya. *16
Sejak tahun 2006 atau selama 12 tahun tarif angkutan desa (angdes) dan angkutan kota (angkot) di Karangasem tak terurus. Angdes dan angkot beroperasi maksimal hingga pukul 12.00 Wita. Dampaknya, warga kesulitan bepergian menggunakan jasa angkutan umum. Di Terminal Amlapura hanya segelintir angkutan masih lalulalang. Sedangkan di Terminal Subagan Amlapura, sama sekali tidak ada angkutan umum.
Angkutan umum masih ada mangkal di pedesaan, itu pun di saat pasar buka. Dari 30 trayek yang ada, jarang angkutan umum melintas. Kepala Dinas Perhubungan Karangasem, Ida Bagus Putu Suastika, mengakui belum pernah merevisi tarif angdes dan angkot di 30 trayek itu. “Penumpang sepi, kami tak pernah merevisi tarif angkutan,” ungkap IB Suastika, Rabu (13/6). Tarif yang diberlakukan sesuai kesepakatan antara sopir dengan penumpang, belakangan tarif kurang terpantau pemerintah.
Apalagi beberapa tahun terakhir jarang terlihat angkutan beroperasi. “Saat uji kir kendaraan, di sana terlihat angkutan masih aktif,” ungkapnya. IB Suastika menyebutkan, angkutan umum masih ada, hanya beroperasi di pagi hari melayani pedagang dan siswa. Selanjutnya beroperasi kembali di siang hari, menjemput siswa pulang sekolah. Jika ada sekolah yang belajar mulai siang pulangnya sore, angkutan umum juga beroperasi. Disebutkan, dari 30 trayek yang ada, diisi 645 armada. Armada paling banyak di trayek Amlapura-Manggis-Padangbai sebanyak 139 armada, Amlapura-Selat-Besakih 119 armada, Amlapura-Abang-Tianyar 66 armada, Amlapura-Bebandem-Selat 62 armada, dan Amlapura-Abang-Culik 60 armada.
Dari 30 trayek itu, sebanyak 9 trayek tanpa armada. Sehingga pada jalur-jalur itu warga kesulitan mencari angkutan umum. Kesembilan trayek itu yakni Amlapura-Bugbug-Asak, Amlapura-Bugbug-Manggis, Amlapura-Sidemen-Klungkung, Menanga-Klungkung, Ngis-Kusamba-Klungkung, Antiga-Kusamba-Klungkung, Pesangkan-Menanga-Klungkung, Pesangkan Sidemen-Klungkung, dan Pesangkan Sangkan Gunung lanjut menuju Desa Menanga-Klungkung.
Sopir angdes trayek Amlapura-Padangbai, I Made Suradnya, mengakui kondisi lesu, penumpang sepi sehingga membatasi beroperasi. “Kami beroperasi dari pukul 06.00 Wita hingga pukul 12.00 Wita. Masih ada penumpang tetapi tidak banyak,” ungkap sopir asal Lingkungan Jasri Kaler, Kelurahan Subagan, Kecamatan Karangasem ini. Begitu juga sopir angdes I Nengah Parna dari Banjar Beji, Desa Bungaya, Kecamatan Bebandem, yang beroperasi di trayek Amlapura-Desa Bungaya, mengakui penumpang sepi, beroperasi hingga pukul 13.00 Wita. “Penumpang kebanyakan pedagang,” katanya. *16
Komentar