Ngider Buana, Kerauhan dan Ngurek
Desa Pakraman Kesiman, Denpasar timur, kembali melaksanakan Upacara 'Ngerebong' di Pura Penataran Agung Petilan, pada Redite Medangsia, Minggu (17/6).
Kesakralan Tradisi Ngerebong di Kesiman
DENPASAR, NusaBali
Pelaksanaan tersebut dibarengi dengan melakukan 'ngider bhuana' selama tiga kali berlawanan dengan arah jarum jam yang dipercaga sebagai pembersihan pertiwi. Selain itu, kerauhan juga dialami para pepatih dan warga baik perempuan maupun laki-laki saat ngerebong dimulai.
Pelaksanaan Pangrebongan diawali dengan membawa pralingga yang terletak pada masing-masing banjar Desa Pakraman Kesiman sekitar pukul 14.30 Wita menuju ke Pura Musen yang dipercaya untuk nunas 'pesucian' atau meminta penyucian. Setelah selesai melakukan penyucian, pralingga tersebut langsung dibawa menuju Pura Penataran Agung Petilan sebagai tempat lokasi Pangrebongan.
Setelah seluruh pralingga berkumpul, rangkaian acara dilakukan dengan persembahyangan. Setelah keseluruhan rangkaian terselesaikan, Pangrebongan langsung dilakukan sekitar pukul 16.30 Wita. "Rangkaiannya cukup panjang, jadi kita mulai dari pukul 14.30 Wita dan puncaknya dimulai pada pukul 16.30 Wita. Jadi kami selesaikan rangkaian dari penyucian hingga sembahyang, baru kita bisa mulai," ungkap salah satu Mangku Pura Kahyangan Bajangan, Kesiman, I Made Karda.
Menurut Mangku Karda, puncak Pangrebongan dimulai dengan melaksanakan ngider bhuana sebanyak tiga kali dari dalam Pura Penataran Agung Petilan keluar mengitari Pura Agung ke arah kiri berlawanan jarum jam oleh pepatih dan rangda yang disucikan. Kerauhan pun tak terelakan, pepatih dan rangda mulai melakukan ritual menghujamkan keris ke dada mereka sambil berjalan dituntun oleh pamangku dan warga setempat.
"Mereka kerauhan, sambil ngider bhuana, di sanalah letak kesakralan ngerebong ini. Ngerebong bukan hanya dimaknai dengan hanya menghujamkan keris (ngurek) namun juga dengan rangkaian ngider bhuana diyakini untuk mensucikan jagat atau ngerebu gumi (membersihkan tanah atau pertiwi). Jadi semua itu tujuannya untuk mensucikan lembali alam semesta ini," jelas jero mangku Karda.
Lanjut Mangku Karda, setelah proses ini selesai, pihaknya berharap selain alam semesta, pikiran baik manusia juga dapat dibersihkan agar bisa berpikir jernih. "Kami harap semua untuk ke arah positif baik alam semesta, pertiwi, juga manusia yang hidup didalamnya. Walaupun ini dilakukan sama seperti tahun-tahun sebelumnya namun maknanya sangat luas," imbuhnya.
Untuk itu kata dia, pangrebongan yang sudah dilakukan dari ratusan tahun lalu ini agar bisa terus dilakukan guna mensucikan bumi ini. Para generasi saat ini juga diharapkan tidak meninggalkan tradisi ini agar terus tetap terjaga dan dilakukan. "Kami harapkan generasi kami tidak meninggalkan tradisi ini. Sebab, sudah turun temurun, selain itu tradisi spiritual ini juga sudah menjadi ciri khas Kelurahan Kesiman," ungkapnya. *m
1
Komentar