Belasan Siswa SMK di Bangli Tidak Naik
Persoalan yang dialami tidak jauh berbeda dengan SMKN 1 Bangli, dimana siswa yang tidak naik kelas tersebut absen puluhan kali, ada yang 40 kali bahkan sampai 70 kali.
BANGLI, NusaBali
Pada akhir tahun ajaran 2017/2018, belasan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bangli tidak naik kelas. Seperti halnya yang terjadi di SMKN 1 Bangli, SMKN 2 Bangli, sejumlah siswa tidak naik kelas lantaran absen yang melebihi batas maksimal dan nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Kepala SMKN 1 Bangli I Gede Aster didampingi Waka Kurikulum I Suedana mengungkapkan, siswa SMKN 1 Bangli yang dinyatakan tidak naik kelas sebanyak lima orang. Dimana siswa tersebut terdiri dari siswa kelas X program keasklian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) 2 sebanyak 2 orang dan siswa program keahlian Pemasaran 2 sebanyak 3 orang. Siswa tersebut tidak naik kelas karena nilai semeternya dibawah standar, selain itu siswa absen melebih batas maksimal.
Gede Aster menyebutkan salah satu siswa bisa tidak hadir tanpa keterang bisa sampai 52 kali, yang mana maksimal 9 kali. “Bila dihitung-hitung absen sampai dua bulan, kalau kondisi seperti ini sudah jelas siswa yang bersangkutan tidak bisa mengikuti kegiatan pebelanjaran yang berdampak pada kemampuan siswa. Setelah dilakukan ulang semester, dari nilai sehari-hari sudah tidak memenuhi ketentuan untuk bisa naik kelas,” terangnya, Kamis (14/6) lalu.
Diakui, pihaknya sudah berupaya melakukan pendekatan dengan siswa yang bersangkutan, bahkan mendatangi ke tempat tinggalnya. Bila ada siswa yang alfa tiga kali, pihak sekolah mulai melakukan pendekatan. Hanya saja untuk kasus ini pembinaan yang dilakukan oleh sekolah terkesan diabaikan oleh siswa tersebut. “Kami sudah lakukan pendekatan, pembinaan seraca berkelanjutan, dan kami sudah sempat memanggil orang tua siswa,” ujarnya seraca mengatakan orang tua siswa yang tinggal di luar Bali sudah dihubungi via telepon.
Disinggung terkait kelanjutan pendidikan para siswa yang tidak naik kelas, Gede Aster menyampaikan bila siswa tersebut bisa melanjutkan pendidikan dikelas yang sama. Namun bila ingin jurusan lain atau pindah jurusan bisa saja, untuk itu harus mengikuti pendaftaran bersamaan dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB). “Kalau mau pidnah jurusan harus daftar ulang seperti calon siswa baru lainnya, kalau masih tetap ingin melanjutkan pada jurusan semula, nantinya langsung mengikuti kegiatan pembelajaran dijurusan tersebut,” jelasnya.
Dilokasi terpisah Kepala SMKN 2 Bangli I Wayan Suparta mengungkapkan tahun ini ada sembilan siswa yang tidak naik kelas. Persoalan yang dialami tidak jauh berbeda dengan SMKN 1 Bangli, dimana siswa yang tidak naik kelas tersebut absen puluhan kali, ada yang 40 kali bahkan sampai 70 kali. “Tentu kami harus mengambil sikap yang tegas, agar siswa ini bisa berubah agar lebih rajin belajar,” terang Wayan Suparta yang juga Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK.
Disampaikan pula, apa yang dilakukan sekolah adalah upaya meningkatkan kwalitas pendidikan, agar tidak siswa yang nilai dibawah standar asal dinaikan. “Kami tidak ingin asal-asalan, bila memang belum memenuhi standar alangkah baiknya diulang kembali,” sebutnya seraya mengatakan agar siswa rajin malah ikut terpengaruh melihat teman yang malas saja bisa naik kelas. Sementara untuk keselurahan siswa SMK di Bangli yang tidak naik kelas, Wayan Suparta mengaku belum menerima data sepenuhnya. “Belum semua dilaporkan, sehingga kami belum memang data utuh,” imbuhnya.
Dikonfirmasi terpisah Ketua MKKS SMA, I Ketut Ada, mengatakan untuk ditingkat SMA di Bangli seluruh siswa dinyatakan naik kelas. “Tahun ajaran ini semua naik kelas untuk siswa SMA,” ujarnya singkat. *e
Kepala SMKN 1 Bangli I Gede Aster didampingi Waka Kurikulum I Suedana mengungkapkan, siswa SMKN 1 Bangli yang dinyatakan tidak naik kelas sebanyak lima orang. Dimana siswa tersebut terdiri dari siswa kelas X program keasklian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) 2 sebanyak 2 orang dan siswa program keahlian Pemasaran 2 sebanyak 3 orang. Siswa tersebut tidak naik kelas karena nilai semeternya dibawah standar, selain itu siswa absen melebih batas maksimal.
Gede Aster menyebutkan salah satu siswa bisa tidak hadir tanpa keterang bisa sampai 52 kali, yang mana maksimal 9 kali. “Bila dihitung-hitung absen sampai dua bulan, kalau kondisi seperti ini sudah jelas siswa yang bersangkutan tidak bisa mengikuti kegiatan pebelanjaran yang berdampak pada kemampuan siswa. Setelah dilakukan ulang semester, dari nilai sehari-hari sudah tidak memenuhi ketentuan untuk bisa naik kelas,” terangnya, Kamis (14/6) lalu.
Diakui, pihaknya sudah berupaya melakukan pendekatan dengan siswa yang bersangkutan, bahkan mendatangi ke tempat tinggalnya. Bila ada siswa yang alfa tiga kali, pihak sekolah mulai melakukan pendekatan. Hanya saja untuk kasus ini pembinaan yang dilakukan oleh sekolah terkesan diabaikan oleh siswa tersebut. “Kami sudah lakukan pendekatan, pembinaan seraca berkelanjutan, dan kami sudah sempat memanggil orang tua siswa,” ujarnya seraca mengatakan orang tua siswa yang tinggal di luar Bali sudah dihubungi via telepon.
Disinggung terkait kelanjutan pendidikan para siswa yang tidak naik kelas, Gede Aster menyampaikan bila siswa tersebut bisa melanjutkan pendidikan dikelas yang sama. Namun bila ingin jurusan lain atau pindah jurusan bisa saja, untuk itu harus mengikuti pendaftaran bersamaan dengan penerimaan peserta didik baru (PPDB). “Kalau mau pidnah jurusan harus daftar ulang seperti calon siswa baru lainnya, kalau masih tetap ingin melanjutkan pada jurusan semula, nantinya langsung mengikuti kegiatan pembelajaran dijurusan tersebut,” jelasnya.
Dilokasi terpisah Kepala SMKN 2 Bangli I Wayan Suparta mengungkapkan tahun ini ada sembilan siswa yang tidak naik kelas. Persoalan yang dialami tidak jauh berbeda dengan SMKN 1 Bangli, dimana siswa yang tidak naik kelas tersebut absen puluhan kali, ada yang 40 kali bahkan sampai 70 kali. “Tentu kami harus mengambil sikap yang tegas, agar siswa ini bisa berubah agar lebih rajin belajar,” terang Wayan Suparta yang juga Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMK.
Disampaikan pula, apa yang dilakukan sekolah adalah upaya meningkatkan kwalitas pendidikan, agar tidak siswa yang nilai dibawah standar asal dinaikan. “Kami tidak ingin asal-asalan, bila memang belum memenuhi standar alangkah baiknya diulang kembali,” sebutnya seraya mengatakan agar siswa rajin malah ikut terpengaruh melihat teman yang malas saja bisa naik kelas. Sementara untuk keselurahan siswa SMK di Bangli yang tidak naik kelas, Wayan Suparta mengaku belum menerima data sepenuhnya. “Belum semua dilaporkan, sehingga kami belum memang data utuh,” imbuhnya.
Dikonfirmasi terpisah Ketua MKKS SMA, I Ketut Ada, mengatakan untuk ditingkat SMA di Bangli seluruh siswa dinyatakan naik kelas. “Tahun ajaran ini semua naik kelas untuk siswa SMA,” ujarnya singkat. *e
Komentar