Desa Pakraman Beraban Gelar Upacara Mendak Siwi
Rangkaian Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Padudusan Agung, lan Mupuk Pedagingan di Kahyangan Pura Dalem Prabu dan Pura Prajapati, krama Desa Pakraman Beraban, Kecamatan Kediri, Tabanan, melaksanakan upacara Mendak Siwi pada Saniscara Paing Langkir, Sabtu (16/6) sore.
TABANAN, NusaBali
Upacara yang dipuput oleh dua pandita dan pamangku kahyangan berlangsung sakral dan penuh khidmat. Ketua Panitia Acara I Made Sumawa didampingi Humas I Nyoman Sukanada menjelaskan, upacara Mendak Siwi digelar serangkaian dudonan Karya Agung Mamungkah, Ngenteg Linggih, Padudusan Agung, lan Mupuk Pedagingan di Kahyangan Pura Dalem Prabu dan Pura Prajapati, Desa Pakraman Beraban pada Sukra Kliwon Pujut, Jumat (29/6) Juni mendatang. “Dalam upacara ini seluruh Desa Pakraman Beraban yang terdiri dari 15 banjar terlibat,” ujarnya.
Kata dia, sebelum upacara Mendak Siwi digelar, di hari yang sama pada pukul 09.00 telah dilakukan upacara Melaspas Bagio Pulo Kerti, Dansil, Pedagingan, dan Ampilan yang dipimpin oleh Ida Pedanda Griya Taman Blayu dan dilanjut Upacara Nedunang Ida Bhatara Saking Payogyan dipimpin oleh Ida Rsi Griya Tegal dan pamangku Pura Kahyangan. “Upacara yang sama sudah tiga kali dilakukan, terakhir tahun 1991,” ungkap Sumawa.
Upacara Mendak Siwi dimaksud adalah upacara mendak pakuluh di Pura Besakih, Pura Dalem Ped, Pura Batukaru, Pura Tanah Lot, dan Pura Pakendungan. Setelah dipendak, seluruhnya ditempatkan di Dangin Sawen areal Pura Kahyangan Dalem Prabu yang terlebih dahulu disambut dengan Tari Rejang dan Baris Gede.
Sukanada menambahkan mendak siwi yang dimaksud adalah nunas pakuluh (tirta) ke pura-pura terbesar di Bali. “Pakuluh tersebut diletakkan di Pura Dangin Bingin, lalu dipendak untuk dibawa kembali ke Pura Kahyangan Dalem Prabu untuk digunakan pada puncak karya dengan cara diarak bersamaan dengan dansil,” jelasnya.
Dansil merupakan kelengkapan upacara menyerupai meru. Ada yang tumpang satu, tiga, lima, dan sembilan. Dansil ini dibuat oleh krama Desa Pakraman Beraban, di dalamnya terdapat isi bumi.
Menurut Sumawa, karya Ngenteg Linggih Padudusan Agung lan Mupuk Pedagingan dilakukan karena sebelumnya ada perluasan areal Pura Dalem Prabu sekaligus perluasan lahan di areal Beji Telepud hingga menjadi 14 are dengan membeli lahan krama.
Dan sesuai dengan kesepakatan ada pula renovasi palinggih yang ada di Pura Kahyangan Dalem Prabu, Pura Prajapati, dan Pelinggih di Beji. “Selama pembangunan dan perluasan diperlukan waktu selama tujuh tahun secara bertahap dengan total anggaran hampir dari Rp 25 miliar,” jelasnya. “Dudonan karya kami awali pada Anggara Umanis Wariga, Selasa (1/5), dengan kegiatan matur piuning, guru piduka, dan nyukat genah,” tandas Sumawa.
Selama karya berlangsung akan dipuput oleh delapan sulinggih di antaranya, Ida Rsi Griya Tegal Nyitdah, Ida Rsi Griya Gablogan, Ida Pedanda Griya Taman Blayu, Ida Pedanda Griya Perean Kediri, Ida Pedanda Griya Buda Jadi, Ida Rsi Griya Tumbak Bayuh, Ida Pedanda Griya Jumpung Sandan, Ida Pedanda Griya Beji Pejaten dan Penganceng Puri Kediri. *d
Kata dia, sebelum upacara Mendak Siwi digelar, di hari yang sama pada pukul 09.00 telah dilakukan upacara Melaspas Bagio Pulo Kerti, Dansil, Pedagingan, dan Ampilan yang dipimpin oleh Ida Pedanda Griya Taman Blayu dan dilanjut Upacara Nedunang Ida Bhatara Saking Payogyan dipimpin oleh Ida Rsi Griya Tegal dan pamangku Pura Kahyangan. “Upacara yang sama sudah tiga kali dilakukan, terakhir tahun 1991,” ungkap Sumawa.
Upacara Mendak Siwi dimaksud adalah upacara mendak pakuluh di Pura Besakih, Pura Dalem Ped, Pura Batukaru, Pura Tanah Lot, dan Pura Pakendungan. Setelah dipendak, seluruhnya ditempatkan di Dangin Sawen areal Pura Kahyangan Dalem Prabu yang terlebih dahulu disambut dengan Tari Rejang dan Baris Gede.
Sukanada menambahkan mendak siwi yang dimaksud adalah nunas pakuluh (tirta) ke pura-pura terbesar di Bali. “Pakuluh tersebut diletakkan di Pura Dangin Bingin, lalu dipendak untuk dibawa kembali ke Pura Kahyangan Dalem Prabu untuk digunakan pada puncak karya dengan cara diarak bersamaan dengan dansil,” jelasnya.
Dansil merupakan kelengkapan upacara menyerupai meru. Ada yang tumpang satu, tiga, lima, dan sembilan. Dansil ini dibuat oleh krama Desa Pakraman Beraban, di dalamnya terdapat isi bumi.
Menurut Sumawa, karya Ngenteg Linggih Padudusan Agung lan Mupuk Pedagingan dilakukan karena sebelumnya ada perluasan areal Pura Dalem Prabu sekaligus perluasan lahan di areal Beji Telepud hingga menjadi 14 are dengan membeli lahan krama.
Dan sesuai dengan kesepakatan ada pula renovasi palinggih yang ada di Pura Kahyangan Dalem Prabu, Pura Prajapati, dan Pelinggih di Beji. “Selama pembangunan dan perluasan diperlukan waktu selama tujuh tahun secara bertahap dengan total anggaran hampir dari Rp 25 miliar,” jelasnya. “Dudonan karya kami awali pada Anggara Umanis Wariga, Selasa (1/5), dengan kegiatan matur piuning, guru piduka, dan nyukat genah,” tandas Sumawa.
Selama karya berlangsung akan dipuput oleh delapan sulinggih di antaranya, Ida Rsi Griya Tegal Nyitdah, Ida Rsi Griya Gablogan, Ida Pedanda Griya Taman Blayu, Ida Pedanda Griya Perean Kediri, Ida Pedanda Griya Buda Jadi, Ida Rsi Griya Tumbak Bayuh, Ida Pedanda Griya Jumpung Sandan, Ida Pedanda Griya Beji Pejaten dan Penganceng Puri Kediri. *d
Komentar