ST Bhuana Werdi Gelar Lomba Mebat ‘Milenial’
Sekaa Teruna (ST) Bhuana Werdi Banjar/Kelurahan Kawan, Kecamatan Bangli menggelar lomba mebat, Minggu (17/6).
BANGLI, NusaBali
Lomba mebat ini dengan tema “Lawar, sate, dan komoh kekinian rasa generasi milenial” ini diikuti ratusan peserta. Lomba mebat bertujuan mempertahankan tradisi di era milenial.
Ketua ST Bhuana Werdi, I Gede Bawa, mengatakan lomba mebat digelar untuk melestarikan tradisi yang telah diwarisi dari turun temurun. Tujuan lomba juga sebagai pembekalan bagi generasi muda yang nantinya akan menjadi penerus banjar. “Kegiatan ini sangat positif sebagai bentuk pembelajaran bagi generasi muda dan untuk menambah rasa persaudaraan antara anggota sekaa teruna,” ujarnya.
Gede Bawa mengatakan, lomba mebat diikuti 350 orang dari total jumlah anggota hampir 400 orang. “Peserta lomba mebat adalah anggota sekaa teruna dari masing-masing tempek,” ungkapnya. Dijelaskan, di Banjar Kawan ada lima tempek yakni Tempek Kangin, Tempek Tengah, Tempek Kauh, Tempek Kelod, dan Tempek Kaja. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Lomba ini merupakan rangkaian HUT ke-29 ST Bhuana Werdi.
Setiap perserta wajib membuat hidangan sate, lawar, dan komoh. Lawar yang wajib dibuat yakni lawar nangka, belimbing, anyang, nyuh, dan telor. Jenis sate yang dibuat yakni sate kebek, lembat asem, dan lilit. Bahan-bahan yang wajib disiapkan peserta yakni bumbu dan daging. “Saging yang diolah berkisar 5-10 Kg per tempek. Panitia tidak membatasi berat daging yang diolah namun minimal bisa disajikan untuk 50-60 orang,” jelasnya.
Gede Bawa yang juga ketua panitia lomba menambahkan, penilaian oleh tim juri yang beranggotakan lima orang. Empat orang juri merupakan perwakilan dari masing-masing tempek yang merupakan juru ebat di pura dan satu juri kehormatan. Lomba mebat diisi dengan makan bersama, dimana hasil olahan saling tukar sehingga bisa merasakan olahan dari tempek lain. Dewan juri kehormatan, I Wayan Wedana yang juga anggota DPRD Bangli menyampaikan kriteria penilaian yakni penyajian, higienis saat mengolah, rasa, dan kekompakan dalam mengolah. Wedana sangat mendukung lomba mebat ini. “Saya sangat mengapresiasi lomba ini, komunikasi antar pemuda berjalan baik, tradisi bisa dilestarikan,” terangnya. *e
Ketua ST Bhuana Werdi, I Gede Bawa, mengatakan lomba mebat digelar untuk melestarikan tradisi yang telah diwarisi dari turun temurun. Tujuan lomba juga sebagai pembekalan bagi generasi muda yang nantinya akan menjadi penerus banjar. “Kegiatan ini sangat positif sebagai bentuk pembelajaran bagi generasi muda dan untuk menambah rasa persaudaraan antara anggota sekaa teruna,” ujarnya.
Gede Bawa mengatakan, lomba mebat diikuti 350 orang dari total jumlah anggota hampir 400 orang. “Peserta lomba mebat adalah anggota sekaa teruna dari masing-masing tempek,” ungkapnya. Dijelaskan, di Banjar Kawan ada lima tempek yakni Tempek Kangin, Tempek Tengah, Tempek Kauh, Tempek Kelod, dan Tempek Kaja. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Lomba ini merupakan rangkaian HUT ke-29 ST Bhuana Werdi.
Setiap perserta wajib membuat hidangan sate, lawar, dan komoh. Lawar yang wajib dibuat yakni lawar nangka, belimbing, anyang, nyuh, dan telor. Jenis sate yang dibuat yakni sate kebek, lembat asem, dan lilit. Bahan-bahan yang wajib disiapkan peserta yakni bumbu dan daging. “Saging yang diolah berkisar 5-10 Kg per tempek. Panitia tidak membatasi berat daging yang diolah namun minimal bisa disajikan untuk 50-60 orang,” jelasnya.
Gede Bawa yang juga ketua panitia lomba menambahkan, penilaian oleh tim juri yang beranggotakan lima orang. Empat orang juri merupakan perwakilan dari masing-masing tempek yang merupakan juru ebat di pura dan satu juri kehormatan. Lomba mebat diisi dengan makan bersama, dimana hasil olahan saling tukar sehingga bisa merasakan olahan dari tempek lain. Dewan juri kehormatan, I Wayan Wedana yang juga anggota DPRD Bangli menyampaikan kriteria penilaian yakni penyajian, higienis saat mengolah, rasa, dan kekompakan dalam mengolah. Wedana sangat mendukung lomba mebat ini. “Saya sangat mengapresiasi lomba ini, komunikasi antar pemuda berjalan baik, tradisi bisa dilestarikan,” terangnya. *e
Komentar