Ceritakan Masa Susah, Koster Siapkan Generasi Milenial
Calon Gubernur Bali 2018-2023 nomor urut 1 yang diusung PDIP-Hanura-PKPI-PAN-PKB-PPP, Dr Ir Wayan Koster MM, curhat masa kecilnya yang susah di mana dia harus berjuang di garis kemiskinan.
DENPASAR, NusaBali
Namun, berkat usaha keras dan keuletannya, Wayan Koster akhirnya berhasil dalam karier sampai kemudian maju sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018, bertandem dengan Dr Ir Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati MSi alias Cok Ace.
Curhat tersebut disampaikan Wayan Koster dalam acara ‘Talk Show Pemimpin Ideal Menurut Generasi Milenial’, yang digelar di Garden Groove, Jalan Tukad Balian Denpasar Selatan, Senin (18/6) sore. Koster yang didampingi Cok Ace, duduk lesehaan di hadapan 500 anak muda.
Dalam Talk Show ‘Kamu Bertanya, Kami Menjawab’ tersebut, terungkap cerita miris Koster ketika masa-masa sulit di Desa ‘Bali Age’ Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng. "Saya badannya kecil begini karena makannya pas-pasan. Hidup saya susah. Makan saja nasi cacah (terbuat dari ubi, Red)," kenang politisi senior PDIP kelahiran 20 Oktober 1962 ini.
Sejak duduk di bangku SDN 1 Sembiran, Koster kecil sudah biasa membiayai sekolah sendiri dan adik-adiknya, dengan maburuh (kuli) serabutan. "Saya maburuh angkut batu bata, maburuh angkut pasir, jual pisang. Berapa pun dapat upah, saya setor sama ibu saya. Sejak SD saya sudah biasa mencari uang untuk biaya hidup sendiri dan menghidupi keluarga. Itu saya lakukan sampai SMA," papar alumni 1981 SMAN 1 Singaraja ini.
Koster akhirnya berusaha untuk bisa kuliah di ITB Bandung. Setelah diterima di ITB, dia membiayai kuliahnya dengan menjadi guru les Matematika. Dia mengajar les anak-anak orang kaya di Bandung. "Nilai Matematika, Fisika, dan Bahasa Inggris saya bagus semua. Jadi, saya mendapatkan uang untuk bayar kuliah dengan mengajar les. Saya beranikan diri pasang iklan di koran dan datang ke rumah-rumah. Saat itu (awal 1980-an, Red) saya bisa dapat uang Rp 50.000. Bahkan, saya bisa kirim uang untuk biaya sekolah adik-adik saya di kampung," papar suami dari dramawati Ni Putu Putri Suastini ini.
Tamat kuliah di ITB dengan menempuh pendidikan selama 4 tahun, Koster tidak mau melamar di swasta dengan gaji besar. Dia malah menjadi tenaga dosen honorer di Universitas Tarumanegara. "Seorang dosen honorer saat itu gajinya hanya Rp 60.000. Teman-teman saya semuanya ke swasta mencari gaji besar," ujar peneliti andal yang akhirnya menjadi dosen tetap di Universitas Tarumanegara ini.
Koster baru maju ke kursi DPR RI melalui PDIP Dapil Bali dalam Pileg 2004. Saat itu, PDIP berhasil memperoleh 5 kursi DPR RI Dapil Bali, termasuk Koster yang berada di nomor urut 4. Koster ditugaskan partainya duduk di Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, pariwisata, budaya, pemuda, olahraga, dan ekonomi kreatif. "Jadi, pendidikan itu dunia saya," ujar politisi-akademisi bergelar Doktor Ilmu Matematika ini.
Ketika nanti terpilih menjadi Gubernur Bali 2018-2023, Koster bersama Wagub Cok Ace berharap anak-anak miskin di Bali tidak seperti dirinya. "Saya merancang program beasiswa miskin di kementerian untuk anak-anak tidak mampu. Saya tidak mau generasi kita seperti saya, susah untuk dapat pendidikan karena miskin," ujar Koster dalam acara talk show yang dipandu Ni Nyoman Clara Listiya Dewi, Senin kemarin.
Menurut Koster, Bali memiliki SDM bagus dan andal. Kalau ini dikelola, bisa membuat Bali maju bersaing dalam dunia milenial, bersaing dalam kemajuan teknologi, dan era digital. "Saya sudah rancang program untuk generasi milenial kita di Bali. Kalau ada yang menyebutkan revolusi 4.0, saya akan siapkan revolusi 5.0. Sudah ada itu saya punya, mulai industri kreatif, pariwisata, teknologi, bisnis, hingga yang lainnya." *nat
Namun, berkat usaha keras dan keuletannya, Wayan Koster akhirnya berhasil dalam karier sampai kemudian maju sebagai Cagub Bali ke Pilgub 2018, bertandem dengan Dr Ir Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati MSi alias Cok Ace.
Curhat tersebut disampaikan Wayan Koster dalam acara ‘Talk Show Pemimpin Ideal Menurut Generasi Milenial’, yang digelar di Garden Groove, Jalan Tukad Balian Denpasar Selatan, Senin (18/6) sore. Koster yang didampingi Cok Ace, duduk lesehaan di hadapan 500 anak muda.
Dalam Talk Show ‘Kamu Bertanya, Kami Menjawab’ tersebut, terungkap cerita miris Koster ketika masa-masa sulit di Desa ‘Bali Age’ Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng. "Saya badannya kecil begini karena makannya pas-pasan. Hidup saya susah. Makan saja nasi cacah (terbuat dari ubi, Red)," kenang politisi senior PDIP kelahiran 20 Oktober 1962 ini.
Sejak duduk di bangku SDN 1 Sembiran, Koster kecil sudah biasa membiayai sekolah sendiri dan adik-adiknya, dengan maburuh (kuli) serabutan. "Saya maburuh angkut batu bata, maburuh angkut pasir, jual pisang. Berapa pun dapat upah, saya setor sama ibu saya. Sejak SD saya sudah biasa mencari uang untuk biaya hidup sendiri dan menghidupi keluarga. Itu saya lakukan sampai SMA," papar alumni 1981 SMAN 1 Singaraja ini.
Koster akhirnya berusaha untuk bisa kuliah di ITB Bandung. Setelah diterima di ITB, dia membiayai kuliahnya dengan menjadi guru les Matematika. Dia mengajar les anak-anak orang kaya di Bandung. "Nilai Matematika, Fisika, dan Bahasa Inggris saya bagus semua. Jadi, saya mendapatkan uang untuk bayar kuliah dengan mengajar les. Saya beranikan diri pasang iklan di koran dan datang ke rumah-rumah. Saat itu (awal 1980-an, Red) saya bisa dapat uang Rp 50.000. Bahkan, saya bisa kirim uang untuk biaya sekolah adik-adik saya di kampung," papar suami dari dramawati Ni Putu Putri Suastini ini.
Tamat kuliah di ITB dengan menempuh pendidikan selama 4 tahun, Koster tidak mau melamar di swasta dengan gaji besar. Dia malah menjadi tenaga dosen honorer di Universitas Tarumanegara. "Seorang dosen honorer saat itu gajinya hanya Rp 60.000. Teman-teman saya semuanya ke swasta mencari gaji besar," ujar peneliti andal yang akhirnya menjadi dosen tetap di Universitas Tarumanegara ini.
Koster baru maju ke kursi DPR RI melalui PDIP Dapil Bali dalam Pileg 2004. Saat itu, PDIP berhasil memperoleh 5 kursi DPR RI Dapil Bali, termasuk Koster yang berada di nomor urut 4. Koster ditugaskan partainya duduk di Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan, pariwisata, budaya, pemuda, olahraga, dan ekonomi kreatif. "Jadi, pendidikan itu dunia saya," ujar politisi-akademisi bergelar Doktor Ilmu Matematika ini.
Ketika nanti terpilih menjadi Gubernur Bali 2018-2023, Koster bersama Wagub Cok Ace berharap anak-anak miskin di Bali tidak seperti dirinya. "Saya merancang program beasiswa miskin di kementerian untuk anak-anak tidak mampu. Saya tidak mau generasi kita seperti saya, susah untuk dapat pendidikan karena miskin," ujar Koster dalam acara talk show yang dipandu Ni Nyoman Clara Listiya Dewi, Senin kemarin.
Menurut Koster, Bali memiliki SDM bagus dan andal. Kalau ini dikelola, bisa membuat Bali maju bersaing dalam dunia milenial, bersaing dalam kemajuan teknologi, dan era digital. "Saya sudah rancang program untuk generasi milenial kita di Bali. Kalau ada yang menyebutkan revolusi 4.0, saya akan siapkan revolusi 5.0. Sudah ada itu saya punya, mulai industri kreatif, pariwisata, teknologi, bisnis, hingga yang lainnya." *nat
1
Komentar