Layang-layang Bali Potensi Ekspor
Layang-layang jenis knock down ternyata memiliki pasar di mancanegara. Ribuan laying-layang sudah diekspor, terutama ke AS dan Australia.
DENPASAR, NusaBali
Layang-layang ‘made in’ perajin Bali, tak hanya laku untuk pasar lokal. Tetapi juga laku untuk pasar ekspor. Hanya saja, layang-layang yang diekspor tersebut jenis layang- layang knock down (lepas pasang), antara lain beragam jenis layang kupu-kupu, burung, naga, capung dan yang lainnya. Sedang jenis layang-layang tradisional, bebean, pecukan, dan jangan (naga) sulit laku, karena sulit dikemas.
Beberapa perajin layang di Gianyar menuturkan potensi ekspor layang-layang buatan perajin Bali. Potensi tersebut di antaranya Australia dan Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. “Yang rutin minta Australia dan Amerika Serikat,” ujar I Ketut Mudika, perajin layang –asal Mambal, Badung, Senin (18/6).
Menurutnya pesanan tersebut sudah sejak empat tahun. “Seperti beberapa bulan ini kami dapat pesanan seribu biji,” ungkap Mudika di kiosnya di Banjar Penida, Desa Batuan Sukawati Gianyar. Jika pesanan untuk ekspor ramai, dia dan karyawannya kadang mesti lembur. “ Namun sejak beberapa waktu belakangan agak menurun, tetapi tetap saja ada pesanan,” ungkap Mudika. Kata Mudika, dominan pengiriman layang-layang ke luar negeri dengan pesawat udara. “Nyaris kalau saya semua lewat udara,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan I I Ketut Karang, pembuat layang-layang dari Mawang Klod, Desa Lod Tunduh, Ubud Gianyar. Dikatakan, selain digemari wisatawan lokal, jenis layang-layang Bali juga digemari wisatawan. “ Ini juga masuk kerajinan souvenir,” ucapnya. Tidak sedikit, wisawatan yang berkunjung ke art shop milik Karang, memesan atau membeli layangan untuk dikirim ke negaranya.
Untuk diketahui layang-layang knock down, bahan bakunya tidak jauh beda dengan layang-layang tradisional. Bahan bakunya kain, bambu dan cat atau pewarna untuk melukis serta aksesoris lainnya dari bahan yang ringan, seperti gabus. “Kainnya gunakan kain perasut, agar lebih ringan,” ujar Karang.
Sementara menyusul musim layang-layang segera tiba, pesanan layang-layang untuk pasar lokal sudah menunjukkan peningkatan. “Dari beberapa pemilik art shop di Kuta sudah ada permintaan. Demikian juga dari tempat lainnya,” tambah Mudika.
Harga sebuah layang-layang ‘modifikasi’ knock down tergantung jenis , ukuran dan kerumitannya. Namun secara umum mulai dari Rp 100.000, Rp 150.000, Rp 250.000 dan seterusnya. “Ukuran besar, bahan dan kerumitan desainnya, yang menentukan,” lanjut Mudika. Kadang tak jarang pihak pemesan dari luar negeri yang menentukan desainnya. Dikatakan, apa pun itu tetap dilayani. “ Karena syukur layangan Bali bisa jadi barang ekspor,” kata Mudika. *k17
Layang-layang ‘made in’ perajin Bali, tak hanya laku untuk pasar lokal. Tetapi juga laku untuk pasar ekspor. Hanya saja, layang-layang yang diekspor tersebut jenis layang- layang knock down (lepas pasang), antara lain beragam jenis layang kupu-kupu, burung, naga, capung dan yang lainnya. Sedang jenis layang-layang tradisional, bebean, pecukan, dan jangan (naga) sulit laku, karena sulit dikemas.
Beberapa perajin layang di Gianyar menuturkan potensi ekspor layang-layang buatan perajin Bali. Potensi tersebut di antaranya Australia dan Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. “Yang rutin minta Australia dan Amerika Serikat,” ujar I Ketut Mudika, perajin layang –asal Mambal, Badung, Senin (18/6).
Menurutnya pesanan tersebut sudah sejak empat tahun. “Seperti beberapa bulan ini kami dapat pesanan seribu biji,” ungkap Mudika di kiosnya di Banjar Penida, Desa Batuan Sukawati Gianyar. Jika pesanan untuk ekspor ramai, dia dan karyawannya kadang mesti lembur. “ Namun sejak beberapa waktu belakangan agak menurun, tetapi tetap saja ada pesanan,” ungkap Mudika. Kata Mudika, dominan pengiriman layang-layang ke luar negeri dengan pesawat udara. “Nyaris kalau saya semua lewat udara,” ungkapnya.
Hal senada disampaikan I I Ketut Karang, pembuat layang-layang dari Mawang Klod, Desa Lod Tunduh, Ubud Gianyar. Dikatakan, selain digemari wisatawan lokal, jenis layang-layang Bali juga digemari wisatawan. “ Ini juga masuk kerajinan souvenir,” ucapnya. Tidak sedikit, wisawatan yang berkunjung ke art shop milik Karang, memesan atau membeli layangan untuk dikirim ke negaranya.
Untuk diketahui layang-layang knock down, bahan bakunya tidak jauh beda dengan layang-layang tradisional. Bahan bakunya kain, bambu dan cat atau pewarna untuk melukis serta aksesoris lainnya dari bahan yang ringan, seperti gabus. “Kainnya gunakan kain perasut, agar lebih ringan,” ujar Karang.
Sementara menyusul musim layang-layang segera tiba, pesanan layang-layang untuk pasar lokal sudah menunjukkan peningkatan. “Dari beberapa pemilik art shop di Kuta sudah ada permintaan. Demikian juga dari tempat lainnya,” tambah Mudika.
Harga sebuah layang-layang ‘modifikasi’ knock down tergantung jenis , ukuran dan kerumitannya. Namun secara umum mulai dari Rp 100.000, Rp 150.000, Rp 250.000 dan seterusnya. “Ukuran besar, bahan dan kerumitan desainnya, yang menentukan,” lanjut Mudika. Kadang tak jarang pihak pemesan dari luar negeri yang menentukan desainnya. Dikatakan, apa pun itu tetap dilayani. “ Karena syukur layangan Bali bisa jadi barang ekspor,” kata Mudika. *k17
Komentar