Debat Terakhir Pilkada Klungkung Panas
Suwirta menegaskan apapun yang dilakukan asalkan punya kinerja yang baik, pemerintah pusat akan turun dan ini sudah dilakukan.
Paket Bagia Kembali Singgung Soal Dermaga di Eks Galian C
SEMARAPURA, NusaBali
KPU Klungkung menggelar debat kedua (terakhir) pasangan Cabup-Cawabup Klungkung 2018, Tjokorda Bagus Oka-I Ketut Mandia (Bagia) melawan paket incumbent I Nyoman Suwirta-I Made Kasta (Suwasta). Debat yang digelar di Inna Grand Bali Beach Hotel, Sanur, Denpasar, Senin (18/6) malam berlangsung cukup panas, terutama pada segmen tanya jawab antar kedua paslon.
Dalam segmen tersebut persoalan Dermaga di eks galian C Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung yang belum beroperasi sampai saat ini kembali dipertanyakan oleh Tjokorda Bagus Oka kepada pasangan Suwasta. Pertanyaan itu juga sempat dilontarkan Tjok Bagus ketika debat pertama, Sabtu (19/5) lalu.
“Tentang Pelabuhan Segitiga Emas, Anda lupa dengan janji untuk menuntaskan Dermaga di eks galian C, 2016 akan selesai, tapi akhirnya dikembalikan kepada pusat,” tanya Tjok Bagus. Menjawab itu, Suwirta mengatakan Pelabuhan Segitiga Emas ini harus dirancang karena kekroditan Nusa Penida yang disebabkan kunjungan wisatawan yang makin banyak. “Ini perlu disiapkan transportasi yang terintegrasi, yang nyaman,” ujar Suwirta.
Kata dia, untuk Dermaga di eks galian C dari awal pihaknya mengatakan harus direvitalisasi, tetapi pada tahap situasi dan penyelesaian program dari pusat ke daerah. Saat itu kalau diteruskan maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) Klungkung bisa habis digunakan untuk memelihara pelabuhan tersebut.
“Oleh sebab itu kita harus bicara kepada pemerintah pusat karena apapun yang kita lakukan harus koordinasi, bukan masalah jalur-jaluran, tetapi apapun yang kita lakukan asalkan kita punya kinerja yang baik pemerintah pusat akan turun juga dan ini sudah dilakukan,” ujar Suwirta.
Cawabup pasangan Tjok Bagus, yakni Ketut Mandia juga memberi tanggapan. Kata dia, pembangunan Dermaga tidak mesti menggunakan PAD. Karena dalam skema pembangunan dermaga itu ada dana sharing pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. Kabupaten mempersiapkan jalan bukan membangun Dermaga, karena Dermaga itu tanggung jawab pemerintah pusat, kantornya tanggung jawab pemerintah provinsi. Sehingga perlu punya jalur, jalur inilah yang mampu memberikan nilai lebih untuk membangun Klungkung yang lebih cepat.
“Kalau tidak punya jalur tidak mungkin bisa masuk tenaga kontrak. kalau bapak-bapak tidak punya jalur tidak mungkin dapat hibah atau bansos. Inilah perlunya kita punya jalur,” ujar Mandia.
Selanjutnya giliran paket Suwasta mengajukan pertanyaan. Cabup Nyoman Suwirta mengawali dengan sebuah pernyataan oleh Mandia. “Dalam sebuah simakrama, saya mengutip pernyataan Pak Ketut Mandia ‘pang ten cara BPJS, amun ke RS pakai fasilitas apa, BPJS, nu kilang-kileng perawate. Kisi-kisi perawate jalur umum saja pak, pang enggal ditangani keto’. Pertanyaan saya perawat mana yang anda maksud, di mana itu terjadi?,” tanya Suwirta.
Mandia pun langsung menjawab dengan mengajak bersama-sama ke Lepang (Banjar Lepang, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung). “Di sana ada jero mangku meninggal akibat pelayanannya tidak becus di rumah sakit,” katanya.
Suwirta juga memanfaatkan kesempatannya untuk pertanyaan kedua, dia menyinGgung pernyataan Tjok Bagus dalam sebuah wawancara dengan salah satu media yang menyebutkan program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) adalah seremonial dan terkesan tidak ada kegiatan. Sedangkan ini sudah diakui sebagai nominasi Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) tertuang dalam surat Tim Panel Independen Nomor: 001/TPI.06/2018 tentang Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018.
“Tolong saudara jelaskan dan berikan mungkin ada konsep yang terbaru,” ujar Suwirta. Menyikapi hal tersebut Tjok Bagus mengatakan, tentang inovasi apakah ini inovasi daerah sesuai dengan undang-undang atau tidak, itu perlu diketahui bahwa di Bali baru Tabanan yang mendapatkan inovasi daerah yang sesuai dengan Undang-Undang.
“Masalah TOSS saya pribadi datang ke Sente (Banjar Sente, Desa Pukat, Kecamatan Dawan) melihat bagaimana pengelolaan di situ saya lihat bagaimana yang namanya gas itu digunakan, semuanya itu sudah tidak ada lagi. Kalau itu kita bagaimana? kemudian kota apakah kota bisa melaksanakan TOSS?,” katanya.
Suwirta menanggapi sengit pernyataan ini. “Kepada Tjok Bagus, bukan masalah undang-undang pak, ini sudah diakui Menpan RB, bahwa Klungkung masuk 2 inovasi, yaitu beli mahal jual murah dan TOSS sudah masuk Menpan RB Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018. Bapak tidak bisa membohongi apa yang kami katakan karena ini data, ada Pjs Bupati dan DPRD. Datanya semua ada dan tidak bisa dibohongi,” sindir Suwirta.
Dalam debat semalam dibuka Ketua KPU Klungkung I Made Kariada dan dipandu oleh moderator Dr Ida Bagus Radendra Suastama SH MH. Sedangkan 6 pertanyaan yang menjadi materi debat disusun oleh 6 panelis, yakni Dr Ida Bagus Putu Mardana MSi (Undiksha) Bidang pendidikan dan ketenagakerjaan, dr I Made Ady Wirawan MPH PhD (Universitas Udayana) bidang kesehatan dan kependudukan, Ni Nyoman Sukerni SH (BNNP Bali) bidang kesehatan (narkotika), Ir Putu Dana Pariawan Salain MSc MITH (Politeknik Negeri Bali) Bidang transportasi, Dr Drs I Wayan Subrata MAg (Unhi) Bidang adat dan budaya dan Dr Drs Ketut Muka P Msi (ISI Denpasar) Bidang Seni. *wan
SEMARAPURA, NusaBali
KPU Klungkung menggelar debat kedua (terakhir) pasangan Cabup-Cawabup Klungkung 2018, Tjokorda Bagus Oka-I Ketut Mandia (Bagia) melawan paket incumbent I Nyoman Suwirta-I Made Kasta (Suwasta). Debat yang digelar di Inna Grand Bali Beach Hotel, Sanur, Denpasar, Senin (18/6) malam berlangsung cukup panas, terutama pada segmen tanya jawab antar kedua paslon.
Dalam segmen tersebut persoalan Dermaga di eks galian C Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung yang belum beroperasi sampai saat ini kembali dipertanyakan oleh Tjokorda Bagus Oka kepada pasangan Suwasta. Pertanyaan itu juga sempat dilontarkan Tjok Bagus ketika debat pertama, Sabtu (19/5) lalu.
“Tentang Pelabuhan Segitiga Emas, Anda lupa dengan janji untuk menuntaskan Dermaga di eks galian C, 2016 akan selesai, tapi akhirnya dikembalikan kepada pusat,” tanya Tjok Bagus. Menjawab itu, Suwirta mengatakan Pelabuhan Segitiga Emas ini harus dirancang karena kekroditan Nusa Penida yang disebabkan kunjungan wisatawan yang makin banyak. “Ini perlu disiapkan transportasi yang terintegrasi, yang nyaman,” ujar Suwirta.
Kata dia, untuk Dermaga di eks galian C dari awal pihaknya mengatakan harus direvitalisasi, tetapi pada tahap situasi dan penyelesaian program dari pusat ke daerah. Saat itu kalau diteruskan maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) Klungkung bisa habis digunakan untuk memelihara pelabuhan tersebut.
“Oleh sebab itu kita harus bicara kepada pemerintah pusat karena apapun yang kita lakukan harus koordinasi, bukan masalah jalur-jaluran, tetapi apapun yang kita lakukan asalkan kita punya kinerja yang baik pemerintah pusat akan turun juga dan ini sudah dilakukan,” ujar Suwirta.
Cawabup pasangan Tjok Bagus, yakni Ketut Mandia juga memberi tanggapan. Kata dia, pembangunan Dermaga tidak mesti menggunakan PAD. Karena dalam skema pembangunan dermaga itu ada dana sharing pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten. Kabupaten mempersiapkan jalan bukan membangun Dermaga, karena Dermaga itu tanggung jawab pemerintah pusat, kantornya tanggung jawab pemerintah provinsi. Sehingga perlu punya jalur, jalur inilah yang mampu memberikan nilai lebih untuk membangun Klungkung yang lebih cepat.
“Kalau tidak punya jalur tidak mungkin bisa masuk tenaga kontrak. kalau bapak-bapak tidak punya jalur tidak mungkin dapat hibah atau bansos. Inilah perlunya kita punya jalur,” ujar Mandia.
Selanjutnya giliran paket Suwasta mengajukan pertanyaan. Cabup Nyoman Suwirta mengawali dengan sebuah pernyataan oleh Mandia. “Dalam sebuah simakrama, saya mengutip pernyataan Pak Ketut Mandia ‘pang ten cara BPJS, amun ke RS pakai fasilitas apa, BPJS, nu kilang-kileng perawate. Kisi-kisi perawate jalur umum saja pak, pang enggal ditangani keto’. Pertanyaan saya perawat mana yang anda maksud, di mana itu terjadi?,” tanya Suwirta.
Mandia pun langsung menjawab dengan mengajak bersama-sama ke Lepang (Banjar Lepang, Desa Takmung, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung). “Di sana ada jero mangku meninggal akibat pelayanannya tidak becus di rumah sakit,” katanya.
Suwirta juga memanfaatkan kesempatannya untuk pertanyaan kedua, dia menyinGgung pernyataan Tjok Bagus dalam sebuah wawancara dengan salah satu media yang menyebutkan program Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS) adalah seremonial dan terkesan tidak ada kegiatan. Sedangkan ini sudah diakui sebagai nominasi Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) tertuang dalam surat Tim Panel Independen Nomor: 001/TPI.06/2018 tentang Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018.
“Tolong saudara jelaskan dan berikan mungkin ada konsep yang terbaru,” ujar Suwirta. Menyikapi hal tersebut Tjok Bagus mengatakan, tentang inovasi apakah ini inovasi daerah sesuai dengan undang-undang atau tidak, itu perlu diketahui bahwa di Bali baru Tabanan yang mendapatkan inovasi daerah yang sesuai dengan Undang-Undang.
“Masalah TOSS saya pribadi datang ke Sente (Banjar Sente, Desa Pukat, Kecamatan Dawan) melihat bagaimana pengelolaan di situ saya lihat bagaimana yang namanya gas itu digunakan, semuanya itu sudah tidak ada lagi. Kalau itu kita bagaimana? kemudian kota apakah kota bisa melaksanakan TOSS?,” katanya.
Suwirta menanggapi sengit pernyataan ini. “Kepada Tjok Bagus, bukan masalah undang-undang pak, ini sudah diakui Menpan RB, bahwa Klungkung masuk 2 inovasi, yaitu beli mahal jual murah dan TOSS sudah masuk Menpan RB Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2018. Bapak tidak bisa membohongi apa yang kami katakan karena ini data, ada Pjs Bupati dan DPRD. Datanya semua ada dan tidak bisa dibohongi,” sindir Suwirta.
Dalam debat semalam dibuka Ketua KPU Klungkung I Made Kariada dan dipandu oleh moderator Dr Ida Bagus Radendra Suastama SH MH. Sedangkan 6 pertanyaan yang menjadi materi debat disusun oleh 6 panelis, yakni Dr Ida Bagus Putu Mardana MSi (Undiksha) Bidang pendidikan dan ketenagakerjaan, dr I Made Ady Wirawan MPH PhD (Universitas Udayana) bidang kesehatan dan kependudukan, Ni Nyoman Sukerni SH (BNNP Bali) bidang kesehatan (narkotika), Ir Putu Dana Pariawan Salain MSc MITH (Politeknik Negeri Bali) Bidang transportasi, Dr Drs I Wayan Subrata MAg (Unhi) Bidang adat dan budaya dan Dr Drs Ketut Muka P Msi (ISI Denpasar) Bidang Seni. *wan
Komentar