nusabali

Berkarya dalam Kondisi Lumpuh, Puisinya Lolos Tingkat Nasional

  • www.nusabali.com-berkarya-dalam-kondisi-lumpuh-puisinya-lolos-tingkat-nasional

Wayan Budi Artawan yang justru menderita lumpuh setelah penyakit gangguan jiwanya berangsur sembuh, sudah berhasil menerbitkan sebuah buku berjudul ‘Dan Matahari Pun Bersinar Lagi’

Ir I Wayan Budi Artawan, Lulusan ITB yang Sempat Menderita Gangguan Jiwa

AMLAPURA, NusaBali
Berita sejuk diperoleh Ir I Wayan Budi Artawan, 50, alumnus Fakultas Teknik Elektro ITB Bandung yang sempat lama menderita gangguan jiwa. Dua puisi karya mantan penderita gangguan jiwa  asal Banjar Pesaban Kangin, Desa Pesaban, Kecamatan Rendang, Karangasem yang kini dalam kondisi lumpuh ini berhasil masuk final Lomba Puisi Tingkat Nasional bertemakan ‘Hari Raya Idul Fitri’, yang diselenggarakan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia.

Dua puisi hasil karya Wayan Budi Artawan yang lolos ke babak final tingkat nasional tersebut, masing-masing berjudul ‘Pesan Nenek di Hari Raya’ dan ‘Kenangan Bersama Nenek’. Lolosnya dua puisi tersebut ke babak final diumumkan panitia, Selasa (12/6) lalu.

Dalam putaran final, dua puisi karya Budi Artawan akan bersaing dengan 292 puisi lainnya dari berbagai wilayah se-Indonesia, yang juga dinyatakan lolos ke tingkat nasional. Sedangkan pemenang Lomba Puisi Tingkat Nasional bertemakan ‘Hari Raya Idul Fitri’ nantinya baru akan diumumkan panitia, 3 Juli 2018 mendatang.

Menurut Budi Artawan, puisi hasail karyanya merupakan satu-satunya dari Bali yang lolos ke final Lomba Puisi Tingkat Nasional bertemakan ‘Hari Raya Idul Fitri’ ini. “Naskah puisi tersebut saya setorkan secara online ke panitia, 1 Februari 2018 lalu,” jelas Budi Artawan saat dihubungi NusaBali di kediamannya kawasan Banjar Pesaban Kangin, Desa Pesaban, Minggu (17/6) lalu.

Budi Artawan memang dikenal suka menulis. Ketika masih kuliah di ITB, dia sempat menjadi Redaktur Majalah Elektron ITB periode 1988-1992. Kemudian, setelah penyakit gangguan jiwa yang dideritanya sembuh tahun 2015, atas bantuan psikiater kondang Prof Dr dr Luh Ketut Suryani SpKJ, Budi Artawan mulai baca-baca buku untuk mengisi waktu luang. Dia juga mulai menulis setelah salah satu rekannya berkunjung dan memberikan oleh-oleh sebuah laptop tahun 2016.

Budi Artawan, yang justru menderita lumpuh setelah penyakit gangguan jiwanya bersangsur sembuh, pun berhasil menerbitkan sebuah buku berjudul ‘Dan Matahari Pun Bersinar Lagi’. Buki setebal 46 halaman itu dicetak pada 23 Oktober 2017. Buku tersebut terdiri dari 7 judul, mulai dari ‘Bermain-main pada Masa Kecilku’ hingga ‘Dan Matahari Pun Bersinar Kembali’.

Sedangkan untuk lomba puisi, Budi Artawan pertama kali ikut lomba pada Maret 2017, dengan naskah puisi berjudul ‘Nyanyian Seorang Petani’. Puisinya tersebut berhasil masuk nominasi 196 puisi se-Indonesia, yang kemudian diterbitkan dalam buku ‘Antologi Puisi’ yang diterbitkan FAM Kediri, Jawa Timur.

Berikutnya, Budi Artawan ikut lomba puisi pada Agustus 2017 dengan menyertakan puisi berjudul ‘Pahlawan Kusuma Bangsa’. Puisinya tersebut berhasil masuk 40 besar se-Indonesia dalam lomba yang diselenggarakan Dianra Kreatif Jakarta. Puisinya Budi Artawan ini diterbitkan dalam Antologi Puisi ‘Rembulan nan Cantik’.

Sedangkan lomba puisi ketiga diikuti Budi Artawan pada Oktober 2017. Ketika itu, dia menyertakan puisi berjudul ‘Kota Tua dan Musim Hujan’. Puisinya ini masuk nominasi 200 puisi terbaik se-Indonesia dalam lomba yang diselenggarakan Pemred Cahaya Bintang Kecil Publishing PT Event, lalu dibukukan dalam di Antologi Puisi ‘Bait Kisah di Musim Hujan’.

"Bagi saya, menulis adalah kegiatan yang menyenangkan. Di situ saya menuangkan ide yang ada dalam pikiran," jelas alumnus ITB tahun 1992 yang sempat selama 19 tahun menderita gangguan jiwa periode 1996-2015 ini.

Budi Artawan mengaku bangga karya puisinya berhasil tembus final lomba tingkat nasional. "Semangat membuktikan bahwa saya masih mampu berkarya, walau dengan segala keterbatasan. Anda tahu sendiri kan, saya cukup lama sakit. Sekarang berjalan saja saya mesti merangkak menggunakan pantat. Tapi, dalam hal berkarya, jalan terus," papar pria kelahiran 1 Oktober 1968 ini.

Wayan Budi Artawan sendiri merupakan anak sulung dari dua bersaudara keluarga pasangan I Wayan Serai dan Ni Nengah Gampil. Budi Artawan menyelesaikan studi Teknik Elektro ITB Bandung tahun 1992 dengan IP kumulatif 3,15. Dia pun sempat menjadi dosen di kampus almamaternya itu sampai 1996.

Setahun kemudian, Budi Artawan mengalami gangguan jiwa (disabilitas psikososial) pada 1997, setelah gagal berangkat ke luar negeri untuk tugas belajar. Beberapa tahun kemudian, penyakit gangguan jiwanya sembuh. Namun, Budi Artawan justru didera lumpuh fisik.

Gara-gara lumpuh, Budi Artawan tidak bisa melakukan aktivitas normal. Sekadar untuk makan dan minum pun, dia dilayani keluarganya. Sedangkan untuk mandi, Budi Artawan pilih melakukan sendiri dengan merangkak keluar masuk kamar mandi menggunakan kedua tangan dan pantatnya.

Kendati demikian, Budi Artawan tidak putus asa. Dengan keterbatas kondisi fisiknya, Budi Artawan kesehariannya aktif menulis dan membaca buku-buku tentang manajemen. Bahkan, dia juga sempat melakukan aktivitas jual beli saham melalui internet dengan bermodalkan Rp 10 juta. *k16

Komentar