Parahyangan Jagatkartta Gelar Aksi Sosial
Menjelang Pujawali ke 13 pada 26 Agustus mendatang, Parahyangan Agung Taman Sari, Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat mengadakan sejumlah kegiatan sosial.
JAKARTA, NusaBali
Ketua PHDI Kota Bogor Wayan Suastika menjelaskan, terkait pelaksanaan Pujawali, rapat baru membahas mengenai cakupan besarnya upacara sampai siapa yang bertanggungjawab nantinya. Lalu pemilihan ketua panitia, pembagian tugas serta job deskripsi orang-orang yang ditugaskan dan jadwal kegiataannya apa saja baik dari sisi ritual maupun sosial.
Untuk kegiatan sosial dilakukan sebelum Pujawali. Antara lain, pembagian sembako kepada kalangan tidak mampu di sekitar tempat ibadah Parahyangan Jagatkartta, pengobatan gratis bagi kalangan internal dan eksternal, donor darah bekerjasama dengan PMI.
Juga ada pembinaan terhadap generasi muda dari kalangan pasraman di tiga provinsi yakni Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten dengan pembekalan tentang mencintai lingkungannya. Lalu ada soft training bagi pemangku atau pinandita dari tiga provinsi yang bertanggung jawab mengurus Parahyangan Jagatkartta yaitu DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.
Materi soft training mengenai keagamaan, sosial dan kemasyarakatan dengan narasumber ahli di bidangnya. Terkait persembahyangan terbagi 4 gelombang. Masing-masing gelombang bisa mencapai 500 orang. Ada pula persembahyangan yang berisikan 30-50 orang sehingga diperkirakan ada sekitar 3000an umat datang.
Selain itu, ada pertunjukan seni yang merupakan kombinasi dari Bali dan Sunda. Seni khas dari Sunda seperti kecapi dan wayang golek. Sedangkan dari Bali adalah tarian. Tarian merupakan sumbangan pemerintah kabupaten/kota di Bali yang khusus didatangkan dari Pulau Dewata ke Parahyangan Jagatkartta.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Pasraman Parahyangan Jagatkartta Taman Sari, Gunung Salak ini, bupati dan gubernur Bali sering datang saat Pujawali, karena tempat ibadah tersebut adalah terbesar kedua setelah Pura Besakih. *k22
Ketua PHDI Kota Bogor Wayan Suastika menjelaskan, terkait pelaksanaan Pujawali, rapat baru membahas mengenai cakupan besarnya upacara sampai siapa yang bertanggungjawab nantinya. Lalu pemilihan ketua panitia, pembagian tugas serta job deskripsi orang-orang yang ditugaskan dan jadwal kegiataannya apa saja baik dari sisi ritual maupun sosial.
Untuk kegiatan sosial dilakukan sebelum Pujawali. Antara lain, pembagian sembako kepada kalangan tidak mampu di sekitar tempat ibadah Parahyangan Jagatkartta, pengobatan gratis bagi kalangan internal dan eksternal, donor darah bekerjasama dengan PMI.
Juga ada pembinaan terhadap generasi muda dari kalangan pasraman di tiga provinsi yakni Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten dengan pembekalan tentang mencintai lingkungannya. Lalu ada soft training bagi pemangku atau pinandita dari tiga provinsi yang bertanggung jawab mengurus Parahyangan Jagatkartta yaitu DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat.
Materi soft training mengenai keagamaan, sosial dan kemasyarakatan dengan narasumber ahli di bidangnya. Terkait persembahyangan terbagi 4 gelombang. Masing-masing gelombang bisa mencapai 500 orang. Ada pula persembahyangan yang berisikan 30-50 orang sehingga diperkirakan ada sekitar 3000an umat datang.
Selain itu, ada pertunjukan seni yang merupakan kombinasi dari Bali dan Sunda. Seni khas dari Sunda seperti kecapi dan wayang golek. Sedangkan dari Bali adalah tarian. Tarian merupakan sumbangan pemerintah kabupaten/kota di Bali yang khusus didatangkan dari Pulau Dewata ke Parahyangan Jagatkartta.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Pasraman Parahyangan Jagatkartta Taman Sari, Gunung Salak ini, bupati dan gubernur Bali sering datang saat Pujawali, karena tempat ibadah tersebut adalah terbesar kedua setelah Pura Besakih. *k22
Komentar