Bendungan Titab Telan Korban Jiwa
Korban I Made Ginaca tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit, sementara sang anak I Putu Indrawan selamat dari maut
Bapak-Anak Terseret Arus Saat Cari Ikan di Pintu Pembuangan
SINGARAJA, NusaBali
Bendungan Titab-Ularan yang berlokasi di perbatasan Kecamatan Seririt-Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng telan korban nyawa, Kamis (21/6) sore. Korbannya asalah I Made Ginaca, 51, warga Banjar Bhuana Kerthi, Desa Ularan, Kecamatan Seririt yang tewas terseret arus air di depan pintu pembuangan (pengurasan) air Bendungan Titab-Ularan. Sedangkan anaknya yang juga ikut terseret arus, I Putu Indrawan, 18, selamat dari maut.
Informasi yang dihimpun NusaBali, saat musibah maut terjadi, Kamis sore sekitar pukul 17.00 Wita, korban Made Ginaca tengah berburu ikan yang hanyut melalui trowongan sebagai pintu pembuangan air Bendungan Titab-Ularan. Pria berusia 51 tahun ini kala itu berburu ikan bersama anak sematang wayangnya, I Putu Indrawan.
Awalnua, korban Made Ginaca bersama anaknya berangkat ke Bendungan Titab-Ularan dengan jalan kaki, karena rumahnya hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari bendungan 12 juta meter kubik air tersebut. Mereka tiba di Bendungan Titab-Ularan, Kamis pagi sekitar pukul 10.00 Wita.
Bapak dan anaknya ini berburu ikan, karena saat itu ikan cukup banyak yang hanyut dari pintu pembuangan air yang dibuka sejak beberapa bulan lalu. Ikan yang hanyut melalui trowongan sepanjang sekitar 5 meter itu, biasanya langsung klenger.
Mereka mencari ikan dengan pasang bubu (perangkap) dari hilir sambil jalan ke pusaran terowongan di pintu pembuangan air bendungan. Selain korban Made Ginaca dan anaknya, sore itu ada juga beberapa warga yang memancing ikan di sekitar Bendungan Titab-Ularan.
Nah, saat melihat ada ikan yang klenger, korban bersama anaknya berniat untuk langsung menangkapnya dengan tangan kosong. Bapak dan anaknya ini pun menceburkan diri ke aliran air deras. Karena saking derasnya aliran air, korban dan anaknya sampai tergulung arus.
Begitu terjadi musibah, warga lainnya yang sama-sama mencari ikan kontan coba memberikan pertolongan. Korban Made Ginaca dan anaknya pun berhasil dievakuasi warga dalam kondisi selamat. Namun naas, korban Made Ginaca akhirnya tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sedangkan anaknya, Putu Indrawan, selamat dari maut.
Saat dikonfirmasi NusaBali, Sekretaris Desa (Sekdes) Ularan, I Gusti Made Arsika, membenarkan musibah maut yang menewaskan seorang warganya, Made Ginaca. Menurut IGM Arsika, dari laporan Kelian Dusun (Kadus), korban dan anaknya memang sering mencari ikan di depan terowongan tepat di bawah bendungan terbesar di Bali tersebut. Biasnaya, di terowongan itu banyak muncul gerombolan ikan karena dihayutkan air.
Kemarin sore, kata Arsika, korban Made Ginaca dan anakanya nekat mencebur karena melihat banyak ikan klenger. Namun, bapak dan anaknya itu terseret arus deras. Bahkan, karena kerasnya tekanan air, korban sempat terombang-ambing di sekitar kubangan.
“Informasinya, di sana (terowongan tepat di bawah Bendungan Titab-Ularan) banyak ikan dan sering warga menjaringnya. Mungkin saat keduanya turun, langsung terbawa arus deras. Beruntung, anaknya berhasil diselamatkan warga,” jelas Arsika. “Korban Made Ginaca sendiri sempat selama 10 menit terombang-ambing, sebelum kemudian bisa dievakuasi warga. Sayang, saat dibawa ke rumah sakit, korban menghembuskan napas terakhir,” papar Arsika.
Hingga tadi malam, jenazah korban Made Ginaca masih disemayamkan di rumah duka di Banjar Bhuana Kerthi, Desa Ularan, Kecamatan Seririt. Pihak keluarga masih berembuk soal dewasa ayu pemakaman jenazah korban. Sedangkan anak korban, Putu Indrawan, semalam sudah diajak pulang setelah sempat berobat ke rumah sakit. Namun, kondisinya masih shock.
Sementara itu, Kapolsek Seririt AKP Dewa Anom mengakui kasus tewasnya korban Made Ginaca di Bendungan Titab-Ularan ini murni peristiwa kecelakaan. Pihaknya sudah melakukan penyelidika. Dari situ terungkap tidak ada faktor kesengajaan atau sabotase. "Ini murni kecelakaan. Korban sempat ditolong warga, tapi akhirnya meninggal saat dibawa ke rumah sakit," tegas AKP Dewa Anom ketika dihubungi NusaBali per telepon, tadi malam.
Bendungan Titab-Ularan sendiri berlokasi 6 desa dari 2 kecamatan bertetangga di Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.
Bendungan Titab-Ularan yang luasnya mencapai 64 hektare dengan kedalaman 60 meter, ditargetkan mampu menampung 12 juta meter kubik air. Proses pengisian air Bendungan Titab-Ularan sudah dimulai sejak 13 Desember 2015 lalu.
Pada 16 Januari 2016, warga desa-desa dari dua kecamatan bertetangga di sekitar Bendungan Titab-Ularan juga sempat resah. Kala itu, mereka resah karena beredar isu Bendungan Titab-Ularan jebol, ditandai dengan bunyi ledakan sebanyak tiga kali.
Kemudian, 3 Februari 2016 untuk kali kedua muncul isu miring terkait Bendungan Titab-Ularan, hingga bikin cemas warga sekitar. Kala itu, Bendungan Titab-Ularan diisukan bocor, yang diperkuat postingan sebuah foto di sosial media, yang memperlihatkan situasi saluran irigasi di bawah jembatan mengalami luapan air dengan debit sangat besar. Gara-gara postingan foto tersebut, muncul kemudian dugaan kalau bendungan berkapasitas 12 juta meter kubik air tersebut mengalami kebocoran. Ini dikaitkan dengan adanya keretakan yang dibarengi amblasnya tanah seputar jembatan di atas Bendungan Titab-Ularan. *k19
SINGARAJA, NusaBali
Bendungan Titab-Ularan yang berlokasi di perbatasan Kecamatan Seririt-Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng telan korban nyawa, Kamis (21/6) sore. Korbannya asalah I Made Ginaca, 51, warga Banjar Bhuana Kerthi, Desa Ularan, Kecamatan Seririt yang tewas terseret arus air di depan pintu pembuangan (pengurasan) air Bendungan Titab-Ularan. Sedangkan anaknya yang juga ikut terseret arus, I Putu Indrawan, 18, selamat dari maut.
Informasi yang dihimpun NusaBali, saat musibah maut terjadi, Kamis sore sekitar pukul 17.00 Wita, korban Made Ginaca tengah berburu ikan yang hanyut melalui trowongan sebagai pintu pembuangan air Bendungan Titab-Ularan. Pria berusia 51 tahun ini kala itu berburu ikan bersama anak sematang wayangnya, I Putu Indrawan.
Awalnua, korban Made Ginaca bersama anaknya berangkat ke Bendungan Titab-Ularan dengan jalan kaki, karena rumahnya hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari bendungan 12 juta meter kubik air tersebut. Mereka tiba di Bendungan Titab-Ularan, Kamis pagi sekitar pukul 10.00 Wita.
Bapak dan anaknya ini berburu ikan, karena saat itu ikan cukup banyak yang hanyut dari pintu pembuangan air yang dibuka sejak beberapa bulan lalu. Ikan yang hanyut melalui trowongan sepanjang sekitar 5 meter itu, biasanya langsung klenger.
Mereka mencari ikan dengan pasang bubu (perangkap) dari hilir sambil jalan ke pusaran terowongan di pintu pembuangan air bendungan. Selain korban Made Ginaca dan anaknya, sore itu ada juga beberapa warga yang memancing ikan di sekitar Bendungan Titab-Ularan.
Nah, saat melihat ada ikan yang klenger, korban bersama anaknya berniat untuk langsung menangkapnya dengan tangan kosong. Bapak dan anaknya ini pun menceburkan diri ke aliran air deras. Karena saking derasnya aliran air, korban dan anaknya sampai tergulung arus.
Begitu terjadi musibah, warga lainnya yang sama-sama mencari ikan kontan coba memberikan pertolongan. Korban Made Ginaca dan anaknya pun berhasil dievakuasi warga dalam kondisi selamat. Namun naas, korban Made Ginaca akhirnya tewas dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sedangkan anaknya, Putu Indrawan, selamat dari maut.
Saat dikonfirmasi NusaBali, Sekretaris Desa (Sekdes) Ularan, I Gusti Made Arsika, membenarkan musibah maut yang menewaskan seorang warganya, Made Ginaca. Menurut IGM Arsika, dari laporan Kelian Dusun (Kadus), korban dan anaknya memang sering mencari ikan di depan terowongan tepat di bawah bendungan terbesar di Bali tersebut. Biasnaya, di terowongan itu banyak muncul gerombolan ikan karena dihayutkan air.
Kemarin sore, kata Arsika, korban Made Ginaca dan anakanya nekat mencebur karena melihat banyak ikan klenger. Namun, bapak dan anaknya itu terseret arus deras. Bahkan, karena kerasnya tekanan air, korban sempat terombang-ambing di sekitar kubangan.
“Informasinya, di sana (terowongan tepat di bawah Bendungan Titab-Ularan) banyak ikan dan sering warga menjaringnya. Mungkin saat keduanya turun, langsung terbawa arus deras. Beruntung, anaknya berhasil diselamatkan warga,” jelas Arsika. “Korban Made Ginaca sendiri sempat selama 10 menit terombang-ambing, sebelum kemudian bisa dievakuasi warga. Sayang, saat dibawa ke rumah sakit, korban menghembuskan napas terakhir,” papar Arsika.
Hingga tadi malam, jenazah korban Made Ginaca masih disemayamkan di rumah duka di Banjar Bhuana Kerthi, Desa Ularan, Kecamatan Seririt. Pihak keluarga masih berembuk soal dewasa ayu pemakaman jenazah korban. Sedangkan anak korban, Putu Indrawan, semalam sudah diajak pulang setelah sempat berobat ke rumah sakit. Namun, kondisinya masih shock.
Sementara itu, Kapolsek Seririt AKP Dewa Anom mengakui kasus tewasnya korban Made Ginaca di Bendungan Titab-Ularan ini murni peristiwa kecelakaan. Pihaknya sudah melakukan penyelidika. Dari situ terungkap tidak ada faktor kesengajaan atau sabotase. "Ini murni kecelakaan. Korban sempat ditolong warga, tapi akhirnya meninggal saat dibawa ke rumah sakit," tegas AKP Dewa Anom ketika dihubungi NusaBali per telepon, tadi malam.
Bendungan Titab-Ularan sendiri berlokasi 6 desa dari 2 kecamatan bertetangga di Buleleng Barat. Rinciannya, 4 desa di wilayah Kecamatan Busungbiu yakni Desa Titab, Desa Kekeran, Desa Busungbiu, dan Desa Telaga. Sedangkan 2 desa lagi masuk wilayah Kecamatan Seririt, masing-masing Desa Ularan dan Desa Ringdikit.
Bendungan Titab-Ularan yang luasnya mencapai 64 hektare dengan kedalaman 60 meter, ditargetkan mampu menampung 12 juta meter kubik air. Proses pengisian air Bendungan Titab-Ularan sudah dimulai sejak 13 Desember 2015 lalu.
Pada 16 Januari 2016, warga desa-desa dari dua kecamatan bertetangga di sekitar Bendungan Titab-Ularan juga sempat resah. Kala itu, mereka resah karena beredar isu Bendungan Titab-Ularan jebol, ditandai dengan bunyi ledakan sebanyak tiga kali.
Kemudian, 3 Februari 2016 untuk kali kedua muncul isu miring terkait Bendungan Titab-Ularan, hingga bikin cemas warga sekitar. Kala itu, Bendungan Titab-Ularan diisukan bocor, yang diperkuat postingan sebuah foto di sosial media, yang memperlihatkan situasi saluran irigasi di bawah jembatan mengalami luapan air dengan debit sangat besar. Gara-gara postingan foto tersebut, muncul kemudian dugaan kalau bendungan berkapasitas 12 juta meter kubik air tersebut mengalami kebocoran. Ini dikaitkan dengan adanya keretakan yang dibarengi amblasnya tanah seputar jembatan di atas Bendungan Titab-Ularan. *k19
1
Komentar