Putu Artha Nyaleg DPR RI dari Sulteng
Mantan Komisioner KPU RI 2007-2012, I Gusti Putu Artha, maju ke DPR RI dari NasDem Dapil Sulawesi Tengah (Sulteng) dalam Pileg 2019 mendatang.
JAKARTA, NusaBali
Politisi asal Singaraja, Buleleng yang kini Ketua Komisi Saksi Nasional (KSN) DPP NasDem ini pilih nyaleg lewat Dapil Sulteng karena dorongan tokoh transmigrans asal Bali yang tersebar 13 kabupaten/kota se-Sulteng. Putu Artha pun optimistis bisa melenggang ke Senayan dengan merebut 1 dari 7 kursi DPR RI Dapil Sulteng.
"Ketika saya menghadiri acara Lokasabha PHDI Sulteng pada Oktober 2017 lalu, para tokoh memberi masukan agar saya nyaleg dan memilih Dapil Sulteng. Bila saya maju melalui Sulteng, mereka siap memberikan dukungan penuh," ungkap Putu Artha saat dihubungi NusaBali dalam perjalanan dari Kendari ke Morowali untuk memberi pembekalan kepada 900 saksi NasDem, Kamis (21/6).
Putu Artha mengatakan, awalnya dia tidak ada niat nyalon sebagai anggota legislatif. Misi utamanya adalah memastikan NasDem mengawal ideologi bangsa yang saat ini sedang dirongrong oleh kelompok tertentu, yang ingin mengganti dengan ideologi lain. Selain itu, juga membesarkan NasDem agar menjadi partai besar dan kuat di tingkat nasional, dengan kemampuan yang dimilikinya.
Menurut Putu Artha, pihaknya konsentrasi memberikan pendidikan politik kepada kader NasDem agar bisa menjadi saksi di setiap TPS. Dia pun telah menyambangi 79 kabupaten/kota di 34 provinsi. Namun, seminggu yang lalu, induk partai memanggilnya agar dia nyalon sebagai anggota legistatif. Hal ini berlaku kepada semua kader NasDem. "Kecuali ketua umum, tidak mencalonkan diri. Saya loyal terhadap partai sehingga ikut mencalonkan diri," katanya.
Putu Artha sendiri tidak memilih tarung di Dapil Bali, dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya, Dapil Bali sangat keras, baik di internal maupun eksternal partai. Selain itu, kata dia, pemilih di Bali terlalu pragmatis. Akibatnya yang tidak memiliki modal besar sulit tembus.
Walhasil, Putu Artha putuskan maju ke Senayan dari Dapil Sulteng, yang banyak ada transmigrans asal Bali. Apalagi, sebelumnya sudah ada dorongan dari tokoh setempat. Mereka ingin ada sosok yang bisa mewakili serta memperjuangkan kepetingannya di tingkat lokal dan pusat. Pasalnya, ketika menghadapi permasalahan selama ini, mereka tidak bisa menyelesaikan karena tak memiliki kekuasaan.
Putu Artha mengatakan, krama Bali perantauan di Sulteng memerlukan orang yang punya nyali, berkelas, dan berkualitas. Mereka menganggap sosok itu ada pada Putu Artha. "Saya sangat berterima kasih mendapat kepercayaan seperti itu," tandas alumnus SMAN 1 Singaraja dan Fakultas Pertanian Unud ini.
Permasalahan yang dihadapi transmigrans asal Bali di Sulteng, kata Putu Artha, adalah soal tanah. Mereka kerap mendapat gangguan dari pemilik tanah yang mereka beli. Padahal, mereka sudah memegang sertifikat secara resmi. Kelak bila terpilih ke Senayan, Putu Artha akan membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu, masalah keumatan juga menjadi perhatiannya. Putu Artha ingin memastikan adanya perlakuan setara.
Demi untuk nyaleg DPR RI Dapil Sulteng ke Pileg 2019, Putu Artha pun kerap bolak balik antara Jakarta-Palu-Bali. Dia menjadwalkan seminggu berada di Bali, seminggu di Jakarta, dan dua minggu di Sulteng. Selama ini, Putu Artha baru lima kali turun ke bawah di Dapil Sulteng. Rencananya, Juli 2018 mendatang barulah dia akan fokus di Dapilnya.
Bahkan, Putu Artha mengagendakan road show ke sejumlah kabupaten di Sulteng, seperti Parigi Moutong, Toli-toli, Donggala, dan Banggai. Selanjutnya, Agustus 2018 mendatang dia akan simakrama ke desa-desa adat di Sulteng.
Menurut Putu Artha, dirinya tidak banyak mengeluarkan biaya dalam nyaleg dari Dapil Sulteng. Dia mengaku dibantu tokoh NasDem setempat. "Untuk menyewa rumah dan membuat baliho, memang mengeluarkan uang. Tapi, jujur saya tidak mengeluarkan modal sama sekali lantaran ada tokoh NasDem di Sulteng yang bantu finansial saya. Beliau telah menyiapkan itu semua, termasuk kendaraan dan operasional lainnya," jelas Putu Artha.
Di Dapil Sulteng, Putu Artha menyasar perolehan suara transmigrans asal Bali. Dari sekitar 3 juta penduduk Sulteng, 150.000 orang di antaranya asal Bali. Jumlah terbanyak berada di Kabupaten Parigi Moutong yakni 100.000 orang Bali.
Menurut Putu Artha, dari 150.000 orang Bali di Sulteng, sekitar 85.000 orang di antaranya masuk daftar pemilih tetap (DPT). Dia targetkan bisa merangkul 50.000 suara dari 85.000 DPT asal Bali di Sulteng. Selebihnya, menyasar kalangan minoritas seperti umat Katolik dan Kristen. Mereka memiliki kedekatan, karena rata-rata adalah penggemar mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Saat Ahok maju kembali sebagai Cagub di Pilgub DKI Jakarta 2017, Putu Artha menjadi salah satu tim suksesnya.
Sementara itu, Ketua Peradah Sulteng, I Gede Yogantara Teguh Eko Wijaya, mengatakan sangat mengapresiasi pencalonan Putu Artha maju ke DPR RI Dapil Sulteng. "Ini merupakan sebuah reward dan penghargaan bagi masyarakat Sulteng, karena sosok Putu Artha yang terkenal di tingkat pusat mau berkiprah di sini," ujar Gede Yugantara saat dihubungi NusaBali terpisah, Kamis kemarin.
Yogantara berharap pencalonan Putu Artha di Dapil Sulteng bisa menjadi contoh kalangan muda Hindu, agar mereka lebih semangat lagi dalam berkiprah. Pihaknya juga berharap Putu Artha dapat lolos ke Senayan untuk mewakili dan memperjuangan aspirasi umat Hindu di tingkat pusat. *k22
Politisi asal Singaraja, Buleleng yang kini Ketua Komisi Saksi Nasional (KSN) DPP NasDem ini pilih nyaleg lewat Dapil Sulteng karena dorongan tokoh transmigrans asal Bali yang tersebar 13 kabupaten/kota se-Sulteng. Putu Artha pun optimistis bisa melenggang ke Senayan dengan merebut 1 dari 7 kursi DPR RI Dapil Sulteng.
"Ketika saya menghadiri acara Lokasabha PHDI Sulteng pada Oktober 2017 lalu, para tokoh memberi masukan agar saya nyaleg dan memilih Dapil Sulteng. Bila saya maju melalui Sulteng, mereka siap memberikan dukungan penuh," ungkap Putu Artha saat dihubungi NusaBali dalam perjalanan dari Kendari ke Morowali untuk memberi pembekalan kepada 900 saksi NasDem, Kamis (21/6).
Putu Artha mengatakan, awalnya dia tidak ada niat nyalon sebagai anggota legislatif. Misi utamanya adalah memastikan NasDem mengawal ideologi bangsa yang saat ini sedang dirongrong oleh kelompok tertentu, yang ingin mengganti dengan ideologi lain. Selain itu, juga membesarkan NasDem agar menjadi partai besar dan kuat di tingkat nasional, dengan kemampuan yang dimilikinya.
Menurut Putu Artha, pihaknya konsentrasi memberikan pendidikan politik kepada kader NasDem agar bisa menjadi saksi di setiap TPS. Dia pun telah menyambangi 79 kabupaten/kota di 34 provinsi. Namun, seminggu yang lalu, induk partai memanggilnya agar dia nyalon sebagai anggota legistatif. Hal ini berlaku kepada semua kader NasDem. "Kecuali ketua umum, tidak mencalonkan diri. Saya loyal terhadap partai sehingga ikut mencalonkan diri," katanya.
Putu Artha sendiri tidak memilih tarung di Dapil Bali, dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya, Dapil Bali sangat keras, baik di internal maupun eksternal partai. Selain itu, kata dia, pemilih di Bali terlalu pragmatis. Akibatnya yang tidak memiliki modal besar sulit tembus.
Walhasil, Putu Artha putuskan maju ke Senayan dari Dapil Sulteng, yang banyak ada transmigrans asal Bali. Apalagi, sebelumnya sudah ada dorongan dari tokoh setempat. Mereka ingin ada sosok yang bisa mewakili serta memperjuangkan kepetingannya di tingkat lokal dan pusat. Pasalnya, ketika menghadapi permasalahan selama ini, mereka tidak bisa menyelesaikan karena tak memiliki kekuasaan.
Putu Artha mengatakan, krama Bali perantauan di Sulteng memerlukan orang yang punya nyali, berkelas, dan berkualitas. Mereka menganggap sosok itu ada pada Putu Artha. "Saya sangat berterima kasih mendapat kepercayaan seperti itu," tandas alumnus SMAN 1 Singaraja dan Fakultas Pertanian Unud ini.
Permasalahan yang dihadapi transmigrans asal Bali di Sulteng, kata Putu Artha, adalah soal tanah. Mereka kerap mendapat gangguan dari pemilik tanah yang mereka beli. Padahal, mereka sudah memegang sertifikat secara resmi. Kelak bila terpilih ke Senayan, Putu Artha akan membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Selain itu, masalah keumatan juga menjadi perhatiannya. Putu Artha ingin memastikan adanya perlakuan setara.
Demi untuk nyaleg DPR RI Dapil Sulteng ke Pileg 2019, Putu Artha pun kerap bolak balik antara Jakarta-Palu-Bali. Dia menjadwalkan seminggu berada di Bali, seminggu di Jakarta, dan dua minggu di Sulteng. Selama ini, Putu Artha baru lima kali turun ke bawah di Dapil Sulteng. Rencananya, Juli 2018 mendatang barulah dia akan fokus di Dapilnya.
Bahkan, Putu Artha mengagendakan road show ke sejumlah kabupaten di Sulteng, seperti Parigi Moutong, Toli-toli, Donggala, dan Banggai. Selanjutnya, Agustus 2018 mendatang dia akan simakrama ke desa-desa adat di Sulteng.
Menurut Putu Artha, dirinya tidak banyak mengeluarkan biaya dalam nyaleg dari Dapil Sulteng. Dia mengaku dibantu tokoh NasDem setempat. "Untuk menyewa rumah dan membuat baliho, memang mengeluarkan uang. Tapi, jujur saya tidak mengeluarkan modal sama sekali lantaran ada tokoh NasDem di Sulteng yang bantu finansial saya. Beliau telah menyiapkan itu semua, termasuk kendaraan dan operasional lainnya," jelas Putu Artha.
Di Dapil Sulteng, Putu Artha menyasar perolehan suara transmigrans asal Bali. Dari sekitar 3 juta penduduk Sulteng, 150.000 orang di antaranya asal Bali. Jumlah terbanyak berada di Kabupaten Parigi Moutong yakni 100.000 orang Bali.
Menurut Putu Artha, dari 150.000 orang Bali di Sulteng, sekitar 85.000 orang di antaranya masuk daftar pemilih tetap (DPT). Dia targetkan bisa merangkul 50.000 suara dari 85.000 DPT asal Bali di Sulteng. Selebihnya, menyasar kalangan minoritas seperti umat Katolik dan Kristen. Mereka memiliki kedekatan, karena rata-rata adalah penggemar mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Saat Ahok maju kembali sebagai Cagub di Pilgub DKI Jakarta 2017, Putu Artha menjadi salah satu tim suksesnya.
Sementara itu, Ketua Peradah Sulteng, I Gede Yogantara Teguh Eko Wijaya, mengatakan sangat mengapresiasi pencalonan Putu Artha maju ke DPR RI Dapil Sulteng. "Ini merupakan sebuah reward dan penghargaan bagi masyarakat Sulteng, karena sosok Putu Artha yang terkenal di tingkat pusat mau berkiprah di sini," ujar Gede Yugantara saat dihubungi NusaBali terpisah, Kamis kemarin.
Yogantara berharap pencalonan Putu Artha di Dapil Sulteng bisa menjadi contoh kalangan muda Hindu, agar mereka lebih semangat lagi dalam berkiprah. Pihaknya juga berharap Putu Artha dapat lolos ke Senayan untuk mewakili dan memperjuangan aspirasi umat Hindu di tingkat pusat. *k22
1
Komentar