Pastika Ajak Tokoh Dunia Lihat Hindu dalam Seni Budaya Bali
Acara tahunan World Hindu Wisdom Meet VI akan digelar di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Art Centre Denpasar, 23-24 Juni 2018, bersamaan dengan gelaran PKB XXXX 2018
World Hindu Wisdom Meet VI 2018 Angkat Tema ‘Hindu for Better Life’
DENPASAR, NusaBali
Kegiatan tahunan World Hindu Wisdom Meet (WHWM) VI 2018 bertema ‘Hindu for Better Life’ akan digelar di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Art Centre Denpasar, 23-24 Juni nanti, bersamaan dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXX 2018. Gubernur Made Mangku Pastika yang kini menjabat Presiden World Hindu Parisad, mengajak tokoh-tokoh Hindu dunia untuk lihat Hindu dalam seni budaya Bali.
Pembukaan WHWM VI 2018 ini sengaja dilakukan bersamaan dengan acara pembukaan PKB XXXX 2018, Sabtu (23/6) besok, untuk memberi kesempatan kepada para tokoh Hindu dunia melihat seni dan budaya Bali yang bernapaskan Hindu. “Kita integrasikan dengan PKB, karena ini baik untuk Bali, Indonesia, dan dunia. Di satu sisi, kita ingin membawa kedamaian dan kebahagiaan dari Bali. Di lain sisi, juga memetik hasilnya, karena dengan demikian Bali dikenal dunia bukan saja sebagai pusat pariwisata budaya,” ujar Gubernur Pastika saat jumpa pers di Denpasar, Kamis (21/6).
Pastika menegaskan, peradaban Hindu sebagai jalan hidup mewariskan nilai-nilai luhur yang sudah dimulai ribuan tahun silam. Nilai-nilai inilah yang ingin dikumpulkan kembali dalam bentuk karya-karya dan kegiatan-kegiatan yang bisa memberikan makna, agar kehidupan menjadi lebih baik.
Pastika menekankan agar Hindu jangan berkutat pada upakara dan upacara atau diistilahkan dengan cangkang telur. Sementara isinya, yakni putih telur (etika atau susila) dan kuning telur (tattwa atau filsafat), malah tidak tersentuh.
“Semua berbicara tentang upakara, upacara. Padahal, itu adalah kulit luar. Ibarat telur, itu adalah kulit telur (cangkang). Putihnya, etika/susila. Kuningnya, tattwa. Sebutir telur harus terdiri dari tiga itu. Tidak cukup kuningnya saja, putihnya saja. Bukan telur namanya kalau tidak terdiri dari tiga hal tersebut. Nah, kita sering terjebak di situ, sehingga tidak maju-maju,” tegas mantan Kapolda Bali ini.
Menurut Pastika, semua komponen diharapkan bergerak menyuarakan Hindu yang fleksibel. Tidak hanya kalangan tokoh dan intelektual, generasi muda pun harus ikut mendorong pembangunan agama Hindu untuk menghadapi tantangan zaman. Hindu jangan terkurung dengan masa lalu, namun value (nilai kehidupan) di masa lalu yang masih relevan patut dijadikan pegangan untuk melangkah ke masa depan.
“Memang untuk memahami hidup, kita harus menengok ke belakang. Tapi, untuk menghadapi hidup, kita harus melihat ke depan. Learn from the past, prepare for the future,” jelas Pastika. “Ada yang masih relevan, value-nya kita gunakan untuk kehidupan sekarang. Keberanian, kesetiaan, tanggung jawan, kegigihan. Sehingga kita bisa menghadapi zaman yang sudah pasti berbeda dengan zaman dulu,” lanjut Gubernur Bali pertama asal Buleleng ini.
Pastika menyebutkan, WHWM VI 2018 ini mengambil tema ‘Hindu For Better Life’ (Hindu untuk Kehidupan yang Lebih Baik), karena masih banyak umat Hindu yang hidup dalam kondisi kemiskinan, kebodohan, dan penderitaan. Karena itu, harus ada upaya untuk mengangkat penderitaan sesama umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
“Hindu memberikan pilihan, never say harus ini harus itu, tidak ada. If you do good, you get good. Pilih do good apa do bad? WHP ingin memberi kontribusi, karena Hindu menawarkan berbagai cara untuk mencapai kebahagiaan. Bukan hanya untuk orang yang beragama Hindu, tapi juga untuk alam semesta,” tandas Gubernur dua periode yang akan maju sebagai calon DPD RI Dapil Bali dalam Pileg 2019 ini.
Sementara itu, Ketua Panitia WHWM VI 2018, I Ketut Donder PhD, menyatakan Gubernur Pastika akan menjadi pembicara kunci dalam pertemuan tahunan tokoh intelektual Hindu se-dunia nanti. Selain Pastika yang menjadi keynote speaker, WHWM VI 2018 juga menghadirkan narasumber dari luar negeri dan dalam negeri. Naresumber tersebut, antara lain, Swami Paramatmananda Saraswati (India), Prof Subash Chandra Das (India), Ajay Singh (India), Dr Chandra Saragan (Malaysia), Swami Anand Krishna (Indonesia), Ida Pedanda Gede Made Putra Kekeran (Indonesia), Ngakan Putu Putra (Indonesia), dan I Gede Sudibya (Indonesia).
Kegiatan WHWM VI 2018 akan dikemas dengan model semnar internasional yang dibarengi dengan bebagai acara pentas seni, seperti Drama in Sanskrit about Ancient History of Hindu Maharsi Journey to Bali, pentas seni silat Martial Art of Silambam as The Ancient Hindu Martial Art Malaysia berkolaborasi dengan Pasraman Seruling Dewata Bali. *ind
DENPASAR, NusaBali
Kegiatan tahunan World Hindu Wisdom Meet (WHWM) VI 2018 bertema ‘Hindu for Better Life’ akan digelar di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Art Centre Denpasar, 23-24 Juni nanti, bersamaan dengan Pesta Kesenian Bali (PKB) XXXX 2018. Gubernur Made Mangku Pastika yang kini menjabat Presiden World Hindu Parisad, mengajak tokoh-tokoh Hindu dunia untuk lihat Hindu dalam seni budaya Bali.
Pembukaan WHWM VI 2018 ini sengaja dilakukan bersamaan dengan acara pembukaan PKB XXXX 2018, Sabtu (23/6) besok, untuk memberi kesempatan kepada para tokoh Hindu dunia melihat seni dan budaya Bali yang bernapaskan Hindu. “Kita integrasikan dengan PKB, karena ini baik untuk Bali, Indonesia, dan dunia. Di satu sisi, kita ingin membawa kedamaian dan kebahagiaan dari Bali. Di lain sisi, juga memetik hasilnya, karena dengan demikian Bali dikenal dunia bukan saja sebagai pusat pariwisata budaya,” ujar Gubernur Pastika saat jumpa pers di Denpasar, Kamis (21/6).
Pastika menegaskan, peradaban Hindu sebagai jalan hidup mewariskan nilai-nilai luhur yang sudah dimulai ribuan tahun silam. Nilai-nilai inilah yang ingin dikumpulkan kembali dalam bentuk karya-karya dan kegiatan-kegiatan yang bisa memberikan makna, agar kehidupan menjadi lebih baik.
Pastika menekankan agar Hindu jangan berkutat pada upakara dan upacara atau diistilahkan dengan cangkang telur. Sementara isinya, yakni putih telur (etika atau susila) dan kuning telur (tattwa atau filsafat), malah tidak tersentuh.
“Semua berbicara tentang upakara, upacara. Padahal, itu adalah kulit luar. Ibarat telur, itu adalah kulit telur (cangkang). Putihnya, etika/susila. Kuningnya, tattwa. Sebutir telur harus terdiri dari tiga itu. Tidak cukup kuningnya saja, putihnya saja. Bukan telur namanya kalau tidak terdiri dari tiga hal tersebut. Nah, kita sering terjebak di situ, sehingga tidak maju-maju,” tegas mantan Kapolda Bali ini.
Menurut Pastika, semua komponen diharapkan bergerak menyuarakan Hindu yang fleksibel. Tidak hanya kalangan tokoh dan intelektual, generasi muda pun harus ikut mendorong pembangunan agama Hindu untuk menghadapi tantangan zaman. Hindu jangan terkurung dengan masa lalu, namun value (nilai kehidupan) di masa lalu yang masih relevan patut dijadikan pegangan untuk melangkah ke masa depan.
“Memang untuk memahami hidup, kita harus menengok ke belakang. Tapi, untuk menghadapi hidup, kita harus melihat ke depan. Learn from the past, prepare for the future,” jelas Pastika. “Ada yang masih relevan, value-nya kita gunakan untuk kehidupan sekarang. Keberanian, kesetiaan, tanggung jawan, kegigihan. Sehingga kita bisa menghadapi zaman yang sudah pasti berbeda dengan zaman dulu,” lanjut Gubernur Bali pertama asal Buleleng ini.
Pastika menyebutkan, WHWM VI 2018 ini mengambil tema ‘Hindu For Better Life’ (Hindu untuk Kehidupan yang Lebih Baik), karena masih banyak umat Hindu yang hidup dalam kondisi kemiskinan, kebodohan, dan penderitaan. Karena itu, harus ada upaya untuk mengangkat penderitaan sesama umat manusia menuju kehidupan yang lebih baik.
“Hindu memberikan pilihan, never say harus ini harus itu, tidak ada. If you do good, you get good. Pilih do good apa do bad? WHP ingin memberi kontribusi, karena Hindu menawarkan berbagai cara untuk mencapai kebahagiaan. Bukan hanya untuk orang yang beragama Hindu, tapi juga untuk alam semesta,” tandas Gubernur dua periode yang akan maju sebagai calon DPD RI Dapil Bali dalam Pileg 2019 ini.
Sementara itu, Ketua Panitia WHWM VI 2018, I Ketut Donder PhD, menyatakan Gubernur Pastika akan menjadi pembicara kunci dalam pertemuan tahunan tokoh intelektual Hindu se-dunia nanti. Selain Pastika yang menjadi keynote speaker, WHWM VI 2018 juga menghadirkan narasumber dari luar negeri dan dalam negeri. Naresumber tersebut, antara lain, Swami Paramatmananda Saraswati (India), Prof Subash Chandra Das (India), Ajay Singh (India), Dr Chandra Saragan (Malaysia), Swami Anand Krishna (Indonesia), Ida Pedanda Gede Made Putra Kekeran (Indonesia), Ngakan Putu Putra (Indonesia), dan I Gede Sudibya (Indonesia).
Kegiatan WHWM VI 2018 akan dikemas dengan model semnar internasional yang dibarengi dengan bebagai acara pentas seni, seperti Drama in Sanskrit about Ancient History of Hindu Maharsi Journey to Bali, pentas seni silat Martial Art of Silambam as The Ancient Hindu Martial Art Malaysia berkolaborasi dengan Pasraman Seruling Dewata Bali. *ind
1
Komentar