Perbekel Candi Kuning Minta Maaf
Kepala Desa (Perbekel) Candi Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan, I Made Mudita, minta maaf kepada umat Hindu di Bali dan seluruh Indonesia atas kegaduhan Nyepi Tahun Baru Saka 1938 yang terjadi di tepi Danau Beratan, kawasan Bedugul, Rabu (9/3) lalu.
Buntut Kasus Kegaduhan Nyepi di Kawasan Bedugul
TABANAN, NusaBali
Selain Perbekel, tokoh Muslim di Banjar Dinas Candi Kuning II, Desa Candi Kuning, juga minta maaf atas kasus keramaian yang terkesan melecehkan perayaan Nyepi bagi umat Hindu tersebut.
Permintaan maaf itu disampaikan secara terbuka saat Perbekel Made Mudita mengumpulkan para pemuka desa serta tokoh Musim di Banjar Dinas Candi Kuning I dan Banjar Dinas Candi Kuning II melalui pertemuan di Kantor Desa Candi Kuning, Jumat (11/3). Pertemuan ini digelar agar kasus serupa tidak terulang di masa-masa datang.
Pertemuan di Kantor Desa Candi Kuning, Jumat kemarin, dihadiri pula Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) I Gusti Ngurah Arta Negara, Kelian Dinas Banjar Candi Kuning II Ariel D Azkacetta, dan tokoh-tokoh Muslim Candi Kuning. Dalam pertemuan itu, Perbekel Made Mudita minta maaf kepada umat Hindu di Bali dan seluruh Indonesia, atas kegaduhan Nyepi di wilayahnya.
“Kami mohon maaf atas semua ini. Kami berharap kegaduhan di tepi Danau Beratan saat Nyepi Tahun Baru Saka 1938 tidak meluas dan dimaafkan oleh umat Hindu di Bali dan seluruh Indonesia,” ujar Perbekel Made Mudita.
Dalam rapat tersebut, tokoh Muslim di Candi Kuning, Khaeroni, juga secara terbuka menyampaikan permohonan maaf atas ulah warganya. Menurut Khaeroni, warganya kurang faham makna Hari Raya Nyepi di Bali. Saat Nyepi, umat Hindu di Bali melaksanakan sipeng atau Catur Brata Penyepian selama 24 jam. “Kami berjanji kasus seperti ini tidak terulang lagi pada Nyepi yang akan datang,” janji Khaeroni.
Sehari sebelumnya, Kamis (10/3), Kelian Dinas Banjar Candi Kuning II, Ariel D Azkacetta, juga telah meminta maaf kepada umat Hindu di Bali dan seluruh Indonesia.
Ariel menyatakan keramain di tepi Danau Beratan saat Nyepi Tahun Baru Saka 1938 terjadi setelah digelarnya sholat Gerhana Matahari. Sebetulnya, kata dia, jauh sebelumnya sudah ditekankan kepada warga setempat untuk menghormati umat Hindu yang melaksanakan Nyepi. “Hal itu diumumkan sampai dua kali, pagi dan sore, saat Pangrupukan Nyepi (Selasa, 8 Maret 2016),” jelas Ariel saat ditemui NusaBali di kediamannya di Desa Candi Kuning hari itu.
Ariel menjelaskan, mereka yang berdatangan ke jalan tepi Danau Beratan bukan hanya warga Banjar Candi Kuning II, tapi ada juga dari luar. Apalagi, lokasi keramaian adalah jantung pariwisata. Banyak juga orang yang berlibur di vila. Menurut Ariel, tidak ada unsur pembiaran dalam masalah ini, tapi lantaran koordinasinya kurang bagus. "Yang jelas, kami minta maaf kepada umat Hindu di Bali dan seluruh Indonesia atas kejadian ini,” katanya.
Sedangkan Bendesa Pakraman Candi Kuning, I Made Susila Putra, mengakui insiden kegaduhan Nyepi di tepi Danau Beratan terjadi karena lemahnya koordinasi. “Saya juga mengaku salah, karena koordinasi kami lemah. Tidak ada maksud pelecehan di balik semua ini,” jelas Bendesa Susila Putra.
Menurut Susila Putra, seluruh pecalang dan satuan keamanan dinas sudah diterjunkan dalam mengamankan pelaksanaan Nyepi Tahun Baru Saka 1938. Nah, karena adanya momentum Gerhana Matahari, maka muncul pikiran dan asumsi dibolehkan keluar rumah. "Baru sekarang ada fenomena seperti ini. Kalau tahun-tahun sebelumnya, tidak ada," tandas Susila Putra.
Sementara itu, Wakil Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya menyatakan kecewa atas insiden kegadunhan Nyepi di tepi Danau Beratan kawasan Banjar Dinas Candi Kuning II, Desa Candi Kuning. Wabup Sanjaya kecewa, karena ini menandakan imbauan tertulis dari Bupati, PHDI, dam Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) dilanggar oleh warga setempat.
"Saya juga sayangkan Bendesa Adat Candi Kuning dan pecalang yang tidak optimal dalam menjaga lingkunganya," ujar Wabup Sanjaya kepada NusaBali di Tabanan, Jumat kemarin. "Tahun depan tidak boleh terulang lagi kasus serupa," lanjut Wabup yang juga Ketua DPC PDIP Tabanan ini.
Khusyuknya pelaksanaan Nyepi Tahun Baru Saka 1938, sebagaimana diberitakan, ternoda oleh kasus keramaian di kawasan Banjar Candi Kuning II, Desa Pakraman Kuning, Kecamatan Baturiti, Tabanan yang informasinya menyebar melalui Facebook.
Heboh keramaian Nyepi tersebut berawal dari seorang perempuan pemilik akun Aiuk Arini Rizkiya yang menambahkan lima foto suasana Nyepi di wilayah dingin tersebut. Foto-foto tersebut diperkirakan diunggah Rabu sore sekitar pukul 17.00 Wita, saat umat Hindu masih menjalankan Catur Brata Penyepian.
Perempuan yang tinggal di Bedugul tadi lengkap menulis status pada foto, yang bunyinya, “dagang bakso ada, dagang sate ada, dagang tipat santok ada, dagang roti bakar ada…. Tinggal pilih dan slamat menikmati…nikmatnya nyepi d bedugull…” Foto-foto yang diupload ke Facebook (FB) itu pun langsung memantik reaksi netizen. Pasalnya, foto tersebut menggambarkan keramaian di tepi Danau Beratan, kawasan Bedugul, Kecamatan Baturiti. Dalam sekejap, status perempuan itu beberapa kali dibagikan oleh netizen. 7 k21,cr61
1
Komentar