Sebelum Tewas, Korban Sempat Pulang Bawa 3 Ekor Ikan
Korban I Made Ginaca dan anak semata wayangnya, I Putu Indrawan, baru pertama kali mencari ikan di Bendungan Titab-Ularan, karena tertarik oleh cerita para tetangga soal ikan-ikan klenger saat keluar dari terowongan
Musibah Maut Terseret Pusaran Air Saat Cari Ikan di Bendungan Titab-Ularan
SINGARAJA, NusaBali
Kematian tragis I Made Ginaca, 51, yang tewas terseret pusaran air di pintu pembuangan Bendungan Titab-Ularan di wilayah perbatasan Kecamatan Seririt-Kecamatan Busungbiu, Kabupaten Buleleng, Kamis (21/6) sore, menyisakan cerita pilu. Korban Made Ginaca tewas mengenaskan saat baru kali pertama mencari ikan di Bendungan Titab-Ularan. Sebelum tewas, korban masih sempat pulang makan siang sambil membawa 3 ekor ikan ke rumahnya di Banjar Bhuwana Kerti, Desa Ularan, Kecamatan Seririt.
Korban Made Ginaca terseret pusaran air di pintu pembuangan Bendungan Titab-Ularan, Kamis sore sekitar pukul 17.00 Wita. Korban terseret pusaran air bersama anak semata wayangnya, I Putu Indrawan, 18. Sang anak berhasil diselamatkan warga, sementara korban Made Ginaca tewas saat dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Keluarga Made Ginaca termasuk keluarga kurang mampu. Korban hanya buruh serabutan, selain ngangon sampi (pelihara sapi). Rumahnya terpencil di tengah tegalan kawasan Banjar Bhuwana Kerti, Desa Ularan. Saat NusaBali bertandang ke rumah duka, Jumat (22/6) siang, krama sebanjar dan kerabat dekat korban sedang sibuk mempersiapkan sarana upacara. Rencananya, jenazah korban Made Ginaca akan diupacarai Makingsan ring Geni di Setra Desa pakraman Patemon, Kecamatan Seririt, Buleleng pada Anggaran Paing Pujut, Selasa (26/6) depan. Maklum, keluarga besar korban berasal dari Desa Patemon.
Kepada NusaBali, adik kandung korban Made Ginaca, yakni Ketut Berata, mengaku sempat mendapat firasat buruk sehari sebelum kematian tragis kakaknya. Firasat buruk itu didapat melalui mimpi. Dalam mimpinya, ada penebangan pohon besar yang hidup di tengah bangunan rumah. Pohon itu berhasil ditebang, namun saat jatuh justru melayang dan tidak menimpa bangunan rumah. “Tapi saya tidak tahu kalau mimpi itu membawa pesan. Ternyata kakak saya yang meninggal seperti ini,” kenang Ketut Berata di rumah duka, Jumat kemarin.
Berata menceritakan, korban Made Ginaca dan anak semata wayangnya, Putu Indrawan, pergi mencari ikan di Bendungan Titab-Ularan, Kamis pagi pukul 10.00 Wita. Mereka sebelumnya sama sekali tidak pernah mencari ikan ke Bendungan Titab-Ularan. Namun, ayah dan anaknya ini tertarik mencari ikan hari itu, karena mendengar cerita dari tetatangganya kalau di bendungan banyak ikan yang hanyut melalui pintu pembuangan.
Korban Made Ginaca kemudian mengajak anaknya, Putu Indrawan, ke Bendungan Titab-Ularan. Mereka berangkat naik motor dari rumahnya yang berjaraks ekitar 1 kilometer. “Kakak dan keponakan saya ini tum-ben mencari ikan ke bendungan. Sebelumnya tidak pernah, mungkin karena sejak beberapa minggu ini banyak warga mencari ikan ke sana, makanya mereka jadi tertarik mencoba,” cerita Berata.
Korban Made Ginaca dan anaknya saat itu tidak membawa pancing atau jaring ke Bendungan Titab-Ularan. Mereka pilih menangkap ikan dengan tangan, karena ikannya memang banyak yang lengeh (klenger) begitu keluar dari terowongan.
Sebelum musibah sore itu, siangnya korban Made Ginaca dan anaknya sempat pulang untuk makan, sambil membawa 3 ekor ikan hasil tangkapannya. Ikan itu diserahkan korban kepada istrinya, Luh Sumiasih, 40. Usai makan, ayah dan anaknya ini kembali melanjutkan cari ikan ke Bendungan Titab-Ularan. Namun naas, sore sekitar pukul 17.00 Wita, korban dan anaknya terseret pusaran air yang keluar dari terowongan.
“Sebenarnya banyak warga yang mencari ikan di sana. Nah, kebetulan kakak dan keponakan saya ini mencari ikan di depan terowongan, mungkin saat itu tidak menyangka air yang keluar dari terowongan begitu besar, karena sempat terjadi hujan. Sehingga keduanya sempat digulung air berpusar di depan terowongan,” jelas Berata.
Menurut Berata, korban Made Ginaca baru bisa tertolong setelah 5 menit digulung pusaran air. Sedangkan Putu Indrawan berhasil diselamatkan, karena langsung hanyut ke pinggir dan ditarik warga. Indrawan kala itu langsung pulang dengan naik motor. Namun, begitu sampai di rumah, Indrawan justru teriak menanyakan bapaknya. Beberapa menit kemudian, bapaknya dinatar warga dengan motor pulang dalam kondisi lemas.
“Saya begitu dapat kabar, langsung ke sini, melihat kakak saya lemas. Saya langsung ajak ke RS Pratama di Desa Tangguwisia, Kecamatan Seririt. Namun, ketika diperiksa dokter, kakak saya dinyatakan sudah meninggal,” keluh Berata.
Sementara itu, istri korban yakni Luh Sumiasih masih terpukul dan shock berat atas kematian suaminya. Hingga Jumat kemarin, perempuan berusia 40 tahun ini belum bisa diajak berbicara oleh keluarganya. Luh Sumiasih bahkan beberapa kali jatuh pingsan, hingga sempat dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan anak semata wayangnya, Putu Indrawan, sudah bisa menerima kenyataan, meskipun masih sedih. *k19
1
Komentar