Pengusaha Kopi Demulih Sasar Pasar Pariwisata
Produk kopi olahan salah satu pengusaha asal Banjar/Desa Demulih, Kecamatan Susut, Bangli, IB Santosa, lebih menyasar pasar pariwisata.
BANGLI, NusaBali
Kopi dikemas dalam bentuk souvenir yang dapat meningkatkan nilai jual. Ke depan ia berharap produknya lebih dikenal di pasar lokal dan bisa diproduksi massal.
IB Santosa mengolah kopi robusta, arabika, serta kopi luwak. Ia mulai merintis usaha sejak tahun 1994 dengan pemasaran di kawasan wisata. Sasarannya para wisatawan. Selain kualitas kopi premium, IB Santosa juga selalu berinovasi dalam pengemasan. “Pengemasan juga harus premium. Kemasan mewakili isi di dalamnya,” ungkap IB Santosa, Jumat (22/6).
Kemasan kopi dibuat seperti souvernir sehingga pembeli bisa menjadikan kopi sebagai oleh-oleh. “Packing tidak hanya menggunakan plasitk, ada pula yang memanfaatkan kayu. Kayu dibentuk menjadi kotak lengkap dengan ukiran yang mencirikan produk Bali,” ujarnya. Kemasan kopi dibuat dalam berbagai ukuran mulai dari 10 gram hingga 250 gram. Gerai pemasaran ada di beberapa bandara seperti Bali, Jakarta, Surabaya, Lombok, serta lokasi pariwisata seperti Ubud, Batubulan, Tampaksiring, Kuta, Sanur, hingga Tanah Lot.
Ekspor baru di Singapura dan Jerman. “Ekspor belum banyak, selain itu untuk ekspor kopi dibatasi,” ujarnya. IB Santosa mendatangkan kopi dari Kintamani. Ia juga memelihara luwak 600 ekor. Luwak ada yang dititipkan di tetangga untuk dipelihara. “Kami libatkan warga lokal di Desa Demulih. Ada sekitar 60 pekerja,” sebutnya. Saat ini mengolah 1-2 ton kopi mentah sebulan. Untuk kopi luwak 500 kilogram. “Kami ingin mengembangkan di pasar lokal, seperti saat ini ngopi sudah jadi gaya hidup. Permintaan kopi cukup tinggi,” imbuhnya. *e
Kopi dikemas dalam bentuk souvenir yang dapat meningkatkan nilai jual. Ke depan ia berharap produknya lebih dikenal di pasar lokal dan bisa diproduksi massal.
IB Santosa mengolah kopi robusta, arabika, serta kopi luwak. Ia mulai merintis usaha sejak tahun 1994 dengan pemasaran di kawasan wisata. Sasarannya para wisatawan. Selain kualitas kopi premium, IB Santosa juga selalu berinovasi dalam pengemasan. “Pengemasan juga harus premium. Kemasan mewakili isi di dalamnya,” ungkap IB Santosa, Jumat (22/6).
Kemasan kopi dibuat seperti souvernir sehingga pembeli bisa menjadikan kopi sebagai oleh-oleh. “Packing tidak hanya menggunakan plasitk, ada pula yang memanfaatkan kayu. Kayu dibentuk menjadi kotak lengkap dengan ukiran yang mencirikan produk Bali,” ujarnya. Kemasan kopi dibuat dalam berbagai ukuran mulai dari 10 gram hingga 250 gram. Gerai pemasaran ada di beberapa bandara seperti Bali, Jakarta, Surabaya, Lombok, serta lokasi pariwisata seperti Ubud, Batubulan, Tampaksiring, Kuta, Sanur, hingga Tanah Lot.
Ekspor baru di Singapura dan Jerman. “Ekspor belum banyak, selain itu untuk ekspor kopi dibatasi,” ujarnya. IB Santosa mendatangkan kopi dari Kintamani. Ia juga memelihara luwak 600 ekor. Luwak ada yang dititipkan di tetangga untuk dipelihara. “Kami libatkan warga lokal di Desa Demulih. Ada sekitar 60 pekerja,” sebutnya. Saat ini mengolah 1-2 ton kopi mentah sebulan. Untuk kopi luwak 500 kilogram. “Kami ingin mengembangkan di pasar lokal, seperti saat ini ngopi sudah jadi gaya hidup. Permintaan kopi cukup tinggi,” imbuhnya. *e
Komentar