nusabali

Rekonstruksi Budaya Mengatasi Kenakalan

  • www.nusabali.com-rekonstruksi-budaya-mengatasi-kenakalan

Berbagai penyimpangan krama muda maupun tua sering diodar dalam media.

Perilaku tak normal itu sering berulang dalam sistem budaya Bali. Sistem budaya disadari tidak dapat berdiri sendiri. Sedangkan, berbicara masalah budaya tidaklah mudah. Karena yang kita bicarakan ini memiliki sifat kompleks. Masalah sistem budaya dapat diamati melalui gejala yang ada di dalam sistem sosial masyarakat tersebut. Sistem sosial merupakan bentukan dari sistem tingkah laku individu di dalam masyarakat. Sedangkan sistem budaya merupakan hasil dari cita, rasa, karsa, dan karya krama dalam kehidupan sosialnya yang bersifat dinamis.

Ada satu pertanyaan penting mengenai masalah sistem sosial yang selalu dikaitkan dengan sistem budaya. Mengapa untuk mengubah perilaku sosial masyarakat harus mengubah budaya yang ada? Hal ini diperkirakan ada hubungan kausalitas antara sistem sosial dan sistem budaya. Perubahan budaya akan berpengaruh pada sistem sosial masyarakat. Pola perilaku dan tata hubungan antarindividu akan menjadi kesepakatan dan kebiasaan masyarakat. Sistem sosial krama Bali tercermin pada perilaku dan kebiasaannya untuk dilakukan secara berulang. Dan hal demikian dianggap sebagai perilaku pantas dan dipuja sebagai tradisi. Perilaku dan kebiasaan buruk demikian harus direkonstruksi, bukan dibiarkan tanpa sanksi.

Budaya gotong royong sudah mulai menyusut. Misalnya,  krama Bali di pedesaan telah berkurang budaya gotong-royongnya seperti dalam membuat rumah. Dahulu masyarakat itu membuat rumah saling bekerja sama. Hubungan timbal balik antarsatu krama dengan lainnya terpolakan. Setiap kesibukan individu menjadi kesibukan orang lain juga. Demikian halnya, solidaritas antarindividu menurun. Interaksi budaya antarkrama di suatu kompleks perumahan menjadi renggang, karena merasa memiliki budaya berbeda. Pergantian sistem gotong royong menjadi sistem borongan atau pekerjaan buruh mengakibatkan budaya gotong royong menjadi menurun. Sebenarnya, gotong royong mendorong masyarakat untuk berkumpul, bekerja sama dalam lokasi yang sama. Hal demikian dapat meningkatkan solidaritas.

Budaya gotong royong merupakan representasi budaya petani. Walau ditengara budaya gotong royong masih ada, namun ada perbedaannya. Dahulu gotong royong dituangkan dalam bentuk kerja bakti untuk kepentingan umum. Tetapi, gotong royong saat ini sifatnya pribadi,  seperti ‘matetulung‘ dalam hajatan. Solidaritas demikian sifatnya mekanik. Solidaritas mekanik tidak mengikat kesatuan kolektif. Artinya, solidaritas demikian kurang meningkatkan integritas lokalitas.

‘Anggah ungguh’ atau kesantunan berbicara ditengara meluntur. Hal ini dimungkinkan karena Bali menjadi pulau terbuka. Berbagai kultur berbeda merasuki rohnya Bali. Seperti halnya budaya kapitalistik yang membuat krama Bali bersifat individual. Nilai-nilai sosialistik menjadi kendor. Mereka cenderung fokus pada pekerjaan masing-masing dan menilai semuanya dengan materi. Hal ini jelas terlihat pada masyarakat perkotaan. Selain itu, masuknya budaya lain memengaruhi budaya asali, krama lebih cuek, acuh tak acuh, dan egoistik. Melunturnya sistem budaya sosialistik dan digantikan dengan sistem budaya kapitalistik memengaruhi perilaku. Gaya hidup krama Bali mulai seirama dengan gaya hidup budaya asing. Jadi, perubahan demikian merupakan perubahan yang tidak dikehendaki.

Masalah seperti di atas sudah menjalar pada masyarakat pedesaan. Motivasi dan motif masing-masing individu berbeda. Hal ini terkait dengan pola pikir yang membentuk mereka untuk bertindak. Selain itu, pola pikir yang ada dalam individu adalah bentukan dari keluarga. Sedangkan keluarga merupakan tempat untuk sosialisasi. Dalam proses sosialisasi individu dikenalkan dengan nilai-nilai yang berlaku termasuk adat dan tradisi. Kemudian keluarga akan membentuk masyarakat berdasarkan pada nilai yang telah ditanamkan. Jadi singkat kata, diperlukan reorganisasi budaya untuk meminimalkan ekses negatif terhadap budaya asali. Semoga. *

Prof Dewa Komang Tantra MSc PhD
Pemerhati Masalah Sosial dan Budaya

Komentar