Hardys Siap Operasional Lagi
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Bali menyebutkan bahwa pasar swalayan Hardys akan buka kembali setelah tutup menyusul dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga Surabaya.
DENPASAR, NusaBali
"Yang jelas proses bangkit kembali ini akan memberi dampak positif bagi dunia ritel di Bali," kata Sekretaris Aprindo Bali I Made Abdi Negara, Senin (25/6). Menurut Abdi, saat ini proses dan persiapan untuk buka kembali sudah dilakukan namun dilakukan secara bertahap untuk setiap gerai toko modern yang didirikan pengusaha I Gede Agus Hardiawan itu.
Ia berharap rencana dibukanya kembali gerai swalayan itu akan memberikan pengaruh yang positif bagi dunia usaha mengingat Hardys menguasai sekitar 27 persen pasar dengan gerai yang tersebar di hampir sembilan kabupaten/kota di Bali.
Abdi mengharapkan ketika usaha tersebut sudah buka kembali maka manajemen terkait harus menyelesaikan masalah lain terkait tenaga kerja hingga perusahaan pemasok atau supplier. "Ini penting karena kebangkitan itu bisa memberi contoh untuk pengusaha ritel lain agar ada nilai optimisme, jika sudah turun atau gagal, jarang ada bangkit lagi tetapi ini sebaliknya," ucapnya.
Untuk itu, lanjut dia, Aprindo Bali siap memberikan pendampingan kembali apabila diperlukan setelah sebelumnya pihaknya sempat melakukan pendampingan selama sekitar tiga bulan. Selama pendampingan itu, pihaknya memberikan pendampingan untuk menata hubungan komunikasi dengan publik, perpajakan hingga hubungan dengan pemangku kepentingan lainnya.
Sebelumnya pada 9 November 2017, Pengadilan Niaga Surabaya menyatakan pailit terhadap PT Hardys Retailindo, PT Group Hardys dan pendirinya I Gede Agus Hardiawan. Kepada awak media di kantor PT Hardys Retailindo di Sanur beberapa waktu lalu, Gede Agus Hardiawan menyebutkan sejumlah faktor utama yang menyebabkan geliat bisnis pengusaha itu terhenti di antaranya karena terlilit utang yang mencapai Rp2,3 triliun serta pergerakan bisnis yang dinilai terlalu ekspansif.
Sementara itu dihubungi terpisah, Hardiawan mengatakan pengelolaan aset dan merek bisnis dari pusat perbelanjaan itu sudah ditangani oleh pihak kurator setelah dinyatakan pailit Pengadilan Niaga Surabaya. "Secara materiil kewenangan hukumnya ada pada kurator," katanya.
Sebelumnya untuk melunasi sebagian utangnya, Hardiawan menyatakan telah menjual outlet Hardys yang tersebar di seluruh Bali, termasuk di Jawa Timur. Seluruhnya ada 17 outlet. Penjualan dilakukan melalui Bank Muamalat sejak Januari 2017. Adapun yang membeli adalah pengusaha asal Singaraja, I Gede Sedana.
Sementara itu terkait bakal dibukanya kembali gerai Hardys, pria kelahiran Jembrana itu tidak banyak menanggapi karena menyebutkan bahwa Hardys sudah di bawah penanganan kurator. Meski demikian, ia mengaku jika jaringan bisnis yang didirikan sejak tahun 1997 itu masih dibutuhkan masyarakat khususnya di Bali. "Secara pribadi kami senang jika Hardys masih eksis karena keberadaanya masih dibutuhkan dan dicintai masyarakat," ucapnya. *ant
"Yang jelas proses bangkit kembali ini akan memberi dampak positif bagi dunia ritel di Bali," kata Sekretaris Aprindo Bali I Made Abdi Negara, Senin (25/6). Menurut Abdi, saat ini proses dan persiapan untuk buka kembali sudah dilakukan namun dilakukan secara bertahap untuk setiap gerai toko modern yang didirikan pengusaha I Gede Agus Hardiawan itu.
Ia berharap rencana dibukanya kembali gerai swalayan itu akan memberikan pengaruh yang positif bagi dunia usaha mengingat Hardys menguasai sekitar 27 persen pasar dengan gerai yang tersebar di hampir sembilan kabupaten/kota di Bali.
Abdi mengharapkan ketika usaha tersebut sudah buka kembali maka manajemen terkait harus menyelesaikan masalah lain terkait tenaga kerja hingga perusahaan pemasok atau supplier. "Ini penting karena kebangkitan itu bisa memberi contoh untuk pengusaha ritel lain agar ada nilai optimisme, jika sudah turun atau gagal, jarang ada bangkit lagi tetapi ini sebaliknya," ucapnya.
Untuk itu, lanjut dia, Aprindo Bali siap memberikan pendampingan kembali apabila diperlukan setelah sebelumnya pihaknya sempat melakukan pendampingan selama sekitar tiga bulan. Selama pendampingan itu, pihaknya memberikan pendampingan untuk menata hubungan komunikasi dengan publik, perpajakan hingga hubungan dengan pemangku kepentingan lainnya.
Sebelumnya pada 9 November 2017, Pengadilan Niaga Surabaya menyatakan pailit terhadap PT Hardys Retailindo, PT Group Hardys dan pendirinya I Gede Agus Hardiawan. Kepada awak media di kantor PT Hardys Retailindo di Sanur beberapa waktu lalu, Gede Agus Hardiawan menyebutkan sejumlah faktor utama yang menyebabkan geliat bisnis pengusaha itu terhenti di antaranya karena terlilit utang yang mencapai Rp2,3 triliun serta pergerakan bisnis yang dinilai terlalu ekspansif.
Sementara itu dihubungi terpisah, Hardiawan mengatakan pengelolaan aset dan merek bisnis dari pusat perbelanjaan itu sudah ditangani oleh pihak kurator setelah dinyatakan pailit Pengadilan Niaga Surabaya. "Secara materiil kewenangan hukumnya ada pada kurator," katanya.
Sebelumnya untuk melunasi sebagian utangnya, Hardiawan menyatakan telah menjual outlet Hardys yang tersebar di seluruh Bali, termasuk di Jawa Timur. Seluruhnya ada 17 outlet. Penjualan dilakukan melalui Bank Muamalat sejak Januari 2017. Adapun yang membeli adalah pengusaha asal Singaraja, I Gede Sedana.
Sementara itu terkait bakal dibukanya kembali gerai Hardys, pria kelahiran Jembrana itu tidak banyak menanggapi karena menyebutkan bahwa Hardys sudah di bawah penanganan kurator. Meski demikian, ia mengaku jika jaringan bisnis yang didirikan sejak tahun 1997 itu masih dibutuhkan masyarakat khususnya di Bali. "Secara pribadi kami senang jika Hardys masih eksis karena keberadaanya masih dibutuhkan dan dicintai masyarakat," ucapnya. *ant
Komentar