Dam Rusak, Lahan Pertanian Terancam Kekeringan
Lahan pertanian di Subak Tempek Tegalalang, Banjar Tegalalang, Kelurahan Kawan, Bangli, terancam kekeringan.
BANGLI, NusaBali
Penyebabnya, dam Tamansari di Banjar Sidembunut, Kelurahan Cempaga, Kecamatan Bangli, hancur diterjang banjir bandang, Senin (25/6). Jika kondisi ini berlangsung lama, petani pun terancam merugi.
Salah seorang petani di Subak Tempek Tegalalang, Ida Bagus Nyoman Alit, khawatir terjadi krisis air untuk lahan pertanian. Petani setempat baru menanam padi, Minggu (24/6) lalu. Namun sejak Senin lahan pertanian tidak teraliri air. “Ada pula petani yang baru membajak sawah yang perlu air banyak,” ungkapnya, Rabu (27/6). Petani asal Banjar Brahmana Tegalalang ini mengatakan, tanaman padi yang baru ditanam seharusnya tetap dialiri air selama 15 hari. Selanjutnya lahan dikeringkan untuk melakukan pemupukan.
Karena tidak ada aliran air, belum semua lahannya tertanami padi. Ida Bagus Alit pun ragu bisa menanam padi karena lahan sawah mulai mengering. “Kalau ada hujan mungkin masih bisa ditananami dan padi yang sebelumnya ditanam juga tercukupi airnya,” jelasnya. Tanaman padi tidak mendapat pasokan air yang cukup tumbuhnya tidak akan bagus dan padi yang dihasilkan tidak optimal. Sedangkan biaya yang dikeluarkan petani cukup besar. Ida Bagus Alit menyebutkan, ongkos traktor Rp 20 ribu per are, belum lagi bibit dan pupuk. “Kami berharap dam segera diperbaiki agar air bisa lancar lagi,” pintanya.
Terpisah, Kelian Subak Sidembunut, Ketut Mangku, menyampaikan saat ini petani tidak bisa berbuat banyak. Proses perbaikan diserahkan kepada instansi terkait. “Tidak tahu berapa lama waktu untuk perbaikan,” ucapnya. Lahan yang terdampak kekeringan akibat dam hancur sekitar 350 hektare. Air di dam Tamansari dibagi dua alur. Terowongan bagian timur airnya dimanfaatkan oleh krama Subak Batuaji Jehem. Sedangkan terowongan sebelah barat airnya dimanfaatkan Subak Sidembunut dan Tanpe Dehe, Kelurahan Bebalang. *e
Salah seorang petani di Subak Tempek Tegalalang, Ida Bagus Nyoman Alit, khawatir terjadi krisis air untuk lahan pertanian. Petani setempat baru menanam padi, Minggu (24/6) lalu. Namun sejak Senin lahan pertanian tidak teraliri air. “Ada pula petani yang baru membajak sawah yang perlu air banyak,” ungkapnya, Rabu (27/6). Petani asal Banjar Brahmana Tegalalang ini mengatakan, tanaman padi yang baru ditanam seharusnya tetap dialiri air selama 15 hari. Selanjutnya lahan dikeringkan untuk melakukan pemupukan.
Karena tidak ada aliran air, belum semua lahannya tertanami padi. Ida Bagus Alit pun ragu bisa menanam padi karena lahan sawah mulai mengering. “Kalau ada hujan mungkin masih bisa ditananami dan padi yang sebelumnya ditanam juga tercukupi airnya,” jelasnya. Tanaman padi tidak mendapat pasokan air yang cukup tumbuhnya tidak akan bagus dan padi yang dihasilkan tidak optimal. Sedangkan biaya yang dikeluarkan petani cukup besar. Ida Bagus Alit menyebutkan, ongkos traktor Rp 20 ribu per are, belum lagi bibit dan pupuk. “Kami berharap dam segera diperbaiki agar air bisa lancar lagi,” pintanya.
Terpisah, Kelian Subak Sidembunut, Ketut Mangku, menyampaikan saat ini petani tidak bisa berbuat banyak. Proses perbaikan diserahkan kepada instansi terkait. “Tidak tahu berapa lama waktu untuk perbaikan,” ucapnya. Lahan yang terdampak kekeringan akibat dam hancur sekitar 350 hektare. Air di dam Tamansari dibagi dua alur. Terowongan bagian timur airnya dimanfaatkan oleh krama Subak Batuaji Jehem. Sedangkan terowongan sebelah barat airnya dimanfaatkan Subak Sidembunut dan Tanpe Dehe, Kelurahan Bebalang. *e
Komentar