Perekonomian Dipacu Kawasan Industri
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini, dengan terkoneksinya berbagai kawasan industri baik yang ada di Jawa maupun luar Jawa akan memacu pertumbuhan perekonomian nasional.
JAKARTA, NusaBali
“Kalau semua kawasan industri tersambung, maka ekonomi kita akan kuat,” kata Airlangga, Rabu (27/6). Airlangga berharap pengembangan kawasan industri seperti di wilayah Bekasi Selatan dapat direplikasi untuk 100 wilayah lainnya di Indonesia. Contohnya kawasan industri Jababeka yang terbukti mampu memperlihatkan multiplier effect dari aktivitas industrialisasi dapat berkontribusi signifikan terhadap Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB).
“Dengan satu juta orang lapangan pekerjaan yang berhasil diciptakan di kawasan industri tersebut, GDP-nya dari seluruh pabrik lebih dari USD35 miliar per tahun atau GDP-nya per kapita sebesar 35 ribu dolar AS,” paparnya.
Capaian tersebut, menurut Menperin, sesuai dengan visi emas Indonesia tahun 2045. “Target kita, rata-rata GDP per kapita Indonesia bisa 35 ribu dolar AS,” katanya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan industri juga merupakan salah satu strategi dalam mengimplementasikan revolusi industri 4.0.
Melalui konsep Making Indonesia 4.0, dapat memfasilitasi pengembangan perwilayahan industri untuk mendorong kemajuan ekonomi kita.
"Apalagi kita punya koridor di Utara Jawa, ada kawasan industri di Bekasi, Karawang sampai Purwakarta. Selanjutnya, koridor Jawa Tengah, ada di Semarang dan Kendal. Sedangkan, Jawa Timur, antara lain di Gresik, Lamongan dan Tuban," ujarnya. Di luar Jawa, pihaknya mendorong di Aceh, Morowali, Bontang, dan Bintuni.
Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan menambahkan, pengembangan kawasan industri khususnya di luar Jawa sudah mulai tumbuh sesuai semangat Nawacita Pemerintahan Jokowi-JK untuk menyebarluaskan pertumbuhan industri hingga ke pelosok daerah.
Putu menyampaikan, sebanyak 10 kawasan industri ditargetkan terbangun hingga tahun 2019 sesuai program Nawacita. Namun, saat ini 10 kawasan industri baru sudah beroperasi. Bahkan, ada tiga tambahan kawasan industri yang menyusul akan selesai pembangunannya pada tahun 2018. “Tiga kawasan industri baru yang akan beroperasi tahun ini, yaitu kawasan industri Lhokseumawe di Aceh, kawasan industri Wilmar di Serang, dan kawasan industri Tanjung Buton di Riau. Jadi, tahun 2018 ada 13 kawasan,” tuturnya.
Tahun 2019 juga ditargetkan lima kawasan industri yang bakal dibangun. “Artinya, target kami sudah tercapai. Jadi, nanti tahun 2019 sudah ada 18 kawasan industri baru yang beroperasi,” ujar Putu. Guna mempercepat pengembangan kawasan industri, menurutnya, perlu adanya insentif nonfiskal dan kemudahan perizinan investasi di kawasan industri.
Saat ini, Kemenperin juga fokus untuk menarik para pelaku industri agar menanamkan modalnya di sejumlah kawasan industri tersebut.”Kalau hanya kawasan saja, tidak ada isinya, buat apa? Untuk itu, investasi industri yang harus juga kami dorong,” lanjutnya.*ant
“Kalau semua kawasan industri tersambung, maka ekonomi kita akan kuat,” kata Airlangga, Rabu (27/6). Airlangga berharap pengembangan kawasan industri seperti di wilayah Bekasi Selatan dapat direplikasi untuk 100 wilayah lainnya di Indonesia. Contohnya kawasan industri Jababeka yang terbukti mampu memperlihatkan multiplier effect dari aktivitas industrialisasi dapat berkontribusi signifikan terhadap Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB).
“Dengan satu juta orang lapangan pekerjaan yang berhasil diciptakan di kawasan industri tersebut, GDP-nya dari seluruh pabrik lebih dari USD35 miliar per tahun atau GDP-nya per kapita sebesar 35 ribu dolar AS,” paparnya.
Capaian tersebut, menurut Menperin, sesuai dengan visi emas Indonesia tahun 2045. “Target kita, rata-rata GDP per kapita Indonesia bisa 35 ribu dolar AS,” katanya. Oleh karena itu, pengembangan kawasan industri juga merupakan salah satu strategi dalam mengimplementasikan revolusi industri 4.0.
Melalui konsep Making Indonesia 4.0, dapat memfasilitasi pengembangan perwilayahan industri untuk mendorong kemajuan ekonomi kita.
"Apalagi kita punya koridor di Utara Jawa, ada kawasan industri di Bekasi, Karawang sampai Purwakarta. Selanjutnya, koridor Jawa Tengah, ada di Semarang dan Kendal. Sedangkan, Jawa Timur, antara lain di Gresik, Lamongan dan Tuban," ujarnya. Di luar Jawa, pihaknya mendorong di Aceh, Morowali, Bontang, dan Bintuni.
Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan menambahkan, pengembangan kawasan industri khususnya di luar Jawa sudah mulai tumbuh sesuai semangat Nawacita Pemerintahan Jokowi-JK untuk menyebarluaskan pertumbuhan industri hingga ke pelosok daerah.
Putu menyampaikan, sebanyak 10 kawasan industri ditargetkan terbangun hingga tahun 2019 sesuai program Nawacita. Namun, saat ini 10 kawasan industri baru sudah beroperasi. Bahkan, ada tiga tambahan kawasan industri yang menyusul akan selesai pembangunannya pada tahun 2018. “Tiga kawasan industri baru yang akan beroperasi tahun ini, yaitu kawasan industri Lhokseumawe di Aceh, kawasan industri Wilmar di Serang, dan kawasan industri Tanjung Buton di Riau. Jadi, tahun 2018 ada 13 kawasan,” tuturnya.
Tahun 2019 juga ditargetkan lima kawasan industri yang bakal dibangun. “Artinya, target kami sudah tercapai. Jadi, nanti tahun 2019 sudah ada 18 kawasan industri baru yang beroperasi,” ujar Putu. Guna mempercepat pengembangan kawasan industri, menurutnya, perlu adanya insentif nonfiskal dan kemudahan perizinan investasi di kawasan industri.
Saat ini, Kemenperin juga fokus untuk menarik para pelaku industri agar menanamkan modalnya di sejumlah kawasan industri tersebut.”Kalau hanya kawasan saja, tidak ada isinya, buat apa? Untuk itu, investasi industri yang harus juga kami dorong,” lanjutnya.*ant
1
Komentar