Jenazah TKW asal Pacung Sudah Dipulangkan
Akhirnya dengan fasilitasi BP3TKI, jasad Ni Kadek Pariani bisa dipulangkan ke tanah kelahirannya, Buleleng.
SINGARAJA, NusaBali
Jenazah tenaga kerja wanita (TKW), Ni Kadek Pariani asal Desa Pacung, Kecamatan Tejakula, Buleleng, akhirnya dapat dipulangkan dari Turki. Diperkirakan, jenazah akan tiba Jumat (29/6) hari ini, dan langsung diserahkan kepada pihak keluarganya di Banjar Alas Sari, Desa Pacung. Pemulangan jenazah difasilitasi oleh Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indoensia (BP3TKI) Bali, melalui Konjen RI di Istanbul, Turki.
Ni Kadek Pariani, 33 merupakan TKW yang meninggal karena sakit di Turki. Pariani bekerja di Turki sebagai spa terapis. Pariani dikabarkan meninggal pada Minggu (24/6) lalu. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Buleleng Ni Made Dwi Priyanti Putri Koriawan, dikonfirmasi Kamis (28/6) membenarkan kepastian pemulangan jenazah almarhum Pariani kepada keluarganya.
Dia mengatakan, kordinasi pemulangan jenazah ini dilakukan sehari sejak kabar meninggalnya almarhum Pariani di Turki karena penyakit komplikasi sakit di bagian paru-paru. Kordinasi secara berjenjang dari BP3TKI Bali, Pusat dan Kedutaan di Istanbul, Turki menyebut, kalau jenazah almarhum akan dipulangkan ke Bali. Kepastian ini berdasarkan surat Konsulat Jendral Republik Indonesia Istanbul No. B-00134/ISTANBUL/180627.
Surat ini juga dilengkapi dengan sejumlah surat penting lain yang melengkapi dokumen untuk memulangkan jenazah almarhum Pariani ke Bali. Selain kesiapan dokumen, pihak pihak Konsul RI Istanbul juga sudah memberikan kepastian jenazah almarhum tiba di Bali hari ini. “Kami sudah mendapat kepastian bahwa almarhum sudah bisa dipulangkan dan ini berkat kordinasi dan fasilitasi BP3TKI Bali dengan Konsul RI Istanbul. Dokumen pemulangan sudah lengkap dan besok (Jumat 29/6-red) jenazah dijadwalkan tiba di Bali,” katanya.
Menurut Priyanti, sesuai mekenisme jenazah almarhum akan diserahkan kepada pihak BP3TKI Bali dan diteruskan kepada Disnakertrans Buleleng terakhir baru diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan sesuai tradisi dan kebiasaan di desa asal almarhum. Kepastian kedatangan jenazah sekaang ini sudah disampaikan kepada pihak orangtua Wayan Karidana dan istrinya Made Seri Gati. Terkait biaya, Dwi Priyanti mengatakan, biaya pemulangan jenazah almarhum difasilitasi oleh pihak Konsul RI Istanbul. “Dari Bandara nanti BP3TKI Bali mengantar jenazah almarhum sampai di rumah duka dan di sana nanti akan dilakukan serah terima jenazah almarhum. Sekarang tinggal menunggu jadwal kedatangan saja karena semua dokumen sudah lengkap setelah difasilitasi pihak Konsul RI Istanbul,” jelasnya.
Sebelumnya, Pariani bekerja sebagai tenaga spa terapis di Negara Turki, sudah hampir setahun. Ia berangkat ke Turki sekitar Juni 2017. Namun, agen yang memberangkatkan Pariani belum jelas. Pihak orangtua Pariani mendapat kabar kematian anaknya, dari salah satu kerabat Pariani yang juga bekerja di Turki sebagai Spa Terapis. Orang tua Pariani, Wayan Kariada, 55 mengaku, belum mendapat kejelasan kepulangan anak keduanya itu. Dikatakan, jika sampai membutuhkan biaya sampai Rp 3.000.000 untuk proses pemulangan anaknya, lebih baik anaknya dikremasi di Turki. Karena, Kariada mengaku sama sekali tidak punya uang. “Kalau diminta biaya Rp 1 juta sampai Rp 3 juta, lebih baik anak saya dikremasi di sana (Turki,red), uangnnya bisa saya pakai buat upacara di sini,” katanya. *k19
Ni Kadek Pariani, 33 merupakan TKW yang meninggal karena sakit di Turki. Pariani bekerja di Turki sebagai spa terapis. Pariani dikabarkan meninggal pada Minggu (24/6) lalu. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Kabupaten Buleleng Ni Made Dwi Priyanti Putri Koriawan, dikonfirmasi Kamis (28/6) membenarkan kepastian pemulangan jenazah almarhum Pariani kepada keluarganya.
Dia mengatakan, kordinasi pemulangan jenazah ini dilakukan sehari sejak kabar meninggalnya almarhum Pariani di Turki karena penyakit komplikasi sakit di bagian paru-paru. Kordinasi secara berjenjang dari BP3TKI Bali, Pusat dan Kedutaan di Istanbul, Turki menyebut, kalau jenazah almarhum akan dipulangkan ke Bali. Kepastian ini berdasarkan surat Konsulat Jendral Republik Indonesia Istanbul No. B-00134/ISTANBUL/180627.
Surat ini juga dilengkapi dengan sejumlah surat penting lain yang melengkapi dokumen untuk memulangkan jenazah almarhum Pariani ke Bali. Selain kesiapan dokumen, pihak pihak Konsul RI Istanbul juga sudah memberikan kepastian jenazah almarhum tiba di Bali hari ini. “Kami sudah mendapat kepastian bahwa almarhum sudah bisa dipulangkan dan ini berkat kordinasi dan fasilitasi BP3TKI Bali dengan Konsul RI Istanbul. Dokumen pemulangan sudah lengkap dan besok (Jumat 29/6-red) jenazah dijadwalkan tiba di Bali,” katanya.
Menurut Priyanti, sesuai mekenisme jenazah almarhum akan diserahkan kepada pihak BP3TKI Bali dan diteruskan kepada Disnakertrans Buleleng terakhir baru diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan sesuai tradisi dan kebiasaan di desa asal almarhum. Kepastian kedatangan jenazah sekaang ini sudah disampaikan kepada pihak orangtua Wayan Karidana dan istrinya Made Seri Gati. Terkait biaya, Dwi Priyanti mengatakan, biaya pemulangan jenazah almarhum difasilitasi oleh pihak Konsul RI Istanbul. “Dari Bandara nanti BP3TKI Bali mengantar jenazah almarhum sampai di rumah duka dan di sana nanti akan dilakukan serah terima jenazah almarhum. Sekarang tinggal menunggu jadwal kedatangan saja karena semua dokumen sudah lengkap setelah difasilitasi pihak Konsul RI Istanbul,” jelasnya.
Sebelumnya, Pariani bekerja sebagai tenaga spa terapis di Negara Turki, sudah hampir setahun. Ia berangkat ke Turki sekitar Juni 2017. Namun, agen yang memberangkatkan Pariani belum jelas. Pihak orangtua Pariani mendapat kabar kematian anaknya, dari salah satu kerabat Pariani yang juga bekerja di Turki sebagai Spa Terapis. Orang tua Pariani, Wayan Kariada, 55 mengaku, belum mendapat kejelasan kepulangan anak keduanya itu. Dikatakan, jika sampai membutuhkan biaya sampai Rp 3.000.000 untuk proses pemulangan anaknya, lebih baik anaknya dikremasi di Turki. Karena, Kariada mengaku sama sekali tidak punya uang. “Kalau diminta biaya Rp 1 juta sampai Rp 3 juta, lebih baik anak saya dikremasi di sana (Turki,red), uangnnya bisa saya pakai buat upacara di sini,” katanya. *k19
1
Komentar