nusabali

PDIP Beri Reward Kader Berkeringat

  • www.nusabali.com-pdip-beri-reward-kader-berkeringat

Kader yang sudah berjuang menangkan Koster-Ace di Pilgub Bali akan diprioritaskan DPP PDIP sebagai caleg ke Pileg 2019

Mudarta-Pastika Renggang karena Pilgub


DENPASAR, NusaBali
DPP PDIP apresiasi PDIP Bali yang berhasil merebut kembali kursi Gubernur-Wakil Gubernur 2018-2023, dengan menangkan pasangan Wayan Koster-Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Koster-Ace) di Pilgub Bali 2018. DPP PDIP pun akan memberikan reward dan prioritaskan kader yang ‘berkeringat’ di Bali untuk maju tarung ke Pileg 2019.

Ketua DPP PDIP yang juga Korwil Bali DPP PDIP, I Made Urip, mengatakan pihaknya mengapresiasi seluruh kader Banteng di Bali yang telah berjuang maksimal dalam memenangkan Pilgub, 27 Juni 2018. “Saya dengar Ketua Umum DPP PDIP Ibu Megawati dan bahkan Pak Presiden Jokowi sudah sampaikan ucapan selamat atas kemanangan Koster-Ace. Saya sebagai pengurus DPP PDIP juga sampaikan apresiasi kepada Ketua DPD PDIP Bali Wayan Koster yang sekaligus Gubernur Bali terpilih," ujar Made Urip kepada NusaBali, Jumat (29/6).

Menurut Made Urip, kemenangan PDIP di Pilgub Bali 2018 bukan saja menjadi obat dahaga, tapi sekaligus sebuah pembuktian bahwa kader Banteng bisa dan diharapkan rakyat untuk memimpin Bali. "Kan pertama kalinya PDIP punya kader partai menjadi Gubernur Bali. Naiknya kader kita di Bali ini sebuah kebanggaan," tandas politisi senior asal Desa Tua, Kecamatan Marga, Tabanan yang telah empat periode duduk di DPR RI Dapil Bali ini.

PDIP sebelumnya memang sempat memenangkan dua kali Pilgub Bali di era Reformasi, namun yang diusung sebagai Gubernur kala itu bukan kader partai, melainkan tokoh non kader. Pertama, Dewa Made Beratha yang jadi Gubernur Bali 2003-2008 (periode kedua hasil Pilgub 2003 di DPRD Bali). Kedua, Made Mangku Pastika yang menjadi Gubernur Bali 2008-2013 (periode pertama hasil Pilgub Bali 2008).

Made Urip mengakui hasil Pilgub Bali 2018 ini akan memberikan dampak terharap kekuatan partai dalam event politik berikutnya, seperti Pileg 2019 dan Pilpres 2019 mendatang. Kader-kader yang berkeringat dan telah menangkan Koster-Ace di Pilgub Bali 2018 pun akan diberi reward, dengan dipertimbangkan oleh DPP PDIP untuk maju sebagai caleg ke Pileg 2019. “Ya, salah satu reward buat kader berkeringat adalah maju ke Pileg 2019,” jelas Urip yang kini duduk di  Komisi IV DPR RI 2014-2019.

Meski demikian, Urip mengingatkan kader PDIP agar jangan ada euforia berlebihan dengan kemenangan Pilgub Bali 2018. “Kader PDIP di Bali harus semakin solid. Kemenangan Pilgub Bali 2018 in akan menjadi modal kita bisa meraih kemenangan demi kemenangan ke depannya.”

Berdasarkan hitung cepat KPU berbasis TPS, Koster-Ace memenangkan Pilgub Bali 2018 dengan 1.211.556 suara (57,62 persen). Sedangkan pasangan IB Rai Dharmawijaya Mantra-I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta), Cagub-Cawagub Bali yang diusung Golkar-Demokrat-Gerindra-NasDem-PKS-PBB, meraih 891.178 suara (42,38 persen).

Koster-Ace berhasil menang di 6 kabupaten, yakni Badung, Tabanan, Buleleng, Bangli, Gianyar, dan Jembrana. Sedangkan berdasarkan quick count lembaga survei SMRC sebelumnya, Koster-Ace unggul dengan memperoleh 58,25 persen suara. Sebaliknya, Mantra-Kerta hanya meraih 41,75 persen su-ara atau terpaut 16,50 persen dari Koster-Ace.

Berdasarkan quick count SMRC, dari 9 kabupaten/kota di Bali, Koster-Ace unggul di 5 daerah versi SMRC, yakni Badung, Tabanan, Buleleng, Bangli, dan Gianyar. Sementara Mantra-Kerta unggul di Kota Denpasar, Jembrana, Klungkung, dan Karangasem.

Sementara itu, di internal Demokrat terjadi ‘perang dingin’ gara-gara Pilgub Bali 2018. Perang dingin terjadi antara anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Made Mangku Pastika (kini Gubernur Bali) vs Ketua DPD Demokrat Bali, Made Mudarta. Maklum, jago yang diusung Demokrat, yakni Mantra-Kerta, kalah dalam Pilgub Bali 2018.

Bocoran yang diperoleh NusaBali dari sumber di Demokrat, Jumat kemarin, Mangku Pastika selaku Dewan Pembina Partai Demokrat sejatinya menyodorkan Ketut Sudikerta (Ketua DPD I Golkar Bali) sebagai Calon Gubernur (Cagub) ke Pilgub 2018. Sedangkan tandemnya di posisi Calon Wakil Gubernur (Cawagub) dipilih dari tokoh asal Buleleng atau Karangasem.

“Saat itu bahkan sempat muncul wacana paket Sudikerta-Nyoman Sugawa Korry atau Sudikerta-Made Sukerana,” ujar sumber tadi. Sugawa Korry merupakan politisi asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar, Buleleng yang kini Sekretaris DPD I Golkar Bali. Sedangkan Made Sukerana adalah politisi asal Desa/Kecamatan Kubu, Karangasem yang kini Ketua DPD II Golkar Karangasem.

Tapi, Mudarta selaku Ketua DPD Demokrat Bali ngotot inginkan Rai Mantra sebagai Cagub. Mudarta menolak mentah-mentah paket calon yang disodorkan Pastika. Sampai akhirnya Ketua Umum DPP Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) merekomendasi Rai Mantra sebagai Cagub Bali.

Diduga karena rekomendasi Rai Mantra (Walikota Denpasar yang selama ini kerap berseberangan dengan Gubernur Pastika), akhirnya Pastika pilih netral di Pilgub Bali 2018. Pastika tidak jadi jurkam di Pilgub 2018 ini. Imbasnya, kata sumber tersebut, hubungan Pastika dan Mudarta menjadi renggang hingga saat ini. Betulkah?

Saat dikonfirmasi NusaBali, Jumat kemarin, Mudarta langsung mengelak terkait renggangnya hubungan dengan Pastika. Penasihat Koalisi Rakyat Bali (Golkar-Demokrat-Gerindra-NasDem-PKS-PBB) ini mengatakan pasangan calon yang disodorkan Pastika adalah Sudikerta-Sukerana dan itu gampang dikalahkan lawan. “Kalau Sudikerta-Sukerana, malah lebih mudah dikalahkan. Rai Mantra saja yang begitu kuatnya, juga kalah,” tangkis Mudarta.

Mudarta mengatakan, pihaknya sudah koordinasi dengan Pastika dan SBY sebelum sodorkan Mantra-Kerta. “Kami tidak salah menentukan paket calon. Pusat juga sudah paham. Kalau pasang Sudikerta-Sukerana, DPP Demokrat malah tambah kecewa dan kami bisa dihabisi, karena kalahnya pasti telak. Ini (Mantra-Kerta) kan termasuk bisa memberikan perlawanan hebat, bahkan potensinya menang,” dalih Mudarta.

Mudarta membantah bersitegang  dengan Pastika. ”Kalau koordinasi dan komunikasi dengan Pak Mangku Pastika saat ini, tetap baik, tidak ada masalah. Soal pasangan calon di Pilgub Bali, itu hanya masalah beda pendapat saja. Itu disetujui DPP Demokrat,” katanya. *nat

Komentar