nusabali

Ultah ke-48, ST Dharma Gargitha Maknai Tri Hita Karana

  • www.nusabali.com-ultah-ke-48-st-dharma-gargitha-maknai-tri-hita-karana

Ajaran Tri Hita Karana merupakan falsafah hidup masyarakat Bali.

DENPASAR, NusaBali

Konsep keharmonisan ini sangat penting dipertahankan untuk kelangsungan hidup Bali ke depan. Generasi muda yang tergabung dalam Sekaa Teruna Dharma Gargitha, Banjar Suwung Batan Kendal, Sesetan, Denpasar, pun coba menerapkan ketiga bagian Tri Hita Karana dengan cara yang sederhana.

Dibingkai dalam acara ulang tahunnya yang ke-48, Sekaa Teruna Dharma Gargitha melakukan beberapa kegiatan yang mengimplementasikan ajaran Tri Hita Karana. Mereka percaya, ketiga bagian Tri Hita Karana, yakni Parahyangan, Pawongan, dan Palemahan, sesungguhnya bisa dilakukan dengan cara-cara yang sederhana.

“Kami mengambil tema Tri Hita Karana untuk mengingatkan diri kami agar jangan sampai lupa, bahwa kita hidup di Bali memiliki ajaran Tri Hita Karana yang sangat luhur. Jika dilihat pergerakan dunia saat ini, semua orang semakin sibuk. Jangan sampai karena kesibukan itu, kita jadi lupa dengan konsep keharmonisan yang diajarkan oleh leluhur kita,” ujar wakil ketua panitia HUT ke-48 ST Dharma Gargitha, Putu Gede Arya Setiawan, Sabtu (30/6).

Dijelaskan, penerapan ajaran Tri Hita Karana diawali dengan membangun hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan atau Parahyangan. Dalam hal ini, ST Dharma Gargitha memilih tirta yatra ke Pura Ulun Danu Beratan dan Pura Teratai Bang pada 16 Juni lalu. Kedua pura ini sama-sama terletak di Kabupaten Tabanan. Menurut Arya, tirta yatra adalah bentuk mengimplementasikan Parahyangan dengan cara mengunjungi tempat-tempat suci.

“Selain mendekatkan diri kepada Tuhan, kami menjadi semakin dekat juga dengan anggota. Karena kami melakukan perjalanan bersama, apalagi habis sembahyang kami lakukan gathering, sehingga terjadi interaksi yang merekatkan kami,” ujarnya.

Sementara hubungan harmonis manusia dengan manusia (Pawongan) diterapkan dengan mengunjungi kaum disabilitas di Annika Linden Centre. “Dari sini kita belajar banyak hal. Bahwa ternyata ada yang memiliki kekurangan, namun semangatnya menjalani hidup begitu tinggi. Ini sekaligus edukasi bagi kami, bila menemukan masalah yang sama (kaum disabilitas, red), apa harus dilakukan,” jelasnya.

Setelah Parahyangan dan Pawongan, rencananya implementasi palemahan atau keharmosian manusia dengan alam lingkungan akan dilakukan dalam bentuk penanaman pohon bertempat di Genah Pemelisan Desa Pakraman Sesetan, Minggu (1/7) pagi ini. *ind

Komentar