Warga Sogra Bangun Pos Pantau Gunung Agung
Warga Banjar Sogra, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem bangun pos untuk memantau perkembangan Gunung Agung, Minggu (1/7).
AMLAPURA, NusaBali
Banjar Sogra berlokasi di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, 3,5 kilometer dari puncak kawah, paling dekat dengan Gunung Agung. Pembangunan pos pantau bertujuan memudahkan melakukan koordinasi dengan warga sekampung untuk bergeser jika aktivitas gunung meningkat.
Pos pantau yang dibangun secara swadata beratap asbes hanya berisi tempat duduk tanpa dinding. Kelian Adat Banjar Sogra, I Nyoman Muliarta, mengatakan pos pantau dibangun di tikungan barat Kantor LPD Desa Pakraman Sogra. Selain untuk tempat memantau Gunung Agung, pos pantau juga untuk tempat berkumpul warga Banjar Sogra. Sehingga lebih mudah melakukan komunikasi setiap hari. Jika aktivitas Gunung Agung meningkat disertai suara gemuruh, gempa, dan asap kelabu mengepul, lebih cepat melakukan koordinasi dengan warga hingga cepat-cepat bergeser menjauhi Gunung Agung.
Krama Banjar Sogra berpenduduk 421 jiwa, saat Gunung Agung erupsi selama Rabu (27/6) dan Kamis (28/6) sempat bergeser ke Desa Selat, Kecamatan Selat. Sebab semalaman mendengar suara gemuruh. “Makanya kami membangun pos pantau untuk tempat berkumpul warga sambil memantau Gunung Agung. Walau aktivitas Gunung Agung telah menurun, tetap harus waspada,” ungkapnya. Pembangunan pos pantau di Banjar Sogra dipantau Camat Selat I Nengah Danu, Sekretaris Relawan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Agung I Wayan Suara, dan sejumlah petugas dari BPBD Karangasem. “Pos pantau ini sangat bermanfaat untuk memantau Gunung Agung dan tempat berkumpulnya krama Banjar Sogra. Kami berharap agar aktivitas Gunung Agung tetap landai,” katanya.
Terpisah, Kepala Bagian Tata Usaha PVMBG Kementerian ESDM, I Gede Santika, mengakui aktivitas Gunung Agung telah menurun sejak Sabtu (30/6). Tetapi peluang untuk erupsi tetap terbuka karena dapur magma masih tetap aktif ditandai terjadinya hembusan dengan mengepulkan asap putih dari lubang kawah Gunung Agung. “Letusan besar berdasarkan evaluasi terjadi selang tujuh bulan sekali, sebelumnya terjadi November 2017 disusul 27-28 Juni 2018,” katanya. *k16
Banjar Sogra berlokasi di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III, 3,5 kilometer dari puncak kawah, paling dekat dengan Gunung Agung. Pembangunan pos pantau bertujuan memudahkan melakukan koordinasi dengan warga sekampung untuk bergeser jika aktivitas gunung meningkat.
Pos pantau yang dibangun secara swadata beratap asbes hanya berisi tempat duduk tanpa dinding. Kelian Adat Banjar Sogra, I Nyoman Muliarta, mengatakan pos pantau dibangun di tikungan barat Kantor LPD Desa Pakraman Sogra. Selain untuk tempat memantau Gunung Agung, pos pantau juga untuk tempat berkumpul warga Banjar Sogra. Sehingga lebih mudah melakukan komunikasi setiap hari. Jika aktivitas Gunung Agung meningkat disertai suara gemuruh, gempa, dan asap kelabu mengepul, lebih cepat melakukan koordinasi dengan warga hingga cepat-cepat bergeser menjauhi Gunung Agung.
Krama Banjar Sogra berpenduduk 421 jiwa, saat Gunung Agung erupsi selama Rabu (27/6) dan Kamis (28/6) sempat bergeser ke Desa Selat, Kecamatan Selat. Sebab semalaman mendengar suara gemuruh. “Makanya kami membangun pos pantau untuk tempat berkumpul warga sambil memantau Gunung Agung. Walau aktivitas Gunung Agung telah menurun, tetap harus waspada,” ungkapnya. Pembangunan pos pantau di Banjar Sogra dipantau Camat Selat I Nengah Danu, Sekretaris Relawan Pasemetonan Jagabaya (Pasebaya) Agung I Wayan Suara, dan sejumlah petugas dari BPBD Karangasem. “Pos pantau ini sangat bermanfaat untuk memantau Gunung Agung dan tempat berkumpulnya krama Banjar Sogra. Kami berharap agar aktivitas Gunung Agung tetap landai,” katanya.
Terpisah, Kepala Bagian Tata Usaha PVMBG Kementerian ESDM, I Gede Santika, mengakui aktivitas Gunung Agung telah menurun sejak Sabtu (30/6). Tetapi peluang untuk erupsi tetap terbuka karena dapur magma masih tetap aktif ditandai terjadinya hembusan dengan mengepulkan asap putih dari lubang kawah Gunung Agung. “Letusan besar berdasarkan evaluasi terjadi selang tujuh bulan sekali, sebelumnya terjadi November 2017 disusul 27-28 Juni 2018,” katanya. *k16
1
Komentar