Duta Denpasar Padukan Tabuh Gender dengan Sloka
Ada yang menarik dari lomba gender wayang di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 tahun ini.
DENPASAR, NusaBali
Gender wayang yang biasanya hanya menampilkan seperangkat gamelan gender wayang, kali ini ditambah dengan membaca sloka. Semua peserta dari kabupaten/kota menampilkan kemampuan maksimalnya, termasuk Duta Denpasar.
Penampilan Gender Wayang Duta Kota Denpasar dibawakan Sekaa Gender Gita Swara Jaya, Banjar Teges Masjati, Desa Pemecutan Kelod, Denpasar Barat. Mereka membawakan tiga gending yakni Gending Sekat Gendong, Gending Pamungkah dan Gending Kreasi dengan dikolaborasikan sloka. Penonton cukup ramai, dan antusias menyaksikan.
Tampil sebagai penabuh gender Kota Denpasar, diambil dari masing-masing kecamatan yakni Agus Andre Antariksa, Putu Gede Surya Argya Pradana, I Putu Gede Mertha Sastrawan dan I Made Irvan Widiatmika. Sedangkan pembaca sloka dibawakan oleh Kadek Dwitya Widi Adnyani dan I Kadek Wahyu Dyatmika.
Menurut Koordinator Gender Wayang, Wayan Mujana, tiga gending yang dibawakan yakni Gending Sekat Gendong, Gending Pamungkah dan Gending Kreasi, mengandung arti yang berbeda. Gending Sekaa Gendong mengisahkan keindahan gerakan bunga yang dituangkan ke dalam kompesisi irama, alunan melodi, dinamika dan tempo yang dikemas di dalam kerawitan gender wayang. Sedangkan Gending Pamungkah merupakan gending yang digunakan untuk mengiringi pementasan wayang kulit. Gending ini biasanya dimainkan hanya sekali pada tiap pementasan, ditabuh pada saat dalang mulai membuka kotak wayang sampai pada pengesah kayonan.
“Sementara Gending Kreasi iringan sloka mengambil tema ‘Srutining Agni’ menyesuaikan dengan tema pokok PKB yaitu Teja Dharmaning Kahuripan. Garapan kreasi gender wayang ini mengabungkan teknik pukulan yang terdapat dalam instrumen gender wayang dengan sloka,” ungkapnya.
Pihaknya mengaku sudah maksimal untuk penampilan Gender Wayang kali ini, baik persiapan, latihan, maupun pentas. Dia berharap bisa mempertahankan juara I yang telah diraih Kita Denpasar tahun lalu. Mujana juga berharap, dengan mengikuti Lomba Gender Wayang Remaja ini minat pemain gender di Kota Denpasar semakin banyak lagi. “Semoga Duta Kota Denpasar terus menampilkan yang terbaik,” harapnya.
Salah satu Juri Dewa Gede Dharmayasa mengatakan, gender wayang itu adalah salah satu elemen penting dalam pelaksanaan upacara agama, adat dan budaya. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kehidupan gender wayang dewasa ini terasa menurun. Untuk menggairahkan kehidupan gender wayang maka diselenggarakan lomba-lomba seperti dalam ajang PKB ke-40 tahun ini. Untuk penilaian lomba gender wayang, ungkap Dewa Dharmayasa, peserta harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan yakni teknik penabuh gender, kekompakan, kreatifitas, penampilan ekspresi dan suara gender. *ind
Gender wayang yang biasanya hanya menampilkan seperangkat gamelan gender wayang, kali ini ditambah dengan membaca sloka. Semua peserta dari kabupaten/kota menampilkan kemampuan maksimalnya, termasuk Duta Denpasar.
Penampilan Gender Wayang Duta Kota Denpasar dibawakan Sekaa Gender Gita Swara Jaya, Banjar Teges Masjati, Desa Pemecutan Kelod, Denpasar Barat. Mereka membawakan tiga gending yakni Gending Sekat Gendong, Gending Pamungkah dan Gending Kreasi dengan dikolaborasikan sloka. Penonton cukup ramai, dan antusias menyaksikan.
Tampil sebagai penabuh gender Kota Denpasar, diambil dari masing-masing kecamatan yakni Agus Andre Antariksa, Putu Gede Surya Argya Pradana, I Putu Gede Mertha Sastrawan dan I Made Irvan Widiatmika. Sedangkan pembaca sloka dibawakan oleh Kadek Dwitya Widi Adnyani dan I Kadek Wahyu Dyatmika.
Menurut Koordinator Gender Wayang, Wayan Mujana, tiga gending yang dibawakan yakni Gending Sekat Gendong, Gending Pamungkah dan Gending Kreasi, mengandung arti yang berbeda. Gending Sekaa Gendong mengisahkan keindahan gerakan bunga yang dituangkan ke dalam kompesisi irama, alunan melodi, dinamika dan tempo yang dikemas di dalam kerawitan gender wayang. Sedangkan Gending Pamungkah merupakan gending yang digunakan untuk mengiringi pementasan wayang kulit. Gending ini biasanya dimainkan hanya sekali pada tiap pementasan, ditabuh pada saat dalang mulai membuka kotak wayang sampai pada pengesah kayonan.
“Sementara Gending Kreasi iringan sloka mengambil tema ‘Srutining Agni’ menyesuaikan dengan tema pokok PKB yaitu Teja Dharmaning Kahuripan. Garapan kreasi gender wayang ini mengabungkan teknik pukulan yang terdapat dalam instrumen gender wayang dengan sloka,” ungkapnya.
Pihaknya mengaku sudah maksimal untuk penampilan Gender Wayang kali ini, baik persiapan, latihan, maupun pentas. Dia berharap bisa mempertahankan juara I yang telah diraih Kita Denpasar tahun lalu. Mujana juga berharap, dengan mengikuti Lomba Gender Wayang Remaja ini minat pemain gender di Kota Denpasar semakin banyak lagi. “Semoga Duta Kota Denpasar terus menampilkan yang terbaik,” harapnya.
Salah satu Juri Dewa Gede Dharmayasa mengatakan, gender wayang itu adalah salah satu elemen penting dalam pelaksanaan upacara agama, adat dan budaya. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kehidupan gender wayang dewasa ini terasa menurun. Untuk menggairahkan kehidupan gender wayang maka diselenggarakan lomba-lomba seperti dalam ajang PKB ke-40 tahun ini. Untuk penilaian lomba gender wayang, ungkap Dewa Dharmayasa, peserta harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan yakni teknik penabuh gender, kekompakan, kreatifitas, penampilan ekspresi dan suara gender. *ind
Komentar