Anjing Gudig Berkeliaran, Dinas Pertanian Tak Berkutik
Keberadaan anjing gudig (tak berbulu) liar dan anjing yang sengaja diliarkan masih menjadi momok di Gianyar.
GIANYAR, NusaBali
Anjing liar tidak saja ada di daerah pelosok seperti Payangan, juga di kawasan Ubud. Warga lokal dan para wisatawan pun makin ketakutan. Dinas Pertanian Gianyar yang membidangi masalah hewan, tak bisa berkutik menghadapi masalah ini.
Terkait keberadaan anjing liar tersebut, Kepala Dinas Pertanian Gianyar, Made Raka yang membidangi masalah hewan mengakui hal itu. “Ya, masih banyak masyarakat meliarkan anjing mereka. Padahal setiap turun dan sosialisasi, kami selalu memberikan arahan untuk mengandangkan atau mengikat anjing mereka,” ujar Made Raka, Minggu (1/7).
Dalam setiap kesempatan, kata Raka, pihak Dinas Pertanian Gianyar mengaku sudah meminta kepada masyarakat untuk tidak meliarkan anjingnya. “Dengan harapan supaya orang lain tidak menjadi korban,” jelasnya. Menurut Raka, ada dampak buruk dari keberadaan anjing liar. Pertama, mengenai masalah rabies yang belum 100 persen tuntas. “Yang kedua, ketika ada anjing lalu ada orang naik motor. Ditabrak, jadi pengendara jatuh,” jelasnya.
Dijelaskan Raka, selain memberikan arahan dan imbauan ke masyarakat, pihaknya juga telah beberapa kali mengajak masyarakat menyelipkan aturan rabies atau aturan anjing liar dalam pararem (aturan adat) mereka. “Setiap kami sosialisasi, kami sudah sarankan untuk menerapkan itu,” terangnya.
Sejauh ini, baru ada dua desa yang menerapkan aturan rabies pada pararem mereka. Yakni Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh dan Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring.
Akan tetapi, yang menjadi masalah dari Dinas Pertanian adalah mendapat ancaman dari masyarakat. Dinas malah dituding tidak sayang anjing. “Kami malah diancam, dianggap tidak sayang anjing. Karena kami mengeliminasi, dibilang kami membunuh anjing,” keluhnya. Padahal, kata Raka, Dinas Pertanian yang membidangi hewan ini hendak membantu masyarakat Gianyar dalam menuntaskan kasus rabies. “Kami ingin selamatkan masyarakat,” tukasnya.
Adapun anjing liar yang berkeliaran itu bisa ditemui hampir di gang-gang rumah warga. Pantauan di lapangan ini, ada anjing yang sengaja diliarklan karena pada leher anjing berisi pita. Ada juga yang sampai gudig atau tidak terawat lantaran sengaja dibuang dan beranak pinak di jalanan.
Sementara itu, tujuh ekor anjing liar yang dieliminasi oleh Dinas Pertanian Klungkung untuk diambil sampel otaknya pasca ditemukan anjing positif rabies di Kelurahan Semarapura Klod Kangin, Klungkung, dinyatakan negatif reabies.
Pengambilan sampel otak anjing itu diduga sempat kontak langsung dengan anjing positif rabies yang mengigit lima warga setempat, Senin(25/6) lalu. Yakni menyerang seorang bocah Made Dwi Kantiningsih,5,5, warga Banjar Mergan, Kelurahan Semarapura Klod Kangin, pada Minggu pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Empat korban lainnya Ketut Sumerti (Jalan Kresna), Suriati (Jalan Kresna), Ketut Nyeri (Banjar Pande), Anak Agung Sri Agung (Jalan Gunung Niang). Kabid Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung, Anak Agung Raka Arnawa, mengatakan 7 anjing liar yang dieliminasi tersebut memang sudah diambil sampel otaknya. “Dari hasil lab hasilnya negatif rabies,” ujarnya Minggu (7/1).
Pihaknya akan tetap memberikan perhatian terhadap wilayah Kelurahan Semarapura Klod Kangin, mengingat juga masuk zona merah rabies. Selain itu berdasarkan kasus rabies di Klungkung juga ada desa lainnya masuk zona rabies. Yakni Desa Banjarangkan, Getakan, Tohpati, Timuhun, Semarapura Klod, Tegak, Besan, Gunaksa, Dawan Kaler. *nvi,wan
Anjing liar tidak saja ada di daerah pelosok seperti Payangan, juga di kawasan Ubud. Warga lokal dan para wisatawan pun makin ketakutan. Dinas Pertanian Gianyar yang membidangi masalah hewan, tak bisa berkutik menghadapi masalah ini.
Terkait keberadaan anjing liar tersebut, Kepala Dinas Pertanian Gianyar, Made Raka yang membidangi masalah hewan mengakui hal itu. “Ya, masih banyak masyarakat meliarkan anjing mereka. Padahal setiap turun dan sosialisasi, kami selalu memberikan arahan untuk mengandangkan atau mengikat anjing mereka,” ujar Made Raka, Minggu (1/7).
Dalam setiap kesempatan, kata Raka, pihak Dinas Pertanian Gianyar mengaku sudah meminta kepada masyarakat untuk tidak meliarkan anjingnya. “Dengan harapan supaya orang lain tidak menjadi korban,” jelasnya. Menurut Raka, ada dampak buruk dari keberadaan anjing liar. Pertama, mengenai masalah rabies yang belum 100 persen tuntas. “Yang kedua, ketika ada anjing lalu ada orang naik motor. Ditabrak, jadi pengendara jatuh,” jelasnya.
Dijelaskan Raka, selain memberikan arahan dan imbauan ke masyarakat, pihaknya juga telah beberapa kali mengajak masyarakat menyelipkan aturan rabies atau aturan anjing liar dalam pararem (aturan adat) mereka. “Setiap kami sosialisasi, kami sudah sarankan untuk menerapkan itu,” terangnya.
Sejauh ini, baru ada dua desa yang menerapkan aturan rabies pada pararem mereka. Yakni Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh dan Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring.
Akan tetapi, yang menjadi masalah dari Dinas Pertanian adalah mendapat ancaman dari masyarakat. Dinas malah dituding tidak sayang anjing. “Kami malah diancam, dianggap tidak sayang anjing. Karena kami mengeliminasi, dibilang kami membunuh anjing,” keluhnya. Padahal, kata Raka, Dinas Pertanian yang membidangi hewan ini hendak membantu masyarakat Gianyar dalam menuntaskan kasus rabies. “Kami ingin selamatkan masyarakat,” tukasnya.
Adapun anjing liar yang berkeliaran itu bisa ditemui hampir di gang-gang rumah warga. Pantauan di lapangan ini, ada anjing yang sengaja diliarklan karena pada leher anjing berisi pita. Ada juga yang sampai gudig atau tidak terawat lantaran sengaja dibuang dan beranak pinak di jalanan.
Sementara itu, tujuh ekor anjing liar yang dieliminasi oleh Dinas Pertanian Klungkung untuk diambil sampel otaknya pasca ditemukan anjing positif rabies di Kelurahan Semarapura Klod Kangin, Klungkung, dinyatakan negatif reabies.
Pengambilan sampel otak anjing itu diduga sempat kontak langsung dengan anjing positif rabies yang mengigit lima warga setempat, Senin(25/6) lalu. Yakni menyerang seorang bocah Made Dwi Kantiningsih,5,5, warga Banjar Mergan, Kelurahan Semarapura Klod Kangin, pada Minggu pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Empat korban lainnya Ketut Sumerti (Jalan Kresna), Suriati (Jalan Kresna), Ketut Nyeri (Banjar Pande), Anak Agung Sri Agung (Jalan Gunung Niang). Kabid Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian Kabupaten Klungkung, Anak Agung Raka Arnawa, mengatakan 7 anjing liar yang dieliminasi tersebut memang sudah diambil sampel otaknya. “Dari hasil lab hasilnya negatif rabies,” ujarnya Minggu (7/1).
Pihaknya akan tetap memberikan perhatian terhadap wilayah Kelurahan Semarapura Klod Kangin, mengingat juga masuk zona merah rabies. Selain itu berdasarkan kasus rabies di Klungkung juga ada desa lainnya masuk zona rabies. Yakni Desa Banjarangkan, Getakan, Tohpati, Timuhun, Semarapura Klod, Tegak, Besan, Gunaksa, Dawan Kaler. *nvi,wan
1
Komentar