Pemerintah Mengaku Salah
Nasib pencarian para korban tragedi KM Sinar Bangun ditentukan hari ini
JAKARTA, NusaBali
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengunjungi Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin (2/7). Hal itu ia lakukan guna melihat proses pencarian dan evakuasi korban Kapal Motor Sinar Bangun yang akan dihentikan.
Dalam kunjungan tersebut, Luhut sempat melakukan pertemuan dengan keluarga korban Sinar Bangun dan Basarnas. Dalam pertemuan itu, Luhut mendengar keluhan keluarga korban di Posko Terpadu Kecelakaan KM Sinar Bangun. "Saya memiliki ikatan emosional. Saya turut berduka cita atas kejadian ini. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi peristiwa seperti ini," kata Luhut kepada wartawan.
Kemudian, tanda-tanda penghentian pencarian dilihat Luhut dengan melakukan tabur bunga di atas KMP Sumut II di Perairan Danau Toba, Sumatera Utara. Hal ini dilakukan untuk mengenang seluruh jasad korban sebanyak 164 orang yang belum ditemukan hingga saat ini.
Luhut mengakui kelemahan pemerintah untuk melakukan pengawasan kapal motor penyeberangan sesuai dengan aturan dan tugasnya. Sebab itu, Kapal Sinar Bangun melakukan pelayaran tidak sesuai standar pelayaran.
"Inilah salah satu proses yang tidak bisa kita hindari, kalaupun ada salah. Saya mengakui ada juga kekurangan kami di sana," tutur Luhut dilansir vivanews. Luhut menjelaskan, dari laporan Bupati Samosir Rapidin Simbolon, ada 59 pelabuhan di Danau Toba. Tapi, tidak dilakukan pengawasan secara keseluruhan. Dengan itu, ia mengatakan akan dilakukan penataan secara maksimal dan tegas.
"Jadi memang kerja sama masyarakat juga untuk lebih disiplin bersama sama kita perlukan," kata Luhut. Sementara itu Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (dahulu Basarnas) menyatakan bakal memutuskan nasib operasi pencarian itu pada Selasa (3/7) hari ini. "Masih ada perpanjangan tiga hari ini sampai besok. Perpanjang atau tidak, ya, besok ini," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Basarnas Marsudi, seperti dilansir cnnindonesia, Senin (2/7).
Pencarian korban KM Sinar Bangun sudah memasuki hari ke-15. Marsudi mengakui ada kendala dalam proses evakuasi korban, meski posisi kapal sudah ditemukan. Pada operasi terakhir Basarnas telah mendeteksi objek bagian dari KM Sinar Bangun melalui peralatan Remotely Operated Vehicle (ROV), seperti kursi dan tali yang terdeteksi di koordinat 2 47 04.144 N - 098 45 10.560 E. "Kondisi mayat juga sangat sulit. Walau kita sudah melihat, cara mengambilnya sulit itu," ujarnya.
Kendati demikian, Marsudi mengaku Basarnas belum melakukan upaya pendekatan kepada keluarga korban terkait opsi penghentian pencarian. Dia mengatakan Basarnas bakal melakukan musyawarah kepada pihak keluarga korban apabila operasi pencarian akan dihentikan.
Terkait jumlah korban, data Badan SAR Nasional menunjukkan sampai saat ini 164 penumpang KM Sinar Bangun masih dinyatakan hilang. Sedangkan 21 orang dinyatakan selamat, dan tiga meninggal dunia. Namun, jumlah korban hingga kini masih simpang-siur karena ketiadaan data manifes kapal.
Pemkab Simalungun juga berencana mendirikan monumen demi mengenang peristiwa itu, dan pertanda bagi keluarga korban. "Nama-nama para korban dituliskan pada prasasti monumen itu," kata Saragih. *
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengunjungi Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Senin (2/7). Hal itu ia lakukan guna melihat proses pencarian dan evakuasi korban Kapal Motor Sinar Bangun yang akan dihentikan.
Dalam kunjungan tersebut, Luhut sempat melakukan pertemuan dengan keluarga korban Sinar Bangun dan Basarnas. Dalam pertemuan itu, Luhut mendengar keluhan keluarga korban di Posko Terpadu Kecelakaan KM Sinar Bangun. "Saya memiliki ikatan emosional. Saya turut berduka cita atas kejadian ini. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi peristiwa seperti ini," kata Luhut kepada wartawan.
Kemudian, tanda-tanda penghentian pencarian dilihat Luhut dengan melakukan tabur bunga di atas KMP Sumut II di Perairan Danau Toba, Sumatera Utara. Hal ini dilakukan untuk mengenang seluruh jasad korban sebanyak 164 orang yang belum ditemukan hingga saat ini.
Luhut mengakui kelemahan pemerintah untuk melakukan pengawasan kapal motor penyeberangan sesuai dengan aturan dan tugasnya. Sebab itu, Kapal Sinar Bangun melakukan pelayaran tidak sesuai standar pelayaran.
"Inilah salah satu proses yang tidak bisa kita hindari, kalaupun ada salah. Saya mengakui ada juga kekurangan kami di sana," tutur Luhut dilansir vivanews. Luhut menjelaskan, dari laporan Bupati Samosir Rapidin Simbolon, ada 59 pelabuhan di Danau Toba. Tapi, tidak dilakukan pengawasan secara keseluruhan. Dengan itu, ia mengatakan akan dilakukan penataan secara maksimal dan tegas.
"Jadi memang kerja sama masyarakat juga untuk lebih disiplin bersama sama kita perlukan," kata Luhut. Sementara itu Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (dahulu Basarnas) menyatakan bakal memutuskan nasib operasi pencarian itu pada Selasa (3/7) hari ini. "Masih ada perpanjangan tiga hari ini sampai besok. Perpanjang atau tidak, ya, besok ini," kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat (Kabag Humas) Basarnas Marsudi, seperti dilansir cnnindonesia, Senin (2/7).
Pencarian korban KM Sinar Bangun sudah memasuki hari ke-15. Marsudi mengakui ada kendala dalam proses evakuasi korban, meski posisi kapal sudah ditemukan. Pada operasi terakhir Basarnas telah mendeteksi objek bagian dari KM Sinar Bangun melalui peralatan Remotely Operated Vehicle (ROV), seperti kursi dan tali yang terdeteksi di koordinat 2 47 04.144 N - 098 45 10.560 E. "Kondisi mayat juga sangat sulit. Walau kita sudah melihat, cara mengambilnya sulit itu," ujarnya.
Kendati demikian, Marsudi mengaku Basarnas belum melakukan upaya pendekatan kepada keluarga korban terkait opsi penghentian pencarian. Dia mengatakan Basarnas bakal melakukan musyawarah kepada pihak keluarga korban apabila operasi pencarian akan dihentikan.
Terkait jumlah korban, data Badan SAR Nasional menunjukkan sampai saat ini 164 penumpang KM Sinar Bangun masih dinyatakan hilang. Sedangkan 21 orang dinyatakan selamat, dan tiga meninggal dunia. Namun, jumlah korban hingga kini masih simpang-siur karena ketiadaan data manifes kapal.
Pemkab Simalungun juga berencana mendirikan monumen demi mengenang peristiwa itu, dan pertanda bagi keluarga korban. "Nama-nama para korban dituliskan pada prasasti monumen itu," kata Saragih. *
Komentar