Musim Panen Cengkih, Pendaftaran Anak Sekolah Ditunda
Memasuki musim panen cengkih di sejumlah wilayah di Buleleng tidak hanya berdampak pada bidang ekonomi, tetapi juga berpangaruh di bidang pendidikan.
SDN 2 Bongancina Hanya Ada Dua Pendaftar
SINGARAJA, NusaBali
Gara-gara musim panen cengkih, sejumlah anak yang sudah siap didaftarkan di SD, ditunda oleh orangtuanya. Hal tersebut terkuak setelah Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng melakukan evaluasi sementara terhadap proses pendaftaran di seluruh wilayah Buleleng. Kasus itu ditemukan di sejumlah wilayah penghasil cengkih di Buleleng, seperti Banjar, Busungbiu dan Kubutambahan.
Sekretaris Disdikpora Buleleng, I Made Ngadeg yang ditemui Senin (2/7) kemarin menerangkan kasus itu memang ditemui di sejumlah wilayah. Masyarakat setempat mengaku menunda mendaftarkan anaknya ke sekolah SD, lantaran masih diajak menjadi kuli cengkih. “Mereka masih diajak orangtuanya maburuh cengkih dan mengaku akan didaftarkan setelah masuk sekolah,” kata dia.
Kondisi tersebut pun berpengaruh kepada jumlah siswa yang mendaftar di SD. Seperti misalnya disebutkan Ngadeg jumlah siswa yang sangat minim dilaporkan hanya berjumlah dua orang di SDN 2 Bongancina, Kecamatan Busungbiu, Buleleng. Meski masih ada waktu pendaftaran ulang, pihaknya pun berharap masyarakat yang masih menunda pendaftaran anak-anaknya untuk bersekolah segera dilakukan.
Jika kemungkinan terburuk terjadi dan tidak ada penambahan jumlah siswa baru, pihaknya pun mengaku segera akan berkoordinasi dengan atasan dan melakukan evaluasi. Menurut Ngadeg, situasi seperti itu dinilai sangat menggalaukan. “Satu sisi kalau diregrup, jarak warga di sana memang berjauhan, kalau dibiarkan juga pasti biayanya snagat tinggi,” imbuh dia.
Selain kasus itu pihaknya juga mengatakan, dengan diberlakukannya sistem zonasi dalam PPDB, sejauh ini masih saja ada penilaian sekolah favorit dan sekolah non favorit. Hal tersebut terlihat jelas pada jumlah pendaftaran siswa baru, yang membludak di sekolah favorit dan masih minim di sekolah non favorit. Hal tersebut disebutnya sudah ditangani dengan mengkomunikasikan dnegan Kepala Unit Pelaksana Pendidikan (KUPP) untuk disesialisasikan kepada sekolah dan masyarakat setempat. Sehingga sekolah yang mendapat siswa lebih dapat dialihkan ke sekolah terdekat di wilayah itu.
Sementara itu Ngadeg juga menjelaskan memberikan kebijakan kepada sekolah negeri disuatu wilayah terpencil dan tidak ada sekolah swasta terdekat. Sekolah itu bisa menerima siswa melebihi kuota penambahan rombel dengan ambang batas maksimal yang sudah ditentukan.*k23
SINGARAJA, NusaBali
Gara-gara musim panen cengkih, sejumlah anak yang sudah siap didaftarkan di SD, ditunda oleh orangtuanya. Hal tersebut terkuak setelah Panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng melakukan evaluasi sementara terhadap proses pendaftaran di seluruh wilayah Buleleng. Kasus itu ditemukan di sejumlah wilayah penghasil cengkih di Buleleng, seperti Banjar, Busungbiu dan Kubutambahan.
Sekretaris Disdikpora Buleleng, I Made Ngadeg yang ditemui Senin (2/7) kemarin menerangkan kasus itu memang ditemui di sejumlah wilayah. Masyarakat setempat mengaku menunda mendaftarkan anaknya ke sekolah SD, lantaran masih diajak menjadi kuli cengkih. “Mereka masih diajak orangtuanya maburuh cengkih dan mengaku akan didaftarkan setelah masuk sekolah,” kata dia.
Kondisi tersebut pun berpengaruh kepada jumlah siswa yang mendaftar di SD. Seperti misalnya disebutkan Ngadeg jumlah siswa yang sangat minim dilaporkan hanya berjumlah dua orang di SDN 2 Bongancina, Kecamatan Busungbiu, Buleleng. Meski masih ada waktu pendaftaran ulang, pihaknya pun berharap masyarakat yang masih menunda pendaftaran anak-anaknya untuk bersekolah segera dilakukan.
Jika kemungkinan terburuk terjadi dan tidak ada penambahan jumlah siswa baru, pihaknya pun mengaku segera akan berkoordinasi dengan atasan dan melakukan evaluasi. Menurut Ngadeg, situasi seperti itu dinilai sangat menggalaukan. “Satu sisi kalau diregrup, jarak warga di sana memang berjauhan, kalau dibiarkan juga pasti biayanya snagat tinggi,” imbuh dia.
Selain kasus itu pihaknya juga mengatakan, dengan diberlakukannya sistem zonasi dalam PPDB, sejauh ini masih saja ada penilaian sekolah favorit dan sekolah non favorit. Hal tersebut terlihat jelas pada jumlah pendaftaran siswa baru, yang membludak di sekolah favorit dan masih minim di sekolah non favorit. Hal tersebut disebutnya sudah ditangani dengan mengkomunikasikan dnegan Kepala Unit Pelaksana Pendidikan (KUPP) untuk disesialisasikan kepada sekolah dan masyarakat setempat. Sehingga sekolah yang mendapat siswa lebih dapat dialihkan ke sekolah terdekat di wilayah itu.
Sementara itu Ngadeg juga menjelaskan memberikan kebijakan kepada sekolah negeri disuatu wilayah terpencil dan tidak ada sekolah swasta terdekat. Sekolah itu bisa menerima siswa melebihi kuota penambahan rombel dengan ambang batas maksimal yang sudah ditentukan.*k23
Komentar