Aktivitas Gunung Agung Masih Tinggi
Sempat Terjadi Hujan Pasir di Kintamani, Abu Vulkanik Nyebar Sampai ke Jember
AMLAPURA, NusaBali
Aktivitas dapur magma Gunung Agung di Karangasem masih relatif tinggi, hingga berpeluang kembali terjadi erupsi disertai keluarnya material vulkani dan lava pijar. Sementara, abu vulkanik akibat erupsi Gunung Agung, Senin (2/7) malam, menyebar hingga ke Jembrana dan Jember (Jawa Timur).
Selama seharian, Selasa (3/7), sempat terjadi 3 kali erupsi Gunung Agung dengan mengepulkan asap putih dan kelabu. Erupsi pertama terjadi kemarin pagi pukul 09.28 Wita, dengan tinggi kepulan asap putih dan kelabu mencapai 2.000 meter yang bergerak ke arah barat. Erupsi tersebut dengan amplitudo 24 mm dan berdurasi 3 menit 38 detik.
Sedangkan erupsi berikutnya disertai kepulan asap kelabu setinggi 2.000 dengan amplitudo 21 mm, berdurasi hanya 420 detik. Sebelum erupsi Gunung Agung kemarin, sempat terjadi dua kali gempa vulkanik berkekuatan 5 SR.
"Erupsi masih potensial terus terjadi, karena kondisi Gunung Agung masih labil,” jelas Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Agung Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana, dalam keterangan persnya di Pos Pantau Gunung Api Agung, Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Selasa kemarin.
Karena aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi, kata Devy Kamil, dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar rapat evaluasi untuk mempertimbangkan apakah status Gunung Agung dinaikkan ke Level IV (Awas) atau masih tetap di Level III (Siaga). Berdasarkan pantauan hasil rekaman beberapa alat terkait aktivitas Gunung Agung, lanjut Devy, tidak ada menunjukkan peningkatan energi seismik (rambatan energi) yang besar. Sedangkan kondisi Gunung Agung tidak lagi memperlihatkan sinar api dari kawah. Itu pertanda energi lava menurun, berubah jadi lempengan.
Namun, Devy menegaskan, erupsi strombolian dengan lontaran lava pijar diprediksi masih akan terjadi, karena kondisi kawah yang sudah terisi lava. "Saat ini yang paling mungkin terjadi adalah lontaran lava pijar dan erupsi abu,” katanya.
Disebutkan, bila lava yang terpapar panas dari bawah gunung dan terdapat tekanan untuk naik, maka lava bisa terdorong, hingga memunculkan lontaran lava pijar atau erupsi strombolian, seperti yang terjadi Senin malam pukul 21.04 Wita. Erupsi strombolian itu kemungkinan karena pengerasan lava di permukaan, yang lazim terjadi karena lava mengalami penurunan temperatur.
Devy mengatakan, erupsi strombolian yang terjadi Senin malam tidak teramati adanya sinar api sebagai salah indikasi pengerasan magma. Namun, aliran fluida magma berupa gas dan cairan yang naik ke kawah terhambat oleh lava yang mengeras tersebut, kemudian terakumulasi pada kedalaman dangkal.
"Pada titik tertentu, lapisan lava di atas yang mengeras itu tidak mampu lagi menahan desakan magma dari bawah, hingga akhirnya terjadi erupsi strombolian,” katanya. Menurut Devy, bila di atas kawah terlihat sinar api, maka itu indikasi lava masih panas dan encer, sehingga gas dapat keluar dengan mudah. "Tapi, kalau di atas kawah sinar api tidak teramati seperti Senin malam, sebelum erupsi maka dapat berpotensi untuk terjadi kembali erupsi strombolian."
Setelah sempat terjadi erupsi strombolian, kata Devy, pihaknya tetap merekomendasikan daerah berbahaya pada radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Jadi, larangan mendaki Gunung Agung baik untuk masyarakat maupun wisatawan, masih berlaku. “Masyarakat yang bermukin dan beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu ke Gunung Agung, juga harus tetap meningkatkan kewaspadaan. Sebab, bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar dingin terutama di musim hujan bisa menghanyutkan material erupsi yang masih terpapar di sekitar puncak,” katanya.
Sementara itu, abu vulkanik akibat erupsi Gunung Agung, Senin malam menyebar ke arah barat di wilayah Kabupaten Bangli dan Jembrana. Untuk Bangli, paparan abu vulkanik, antara lain, terjadi di Desa Suter (Kecamatan Kitamani) dan objek wisata Penelokan, Desa Batur Selatan (Kecamatan Kintamani).
Di Desa Suter, tanaman milik warga diselimuti abu vulkani, termasuk buah jeruk yang siap panen. Menurut Prebekel Desa Suter, I Wayan Nyepeg, di kampungnya bahkan sempat dirasakan terjadi hujan pasir seikuran gula pasir, Senin malam, meski tidak berlangsung lama. “Beruntung, hujan abu dan pasir tidak terlalu lama. Hari ini (kemarin) kondisinya sudah lebih baik,” jelas Wayan Nyepeg saat dihubungi NusaBali, Senin kemarin.
Wayan Nyepeg mnyebutkan, sudah ada beberapa keluahan warganya sebagai dampak erupsi Gunung Agung, seperti tenggorokan terasa kering, mata perih, dan hidung seperti tersumbat. Sedangkan kalangan petani setempat khawatir hasil pertanian mereka rusak terpapar abu vulkanik.
“Warga kami hidup dari pertanian dan peternakan, sementara kondisinya seperti ini, jelas mereka khawatir. Tanaman sudah tertutup abu vulkanik. Kalaupun mau dibersihkan, air tidak ada. Kami berharap pemerintah bisa bantu untuk menyuplai air saat musin kering seperti sekarang,” harapnya.
Sedangkan Kasi Kedaruratan BPBD Bangli, I Ketut Agus Sutapa, menyatakan pemerintah setempat telah mengeluarkan surat yang ditujukan kepada seluruh camat, guna diinformasikan ke masyarakat. Intinya, masyarakat diimbau untuk beraktivitas seperti biasa, namun meningkatkan kewasapadaan. Masyarakat harus sipakan perlengkapan yang mendukung keselamatan diri bila Gunung Agung kembali erupsi, seprti masker, topi, kacamata, pakaian lengan panjang, dan celana panjang.
Selain itu, bila sewaktu-waktu kedatangan warga pengungsi dari Karangasem, diharapkan dapat dikoordinasikan dan dilaporkan kepada petugas di kecamatan maupun BPBD Bangli. “Masyarakat diharapkan ikuti imbauan resmi yang dikeluarkan pemerintah, jangan percayai berita yang tidak dapat dipercayai sumber kebenarannya,” jelas Agus Sutapa di Bangli, Selasa kemarin.
Bukan hanya wilayah Bangli yang terpapar abu vulkanik Gunung Agung, namun juga sejumlah kawasan di Jembrana. "Laporan yang masuk ke kami, wilayah Jembrana yang terpapar abu Gunung Agung rata-rata di daerah pegunungan," ungkap Kepala BPBD Jembrana, Ketut Eko Susilo, dikutip Antara di Negara, Selasa kemarin.
Kawasan di Jembrana yang terpapar abu vulkanik, antara lain, Dusun Sari Kuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya. Hujan abu juga terjadi di Desa Pengeragoan (Kecamatan Pekutatan), Desa Manistutu (Kecamatan Melaya), dan Kelurahan Gilimanuk (Kecamatan Melaya).
Bukan hanya itu, abu vulkanik Gunung Agung juga dilaporkan menyebar hingga ke Kabupaten Jember, Jawa Timur. "Sebagian warga merasakan guyuran hujan abu vulkanik yang sangat tipis. Namun, hingga kini saya belum mendapat laporan wilayah kecamatan mana saja yang terdampak abu vulkanik Gunung Agung," ungkap Kabit Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember, Heru Widagdo. *k16,e
Selama seharian, Selasa (3/7), sempat terjadi 3 kali erupsi Gunung Agung dengan mengepulkan asap putih dan kelabu. Erupsi pertama terjadi kemarin pagi pukul 09.28 Wita, dengan tinggi kepulan asap putih dan kelabu mencapai 2.000 meter yang bergerak ke arah barat. Erupsi tersebut dengan amplitudo 24 mm dan berdurasi 3 menit 38 detik.
Sedangkan erupsi berikutnya disertai kepulan asap kelabu setinggi 2.000 dengan amplitudo 21 mm, berdurasi hanya 420 detik. Sebelum erupsi Gunung Agung kemarin, sempat terjadi dua kali gempa vulkanik berkekuatan 5 SR.
"Erupsi masih potensial terus terjadi, karena kondisi Gunung Agung masih labil,” jelas Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Agung Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana, dalam keterangan persnya di Pos Pantau Gunung Api Agung, Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Selasa kemarin.
Karena aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi, kata Devy Kamil, dalam waktu dekat pihaknya akan menggelar rapat evaluasi untuk mempertimbangkan apakah status Gunung Agung dinaikkan ke Level IV (Awas) atau masih tetap di Level III (Siaga). Berdasarkan pantauan hasil rekaman beberapa alat terkait aktivitas Gunung Agung, lanjut Devy, tidak ada menunjukkan peningkatan energi seismik (rambatan energi) yang besar. Sedangkan kondisi Gunung Agung tidak lagi memperlihatkan sinar api dari kawah. Itu pertanda energi lava menurun, berubah jadi lempengan.
Namun, Devy menegaskan, erupsi strombolian dengan lontaran lava pijar diprediksi masih akan terjadi, karena kondisi kawah yang sudah terisi lava. "Saat ini yang paling mungkin terjadi adalah lontaran lava pijar dan erupsi abu,” katanya.
Disebutkan, bila lava yang terpapar panas dari bawah gunung dan terdapat tekanan untuk naik, maka lava bisa terdorong, hingga memunculkan lontaran lava pijar atau erupsi strombolian, seperti yang terjadi Senin malam pukul 21.04 Wita. Erupsi strombolian itu kemungkinan karena pengerasan lava di permukaan, yang lazim terjadi karena lava mengalami penurunan temperatur.
Devy mengatakan, erupsi strombolian yang terjadi Senin malam tidak teramati adanya sinar api sebagai salah indikasi pengerasan magma. Namun, aliran fluida magma berupa gas dan cairan yang naik ke kawah terhambat oleh lava yang mengeras tersebut, kemudian terakumulasi pada kedalaman dangkal.
"Pada titik tertentu, lapisan lava di atas yang mengeras itu tidak mampu lagi menahan desakan magma dari bawah, hingga akhirnya terjadi erupsi strombolian,” katanya. Menurut Devy, bila di atas kawah terlihat sinar api, maka itu indikasi lava masih panas dan encer, sehingga gas dapat keluar dengan mudah. "Tapi, kalau di atas kawah sinar api tidak teramati seperti Senin malam, sebelum erupsi maka dapat berpotensi untuk terjadi kembali erupsi strombolian."
Setelah sempat terjadi erupsi strombolian, kata Devy, pihaknya tetap merekomendasikan daerah berbahaya pada radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Jadi, larangan mendaki Gunung Agung baik untuk masyarakat maupun wisatawan, masih berlaku. “Masyarakat yang bermukin dan beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu ke Gunung Agung, juga harus tetap meningkatkan kewaspadaan. Sebab, bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar dingin terutama di musim hujan bisa menghanyutkan material erupsi yang masih terpapar di sekitar puncak,” katanya.
Sementara itu, abu vulkanik akibat erupsi Gunung Agung, Senin malam menyebar ke arah barat di wilayah Kabupaten Bangli dan Jembrana. Untuk Bangli, paparan abu vulkanik, antara lain, terjadi di Desa Suter (Kecamatan Kitamani) dan objek wisata Penelokan, Desa Batur Selatan (Kecamatan Kintamani).
Di Desa Suter, tanaman milik warga diselimuti abu vulkani, termasuk buah jeruk yang siap panen. Menurut Prebekel Desa Suter, I Wayan Nyepeg, di kampungnya bahkan sempat dirasakan terjadi hujan pasir seikuran gula pasir, Senin malam, meski tidak berlangsung lama. “Beruntung, hujan abu dan pasir tidak terlalu lama. Hari ini (kemarin) kondisinya sudah lebih baik,” jelas Wayan Nyepeg saat dihubungi NusaBali, Senin kemarin.
Wayan Nyepeg mnyebutkan, sudah ada beberapa keluahan warganya sebagai dampak erupsi Gunung Agung, seperti tenggorokan terasa kering, mata perih, dan hidung seperti tersumbat. Sedangkan kalangan petani setempat khawatir hasil pertanian mereka rusak terpapar abu vulkanik.
“Warga kami hidup dari pertanian dan peternakan, sementara kondisinya seperti ini, jelas mereka khawatir. Tanaman sudah tertutup abu vulkanik. Kalaupun mau dibersihkan, air tidak ada. Kami berharap pemerintah bisa bantu untuk menyuplai air saat musin kering seperti sekarang,” harapnya.
Sedangkan Kasi Kedaruratan BPBD Bangli, I Ketut Agus Sutapa, menyatakan pemerintah setempat telah mengeluarkan surat yang ditujukan kepada seluruh camat, guna diinformasikan ke masyarakat. Intinya, masyarakat diimbau untuk beraktivitas seperti biasa, namun meningkatkan kewasapadaan. Masyarakat harus sipakan perlengkapan yang mendukung keselamatan diri bila Gunung Agung kembali erupsi, seprti masker, topi, kacamata, pakaian lengan panjang, dan celana panjang.
Selain itu, bila sewaktu-waktu kedatangan warga pengungsi dari Karangasem, diharapkan dapat dikoordinasikan dan dilaporkan kepada petugas di kecamatan maupun BPBD Bangli. “Masyarakat diharapkan ikuti imbauan resmi yang dikeluarkan pemerintah, jangan percayai berita yang tidak dapat dipercayai sumber kebenarannya,” jelas Agus Sutapa di Bangli, Selasa kemarin.
Bukan hanya wilayah Bangli yang terpapar abu vulkanik Gunung Agung, namun juga sejumlah kawasan di Jembrana. "Laporan yang masuk ke kami, wilayah Jembrana yang terpapar abu Gunung Agung rata-rata di daerah pegunungan," ungkap Kepala BPBD Jembrana, Ketut Eko Susilo, dikutip Antara di Negara, Selasa kemarin.
Kawasan di Jembrana yang terpapar abu vulkanik, antara lain, Dusun Sari Kuning, Desa Tukadaya, Kecamatan Melaya. Hujan abu juga terjadi di Desa Pengeragoan (Kecamatan Pekutatan), Desa Manistutu (Kecamatan Melaya), dan Kelurahan Gilimanuk (Kecamatan Melaya).
Bukan hanya itu, abu vulkanik Gunung Agung juga dilaporkan menyebar hingga ke Kabupaten Jember, Jawa Timur. "Sebagian warga merasakan guyuran hujan abu vulkanik yang sangat tipis. Namun, hingga kini saya belum mendapat laporan wilayah kecamatan mana saja yang terdampak abu vulkanik Gunung Agung," ungkap Kabit Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember, Heru Widagdo. *k16,e
1
Komentar