Pengungsi Tiba, BPBD Belum Bersikap
"Kalau memang di Karangasem masih ada tempat mengungsi, lokasi aman masih banyak kan di sana dulu" (Kepala BPBD Gianyar AA Gde Oka Digjaya).
GIANYAR, NusaBali
Erupsi Gunung Agung yang disertai lontaran lava pijar dan suara dentuman, membuat penduduk radius 5 Km pilih mengungsi. Meski pergerakan pengungsi belum membludak, tercatat 18 pengungsi pilih berlindung di Kecamatan Tampaksiring, Gianyar.
Para pengungsi dari satu keluarga itu menginap sementara di rumah kerabatnya, I Wayan Tarka di Banjar Basangambu, Desa Manukaya. Mereka tiba pada Selasa (3/7) dini hari, setelah dijemput oleh Wayan Tarka. Kepala Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar Anak Agung Gde Oka Digjaya, menyatakan 18 pengungsi ini berasal dari Banjar Lusuh Kangin, Desa Pering, Kecamatan Selat, Karangasem. Mereka tiba di Tampaksiring pukul 02.00 kemarin. "Kami baru tahu pagi tadi. Mereka sudah didata oleh petugas kami," ujar Oka Digjaya.
Penjemputan 18 pengungsi ini berlangsung spontan oleh I Wayan Tarka. Mereka dijemput diajak ke Manukaya. Hingga Selasa sore kemarin, belasan pengungsi itu masih tinggal di kediaman I Wayan Tarka. Pengungsi yang datang berusia termuda 14 tahun dan tertua 76 tahun.
Mengenai kehadiran pengungsi ini, Oka Digjaya mengaku belum bisa berbuat banyak maupun mengambil sikap. "Kami masih menunggu imbauan dari Pemda Karangasem. Katanya surat masih dalam proses," ujarnya.
Dijelaskan Digjaya, dengan adanya surat dari pemerintah Karangasem, pihaknya bisa memperoleh kepastian. "Artinya kalau memang di Karangasem masih ada tempat mengungsi, lokasi aman masih banyak kan di sana dulu," ujarnya. Namun bukan berarti BPBD Gianyar menolak keberadaan pengungsi. "Kalau kami menyampaikan tanpa dasar hukum kan salah, makanya kami tunggu surat dulu," ungkapnya.
Meski demikian BPBD Gianyar tetap bersiap bila mendadak ada gelombang pengungsi dalam jumlah besar datang ke Gianyar. Langkah pertama, pengungsi diharapkan berkumpul dulu di Balai Budaya Gianyar. "Kami harapkan bila memang ada pengungsi ke sini, berkumpul saja dulu di Balai Budaya Gianyar, sembari kami akan kembali mempersiapkan tempat di Lapangan Sutasoma Sukawati," jelasnya.
Oka Digjaya menambahkan, hujan abu vulkanik juga sempat melanda Gianyar pada Senin malam hingga Selasa dini hari kemarin. Namun kawasan yang terkena hanya tiga kecamatan saja. Itu pun desa yang berada di wilayah utara, seperti Kecamatan Tampaksiring, Tegallalang dan Payangan. "Hanya daerah utara yang sempat terpapar abu vulkanik, petugas PMI juga langsung turun membagikan ratusan masker kepada warga yang beraktivitas di jalan," ujarnya.
Sementara itu, 10 warga Karangasem dari 3 kepala keluarga (KK) memilih mengungsi ke Balai Budaya Ida Dewa Agung Istri Kanya, Klungkung, Senin (2/7) malam. Pengungsi ini baru diketahui oleh petugas BPBD Klungkung Selasa (3/6) dinihari. Mengingat petugas yang siap menerima pengungsi menunggu di GOR Swecapura, Desa Gelgel, Klungkung. Terdapat seorang bayi yang berumur 7 hari yakni Ni Kadek Setiadewi, anak pasangan suami istri Made Agus Astawa,27, - Ni wayan suartini 25. Mereka warga Lingkungan Pati Kala, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem. Karena jumlah pengungsi relatif sedikit dan ada seorang bayi, maka mereka diungsikan sementara di ruang Kantor BPBD Klungkung.
Setelah mendapat kabar dari keluarganya di Besakih, bahwa kondisi sudah aman, mereka langsung pulang kampung. Beberapa di antaranya pulang secara mandiri menggunakan sepeda motor. Sedangkan bayi berusia 7 tahun itu dan keluarganya diantar petugas BPDB Klungkung menggunakan mobil dinas jenis Inova. “Kami kemarin panik saat terdengar demtuman keras dari Gunung Agung, kami kemudian langsung mengambil kendaraan untuk menyelamatkan diri,” ujar seorang pengungsi Ni Wayan Suartini.
Mereka mengungsi ke Balai Budaya Istri Kanya karena panik untuk mencari tempat yang aman. Sebelumnya mereka tinggal di Lombok sehingga belum mengetahui tempat yang sebelumnya diperuntukkan bagi pengungsi yakni di GOR Swecapura.
Kepala Pelaksana BPBD Klungkung I Putu Widiada mengatakan, Pemkab Klungkung siap menerima apabila ada pengungsi yang ingin mengungsi di Klungkung. Petugas siap menunggu pengungsi di GOR Swecapura. Apabila ada pengungsi yang ke Klungkung, Pemkab siap memfasilitasi. *wan,nvi
Para pengungsi dari satu keluarga itu menginap sementara di rumah kerabatnya, I Wayan Tarka di Banjar Basangambu, Desa Manukaya. Mereka tiba pada Selasa (3/7) dini hari, setelah dijemput oleh Wayan Tarka. Kepala Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar Anak Agung Gde Oka Digjaya, menyatakan 18 pengungsi ini berasal dari Banjar Lusuh Kangin, Desa Pering, Kecamatan Selat, Karangasem. Mereka tiba di Tampaksiring pukul 02.00 kemarin. "Kami baru tahu pagi tadi. Mereka sudah didata oleh petugas kami," ujar Oka Digjaya.
Penjemputan 18 pengungsi ini berlangsung spontan oleh I Wayan Tarka. Mereka dijemput diajak ke Manukaya. Hingga Selasa sore kemarin, belasan pengungsi itu masih tinggal di kediaman I Wayan Tarka. Pengungsi yang datang berusia termuda 14 tahun dan tertua 76 tahun.
Mengenai kehadiran pengungsi ini, Oka Digjaya mengaku belum bisa berbuat banyak maupun mengambil sikap. "Kami masih menunggu imbauan dari Pemda Karangasem. Katanya surat masih dalam proses," ujarnya.
Dijelaskan Digjaya, dengan adanya surat dari pemerintah Karangasem, pihaknya bisa memperoleh kepastian. "Artinya kalau memang di Karangasem masih ada tempat mengungsi, lokasi aman masih banyak kan di sana dulu," ujarnya. Namun bukan berarti BPBD Gianyar menolak keberadaan pengungsi. "Kalau kami menyampaikan tanpa dasar hukum kan salah, makanya kami tunggu surat dulu," ungkapnya.
Meski demikian BPBD Gianyar tetap bersiap bila mendadak ada gelombang pengungsi dalam jumlah besar datang ke Gianyar. Langkah pertama, pengungsi diharapkan berkumpul dulu di Balai Budaya Gianyar. "Kami harapkan bila memang ada pengungsi ke sini, berkumpul saja dulu di Balai Budaya Gianyar, sembari kami akan kembali mempersiapkan tempat di Lapangan Sutasoma Sukawati," jelasnya.
Oka Digjaya menambahkan, hujan abu vulkanik juga sempat melanda Gianyar pada Senin malam hingga Selasa dini hari kemarin. Namun kawasan yang terkena hanya tiga kecamatan saja. Itu pun desa yang berada di wilayah utara, seperti Kecamatan Tampaksiring, Tegallalang dan Payangan. "Hanya daerah utara yang sempat terpapar abu vulkanik, petugas PMI juga langsung turun membagikan ratusan masker kepada warga yang beraktivitas di jalan," ujarnya.
Sementara itu, 10 warga Karangasem dari 3 kepala keluarga (KK) memilih mengungsi ke Balai Budaya Ida Dewa Agung Istri Kanya, Klungkung, Senin (2/7) malam. Pengungsi ini baru diketahui oleh petugas BPBD Klungkung Selasa (3/6) dinihari. Mengingat petugas yang siap menerima pengungsi menunggu di GOR Swecapura, Desa Gelgel, Klungkung. Terdapat seorang bayi yang berumur 7 hari yakni Ni Kadek Setiadewi, anak pasangan suami istri Made Agus Astawa,27, - Ni wayan suartini 25. Mereka warga Lingkungan Pati Kala, Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Karangasem. Karena jumlah pengungsi relatif sedikit dan ada seorang bayi, maka mereka diungsikan sementara di ruang Kantor BPBD Klungkung.
Setelah mendapat kabar dari keluarganya di Besakih, bahwa kondisi sudah aman, mereka langsung pulang kampung. Beberapa di antaranya pulang secara mandiri menggunakan sepeda motor. Sedangkan bayi berusia 7 tahun itu dan keluarganya diantar petugas BPDB Klungkung menggunakan mobil dinas jenis Inova. “Kami kemarin panik saat terdengar demtuman keras dari Gunung Agung, kami kemudian langsung mengambil kendaraan untuk menyelamatkan diri,” ujar seorang pengungsi Ni Wayan Suartini.
Mereka mengungsi ke Balai Budaya Istri Kanya karena panik untuk mencari tempat yang aman. Sebelumnya mereka tinggal di Lombok sehingga belum mengetahui tempat yang sebelumnya diperuntukkan bagi pengungsi yakni di GOR Swecapura.
Kepala Pelaksana BPBD Klungkung I Putu Widiada mengatakan, Pemkab Klungkung siap menerima apabila ada pengungsi yang ingin mengungsi di Klungkung. Petugas siap menunggu pengungsi di GOR Swecapura. Apabila ada pengungsi yang ke Klungkung, Pemkab siap memfasilitasi. *wan,nvi
Komentar