Beberapa Perguruan Tinggi di Perancis Bakal Jajaki Kerjasama dengan ISI Denpasar
Pertemuan 10th Join Working Group Indonesia-France Cooperation 2018 in Higher Education, Research, Innovation and Entrepreneurship, mempertemukan para Rektor se-Indonesia dengan Perguruan Tinggi Perancis, 26-28 Juni 2018 di Futuroscipe, Poitiers, Perancis.
DENPASAR, NusaBali
Termasuk Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar juga ikut ambil bagian di dalamnya. Dari pertemuan itu, ternyata sejumlah perguruan tinggi di Perancis tertarik melakukan kerjasama dengan ISI Denpasar.
Hal tersebut diungkapkan langsung Rektor ISI Denpasar, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSkar MHum, Selasa (3/7). Tentu ini akan menambah daftar negara-negara yang bakal menjalin kerjasama dengan ISI Denpasar.
“ISI Denpasar belum pernah melakukan kerjasama dengan Perancis, kalau dengan yang lainya sudah sering. Sebab di Perancis memang tidak ada peguruan tinggi khusus seni. Kalau program studi di masing-masing universitas memang ada, baik desain, seni rupa, art plastic, dan pilihanya banyak,” ujarnya.
Prof Arya menyebut, setidaknya sudah ada tiga perguruan tinggi di Perancis yang tertarik melakukan kerjasama dengan lembaga ISI Denpasar. Hal ini dinilai sebagai langkah awal untuk melebarkan kerjasama yang lebih luas. Sementara ini, akan dilakukan dua skim program kerjasama, yaitu pertukaran antar dosen dan mahasiswa. “Sejauh ini sudah ada tiga universitas yang tertarik untuk kerjasama dengan ISI Denpasar. Ini sebagai langkah awal kita jalin komunikasi,” katanya.
Meski demikian, kata Prof Arya, kemungkinan masih ada kendala dalam bahasa selama akan melakukan kerjasama dengan Perancis. Sebab orang Indonesia (ISI Denpasar) sulit menggunakan Bahasa Perancis, begitu pun sebaliknya. “Namun negara Perancis sekarang sudah terbuka, tidak lagi idealis. Mereka sudah mulai terbuka menggunakan bahasa Inggris,” imbuhnya.
Ditambahkan Prof Arya, saat pertemuan itu ISI Denpasar berkesempatan mempresentasikan lembaga ISI Denpasar secara umum. Bagi ISI Denpasar, ini menjadi kepentingan strategis, sebab Perancis merupakan sebuah negara yang maju khususnya peradaban, di bidang penelitian terhadap budaya. Selain itu, ajang ini juga bertujuan untuk menjadi media saling bertukar informasi. Pertemuan 10th Join Working Group Indonesia-France Cooperation 2018 in Higher Education, Research, Innovation and Entrepreneurship sendiri merupakan pertemuan kerjasama bilateral kedua negara, yang diikuti lebih dari 200 peneliti dari berbagai lembaga perguruan tinggi, lembaga riset, industri dan media dari Indonesia dan Perancis.
Mengutip website Kemenristekdikti, Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Patdono Suwignjo yang hadir dalam agenda tersebut mengatakan, pertemuan tersebut harus dimanfaatkan untuk mencapai sasaran strategis dan output yang ingin dicapai sehingga hasilnya akan efektif. “Kerjasasama ini dapat dijadikan rujukan dalam berkolaborasi, dan Indonesia mengusulkan untuk menjajaki dan mempererat kerja sama bidang pendidikan vokasi, science and techno park, wolrd clas professor, centre of exelent dan pembelajaran daring,” ujar Dirjen Patdono yang membuka acara tersebut. *ind
Hal tersebut diungkapkan langsung Rektor ISI Denpasar, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha SSkar MHum, Selasa (3/7). Tentu ini akan menambah daftar negara-negara yang bakal menjalin kerjasama dengan ISI Denpasar.
“ISI Denpasar belum pernah melakukan kerjasama dengan Perancis, kalau dengan yang lainya sudah sering. Sebab di Perancis memang tidak ada peguruan tinggi khusus seni. Kalau program studi di masing-masing universitas memang ada, baik desain, seni rupa, art plastic, dan pilihanya banyak,” ujarnya.
Prof Arya menyebut, setidaknya sudah ada tiga perguruan tinggi di Perancis yang tertarik melakukan kerjasama dengan lembaga ISI Denpasar. Hal ini dinilai sebagai langkah awal untuk melebarkan kerjasama yang lebih luas. Sementara ini, akan dilakukan dua skim program kerjasama, yaitu pertukaran antar dosen dan mahasiswa. “Sejauh ini sudah ada tiga universitas yang tertarik untuk kerjasama dengan ISI Denpasar. Ini sebagai langkah awal kita jalin komunikasi,” katanya.
Meski demikian, kata Prof Arya, kemungkinan masih ada kendala dalam bahasa selama akan melakukan kerjasama dengan Perancis. Sebab orang Indonesia (ISI Denpasar) sulit menggunakan Bahasa Perancis, begitu pun sebaliknya. “Namun negara Perancis sekarang sudah terbuka, tidak lagi idealis. Mereka sudah mulai terbuka menggunakan bahasa Inggris,” imbuhnya.
Ditambahkan Prof Arya, saat pertemuan itu ISI Denpasar berkesempatan mempresentasikan lembaga ISI Denpasar secara umum. Bagi ISI Denpasar, ini menjadi kepentingan strategis, sebab Perancis merupakan sebuah negara yang maju khususnya peradaban, di bidang penelitian terhadap budaya. Selain itu, ajang ini juga bertujuan untuk menjadi media saling bertukar informasi. Pertemuan 10th Join Working Group Indonesia-France Cooperation 2018 in Higher Education, Research, Innovation and Entrepreneurship sendiri merupakan pertemuan kerjasama bilateral kedua negara, yang diikuti lebih dari 200 peneliti dari berbagai lembaga perguruan tinggi, lembaga riset, industri dan media dari Indonesia dan Perancis.
Mengutip website Kemenristekdikti, Direktur Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti), Patdono Suwignjo yang hadir dalam agenda tersebut mengatakan, pertemuan tersebut harus dimanfaatkan untuk mencapai sasaran strategis dan output yang ingin dicapai sehingga hasilnya akan efektif. “Kerjasasama ini dapat dijadikan rujukan dalam berkolaborasi, dan Indonesia mengusulkan untuk menjajaki dan mempererat kerja sama bidang pendidikan vokasi, science and techno park, wolrd clas professor, centre of exelent dan pembelajaran daring,” ujar Dirjen Patdono yang membuka acara tersebut. *ind
1
Komentar