Pengungsi Dibuatkan Bangunan Huntara
PVMBG Kementerian ESDM prediksi kecil kemungkinan terjadinya erupsi Gunung Agung dengan skala besar
Bupati Karangasem Siapkan Lahan 1,7 Ha di Dua Lokasi
AMLAPURA, NusaBali
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri siapkan lahan seluas 1,7 hektare untuk bikin bangunan hunian sementara (huntara) bagi pengungsi bencana erupsi Gunung Agung. Dengan dibangunnya huntara ini, pengungsi nantinya tidak lagi harus di-tampung menyebar di sejulah bale banjar, sekolah, dan fasilitas umum lainnya.
Lokasi huntara yang dirancang Bupati Mas Sumatri ini akan dibangun di dua desa wilayah Kecamatan Rendang, Karangasem, yakni Desa Rendang dan Desa Nongan. Sedangkan pembangunan huntara didanai APBN 2018 melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Jika kondisi Gunung Agung kelak sudah ke-mbali normal, dua unit huntara pengungsi tersebut nantinya akan digunakan untuk kepentingan sosial.
Rancana ini terungkap dalam rapat evaluasi terkait keberadaan pengungsi yang digelar di Pos Penanganan Bencana Gunung Agung di Gedung Terminal Dermaga Pesiar Tanah Ampo, Banjar Tanah Ampo, Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (4/7) siang mulai pukul 12.30 Wita. Selain Bupati Mas Sumatri, rapat kemarin dihadiri pula Deputi Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Yolak Dalimunthe, Kepala Bidang Kedaruratan Logistik BPBD Bali I Komang Edi, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, Kadis Perumahan dan Kawasan Permukiman Karangasem I Made Suama, dan Staf Ahli Bupati Karangasem I Wayan Sutapa.
Bupati Mas Sumatri menyebutkan, usulan untuk membangun huntara bagi pengungsi Gunung Agung ini sudah diajukan ke Kementerian PUPR akhir tahun 2017 lalu. Kementerian PUPR pun menyetujuinya. Dalam proyek huntara ini, Pemkab Karangasem tugasnya hanya menyediakan lahan, sedangkan dana dan pengerjaannya dari Kementerian PUPR. Pemkab Karangasem pun telah melakukan survei lokasi, hingga diputuskan membangun huntara pengungsi di Desa Nongan dan Desa Rendang. Lahan yang digunakan total seluas 1,7 hektare milik Pemprov Bali.
Menurut Bupati Mas Sumatri, lahan di dua lokasi itu telah dimohonkan ke Pemprov Bali melalui Biro Aset Setkab Karangasem, yang ditindaklanjuti Kadis Perumahan dan Kawasan Permukiman Karangasem I Made Suama. Pemprov Bali pun setuju lahannya seluas 1,7 hektare dipinjam pakai untuk membangun huntara pengungsi Gunung Agung.
"Nanti setelah ada dua huntara di Desa Rendang dan Desa Ngongan, dengan mudah bisa mengarahkan pengungsi ke tempat itu. Bangunan huntara nantinya mirip bale los, tinggal disekat-sekat jika pengungsi datang. Kita harapkan nanti tidak ada lagi pengungsi ditampung di bale banjar, sekolah, UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang, dan fasilitas umum lainnya," tegas Mas Sumatri.
Sedangkan Kadis Perumahan dan Kawasan Permukiman Karangasem, I Made Suama, mengatakan Pemprov Bali telah menyetujui pinjam pakai lahan seluas 1,7 hektare untul huntara pengungsi. "Tinggal menunggu pengerjaan bangunan dari Kementerian PUPR. Kami kan diminta hanya menyediakan lahan. Berapa biaya pembangunannya, Kementerian PUPR yang tahu," katanya saat rapat kemarin.
Sementara, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Yolak Dalimunthe, men-dorong agar segera dibangun huntara bagi pengungsi Gunung Agung. "Huntara itu bagus, sehingga pemerintah bersama relawan nantinya lebih mudah bekerja dan mengevakuasi pengungsi. Tidak perlu repot lagi mencari bale banjar atau sekolah untuk tempat mengungsi," kata Yolak Dalimunthe.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Kedaruratan Logistik BPBD Bali I Komang Edi mengaku berikan dukungan menuntaskan pembangunan huntara bagi pengungsi Gunung Agung. "Kami mengapresiasi inovasi Pemkab Karangasem membangun huntara, semua jadi dimudahkan di lapangan," jelas Komang Edi.
Sementara itu, Rabu kemarin kembali terjadi 3 kali erupsi Gunung Agung. Letusan kali ini hanya sebatas melontarkan material debu dengan ketinggian 2.500 meter dari puncak kawah Gunung Agung. Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana, menyatakan Gunung Agung masih rawan erupsi. Namun, diprediksi kecil kemungkinan Gunung Agung meletus dengan daya yang besar.
"Memang laju aliran lava ke permukaan ini melambat, tapi kita masih bisa merekam citra panas ini. Sehingga, kemungkinan terjadi eksplosif yang lebih besar akibat penyumbatan lava atau pengerasan ini relatif lebih kecil, karena masih ada citra panas," jelas Devy Kamil di Pos Pengamatan Gunung Api Agung PVMBG, Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Rabu kemarin.
Menurut Devy Kamil, pihaknya memprediksi kemungkinan erupsi yang akan terjadi di Gunung Agung adalah berupa lontaran lava pijar bertemperatur percikan 1.000 derajat celcius, dengan jarak maksimal 4 kilometer dari kawa puncak. Percikan lava ini sangat mudah membakar apa saja yang terkena.
"Lontaran lava pijar itu temperaturnya sangat tinggi. Kemungkinan saat keluar itu temperaturnya sekitar 1.000 derajat celcius. Itu sangat memungkinkan terjadinya kebakaran hutan di kawasan yang terkena lontaran lava," tandas pria asal Aceh ini.
Devy Kamil menegaskan, Status Gunung Agung hingga saat ini masih berada di Level III (Siaga). Karenanya, ancaman bahaya masih ditetapkan dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. "Kalau dilihat erupsi strombolian (erupsi dengan mengeluarkan lava pijar dan abu vulkanik) 2 Juli 2018 lalu, lontaran lava pijar masih kisaran 2 kilometer," katanya.
Meski aktivitas Gunung Agung masih tinggi, namun ancaman bahayanya belum melampaui radius 4 kilometer. Karenanya, PVMBG belum mempertimbangkan untuk meningkatkan status Gunung Agung ke Level IV (Awas). Devy Kamil pun mengimbau masyarakat yang berada di luar zona perkiraan bahaya untuk tetap tenang dan tidak panik, serta mengikuti sumber informasi yang jelas. *k16
AMLAPURA, NusaBali
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri siapkan lahan seluas 1,7 hektare untuk bikin bangunan hunian sementara (huntara) bagi pengungsi bencana erupsi Gunung Agung. Dengan dibangunnya huntara ini, pengungsi nantinya tidak lagi harus di-tampung menyebar di sejulah bale banjar, sekolah, dan fasilitas umum lainnya.
Lokasi huntara yang dirancang Bupati Mas Sumatri ini akan dibangun di dua desa wilayah Kecamatan Rendang, Karangasem, yakni Desa Rendang dan Desa Nongan. Sedangkan pembangunan huntara didanai APBN 2018 melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). Jika kondisi Gunung Agung kelak sudah ke-mbali normal, dua unit huntara pengungsi tersebut nantinya akan digunakan untuk kepentingan sosial.
Rancana ini terungkap dalam rapat evaluasi terkait keberadaan pengungsi yang digelar di Pos Penanganan Bencana Gunung Agung di Gedung Terminal Dermaga Pesiar Tanah Ampo, Banjar Tanah Ampo, Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem, Rabu (4/7) siang mulai pukul 12.30 Wita. Selain Bupati Mas Sumatri, rapat kemarin dihadiri pula Deputi Bidang Penanganan Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Yolak Dalimunthe, Kepala Bidang Kedaruratan Logistik BPBD Bali I Komang Edi, Kepala Pelaksana BPBD Karangasem Ida Bagus Ketut Arimbawa, Kadis Perumahan dan Kawasan Permukiman Karangasem I Made Suama, dan Staf Ahli Bupati Karangasem I Wayan Sutapa.
Bupati Mas Sumatri menyebutkan, usulan untuk membangun huntara bagi pengungsi Gunung Agung ini sudah diajukan ke Kementerian PUPR akhir tahun 2017 lalu. Kementerian PUPR pun menyetujuinya. Dalam proyek huntara ini, Pemkab Karangasem tugasnya hanya menyediakan lahan, sedangkan dana dan pengerjaannya dari Kementerian PUPR. Pemkab Karangasem pun telah melakukan survei lokasi, hingga diputuskan membangun huntara pengungsi di Desa Nongan dan Desa Rendang. Lahan yang digunakan total seluas 1,7 hektare milik Pemprov Bali.
Menurut Bupati Mas Sumatri, lahan di dua lokasi itu telah dimohonkan ke Pemprov Bali melalui Biro Aset Setkab Karangasem, yang ditindaklanjuti Kadis Perumahan dan Kawasan Permukiman Karangasem I Made Suama. Pemprov Bali pun setuju lahannya seluas 1,7 hektare dipinjam pakai untuk membangun huntara pengungsi Gunung Agung.
"Nanti setelah ada dua huntara di Desa Rendang dan Desa Ngongan, dengan mudah bisa mengarahkan pengungsi ke tempat itu. Bangunan huntara nantinya mirip bale los, tinggal disekat-sekat jika pengungsi datang. Kita harapkan nanti tidak ada lagi pengungsi ditampung di bale banjar, sekolah, UPT Dinas Pertanian Kecamatan Rendang, dan fasilitas umum lainnya," tegas Mas Sumatri.
Sedangkan Kadis Perumahan dan Kawasan Permukiman Karangasem, I Made Suama, mengatakan Pemprov Bali telah menyetujui pinjam pakai lahan seluas 1,7 hektare untul huntara pengungsi. "Tinggal menunggu pengerjaan bangunan dari Kementerian PUPR. Kami kan diminta hanya menyediakan lahan. Berapa biaya pembangunannya, Kementerian PUPR yang tahu," katanya saat rapat kemarin.
Sementara, Deputi Bidang Penanganan Darurat BNPB, Yolak Dalimunthe, men-dorong agar segera dibangun huntara bagi pengungsi Gunung Agung. "Huntara itu bagus, sehingga pemerintah bersama relawan nantinya lebih mudah bekerja dan mengevakuasi pengungsi. Tidak perlu repot lagi mencari bale banjar atau sekolah untuk tempat mengungsi," kata Yolak Dalimunthe.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Bidang Kedaruratan Logistik BPBD Bali I Komang Edi mengaku berikan dukungan menuntaskan pembangunan huntara bagi pengungsi Gunung Agung. "Kami mengapresiasi inovasi Pemkab Karangasem membangun huntara, semua jadi dimudahkan di lapangan," jelas Komang Edi.
Sementara itu, Rabu kemarin kembali terjadi 3 kali erupsi Gunung Agung. Letusan kali ini hanya sebatas melontarkan material debu dengan ketinggian 2.500 meter dari puncak kawah Gunung Agung. Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM, Devy Kamil Syahbana, menyatakan Gunung Agung masih rawan erupsi. Namun, diprediksi kecil kemungkinan Gunung Agung meletus dengan daya yang besar.
"Memang laju aliran lava ke permukaan ini melambat, tapi kita masih bisa merekam citra panas ini. Sehingga, kemungkinan terjadi eksplosif yang lebih besar akibat penyumbatan lava atau pengerasan ini relatif lebih kecil, karena masih ada citra panas," jelas Devy Kamil di Pos Pengamatan Gunung Api Agung PVMBG, Banjar Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Rabu kemarin.
Menurut Devy Kamil, pihaknya memprediksi kemungkinan erupsi yang akan terjadi di Gunung Agung adalah berupa lontaran lava pijar bertemperatur percikan 1.000 derajat celcius, dengan jarak maksimal 4 kilometer dari kawa puncak. Percikan lava ini sangat mudah membakar apa saja yang terkena.
"Lontaran lava pijar itu temperaturnya sangat tinggi. Kemungkinan saat keluar itu temperaturnya sekitar 1.000 derajat celcius. Itu sangat memungkinkan terjadinya kebakaran hutan di kawasan yang terkena lontaran lava," tandas pria asal Aceh ini.
Devy Kamil menegaskan, Status Gunung Agung hingga saat ini masih berada di Level III (Siaga). Karenanya, ancaman bahaya masih ditetapkan dalam radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. "Kalau dilihat erupsi strombolian (erupsi dengan mengeluarkan lava pijar dan abu vulkanik) 2 Juli 2018 lalu, lontaran lava pijar masih kisaran 2 kilometer," katanya.
Meski aktivitas Gunung Agung masih tinggi, namun ancaman bahayanya belum melampaui radius 4 kilometer. Karenanya, PVMBG belum mempertimbangkan untuk meningkatkan status Gunung Agung ke Level IV (Awas). Devy Kamil pun mengimbau masyarakat yang berada di luar zona perkiraan bahaya untuk tetap tenang dan tidak panik, serta mengikuti sumber informasi yang jelas. *k16
Komentar