Palegongan Klasik 'Bius' Penonton
Penampilan mereka diiringi perangkat gambelan yang sudah ada sejak 1912
Sekaa Palegongan Banjar Badung, Desa Lukluk
DENPASAR, NusaBali
Sekaa Palegongan Banjar Badung, Desa Lukluk, Mengwi, Badung ikut ambil bagian dalam parade tabuh dan tari pelegongan klasik yang menjadi salah satu materi di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40. Mereka tampil di Kalangan Ayodya Taman Budaya-Art Center, Denpasar, Rabu (4/7). Menariknya lagi, penampilan mereka diiringi perangkat gambelan yang sudah ada sejak 1912.
Hal tersebut diungkapkan penata tabuh, I Wayan Muliyadi. Seperagkat gambelan klasik itu warnanya memang terlihat pudar, namun auranya terlihat berbeda. Selain itu, karena gambelan ini juga disimpan di pura banjar setempat. “Yang kami bawa adalah gambelan yang ada sejak tahun 1912. Duplikat gamelan ini tidak ada, namun sampai sekarang suaranya masih tetap sama, tidak berubah,” jelasnya.
Menurut sejarahnya, seorang peneliti gambelan Bali dari Kanada, Colin McPhee, menemukan Gamelan Pelegongan Banjar Badung, Lukluk dibuat tahun 1912 oleh Pande Asem dari Tihingan. Dahulu gambelan ini dimiliki oleh AA Paja dari Puri Kapal yang kemudian dijual ke Banjar Badung. Pada tahun 1930an McPhee sempat mendokumentasikan dalam bentuk gambar dan video tanpa suara serta rekaman audio gending gaya pelegongan Lukluk ini.
Sekitar tahun 1920-an maestro Wayan Lotring dari Banjar Tegal, Kuta sempat juga melatih tabuh pelegongan klasik serta kreasi ciptaannya. Sampai sekarang gending ini masih dilestarikan di Banjar Badung. Begitu juga bilah gamelan yang sudah satu abad lebih ini serta pelawah aslinya masih dirawat dengan baik oleh masyarakat Banjar Badung.
Menurut Muliyadi, meski sudah berumur satu abad namun gamelan dirawat betul oleh masyarakat. Mereka tidak memberikan sentuhan apapun, dibiarkan alami. Jika dibirakan prada atau cat warna pada gamelan, justru malah menghilangkan taksu dari perangkat gamelan itu. Kesan klasik dari perangkat gamelan memberikan aura taksu yang kuat. Menurut Muliyadi, sebelum dibawa pentas ke luar banjar, terlebih dahulu melakukan matur piuning di pura tempat gamelan itu disimpan. “Tidak ada upacara khusus, cuma matur piuning saja,” katanya.
Lanjutnya, belum lama ini, pada tahun 2017, seorang koreografer dan designer dari Puri Kapal, AA Rahma Putra, menyarankan Sekaa Taruna Banjar Badung menemui, Vaughan Hatch (Wayan Pon Semara), peneliti gamelan pelegongan dari New Zealand, untuk membantu upaya restorasi gamelan tersebut supaya laras gambelan dikembalikan menyesuaikan dokumentasi lama yang dibuat Colin McPhee di tahun 1930. Sebelumnya gamelan ini pernah dilaras menjadi kekebyaran sehingga kesan lembut pelegongannya hilang.
Sementara itu, pada pementasan kemarin mereka membawakan sejumlah tabuh dan tari legong, diantaranya karya seni karawitan berjudul ‘Solo’ yang diciptakan oleh maestro Wayan Lotring. Tabuh Solo merupakan salah satu bentuk komposisi baru di luar pakem palegongan yang berlaku pada zamanya. Karya ini terinspirasi ketika tahun 1926, sekaa palegongan Kuta diundang pentas ke keraton Solo. Sepulangnya dari Solo, I Wayan Lotring terkenang-kenang pada gaya menabuh orang Jawa yang menginspirasi beliau menciptakan tabuh ini.
Sedangkan penampilan Legong Lasem mengisahkan tentang perjalanan Prabu (Adipati) lasem yang meminang putri dari kerajaan Daha (Kediri) yaitu putri Langkesari yang sudah terikat jalinan dengan Raden Panji dari Kahuripan, hingga akhirnya terjadi peperangan.
Selain dua seni klasik tersebut, ada pula dua karya kreasi. Pada bagian tabuh, dipersembahkan tabuh Genta Mas yang terinspirasi dari lantunan genta pemujaan yang seakan tak pernah putus dalam puja pemuliaan yang maha indah. Iringan genta ritus pemujaan dituangkan dalam bentuk gamelan samara pegulingan.
Sementara Legong Swabawaning Saraswati menggambarkan swabawaning (keagungan) Dewi Saraswati sebagai lambang ilmu pengetahuan dan seni yang diiringi oleh sekelompok angsa dan burung merak. Di dalam tarian legong ini dibawakan oleh sekelompok tujuh orang penari dengan gerakan tari Bali klasik dipadukan dengan gerakan tari kreasi baru. *ind
1
Komentar