Minta Pulang Pengungsi dari Luar Radius 4 Km
Menteri ESDM, Ignasius Jonan, menginstruksikan warga yang rumahnya berada di luar radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung agar kembali pulang dari pengungsian.
Menteri Jonan Terjun ke Pos Gunung Agung
AMLAPURA, NusaBali
Pasalnya, zona bahaya erupsi Gunung Agung hanya dalam radius 4 kilometer dari kawah. Instruksi ini disampaikan Menteri Jonan seusai rapat koordinasi di Pos Pengamatan Gunung Api Agung Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Kemen-terian ESDM, Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Kamis (5/7) sore. Pertemuan tertutup sore itu dihadiri langsung Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Kapolres Karangasem AKBP I Gusti Ngurah Ade Panji Anom, unsur Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), PVMBG Kementerian ESDM, dan jajaran terkait lainnya.
Berdasarkan data, jumlah pengungsi Gunung Agung per 4 Juli 2018 mencapai 4.540 orang, tersebar di sejumlah lokasi pengungsian di Karangasem. Menteri Jonan mengingatkan, pengungsi yang rumahnya berada di luar radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung agar kembali ke rumah masing-masing. “Jadi, pengungsi yang rumahnya berada di luar radius 4 kilometer agar kembali pulang saja," katanya.
Menurut Jonan, meski sempat terjadi letusan strombolian ditandai ledakan lava pijar hingga keluar menyusuri lereng Gunung Agung, namun itu sifatnya sesaat. Lava yang keluar sangat cair dan tidak terlalu membahayakan bagi warga yang bermukin di luar radius 4 kilometer. "Nanti perlu disosialisasikan mengenai bahaya erupsi Gunung Agung, dengan melibatkan Tim PVMBG," tandas Jonan.
Jonan menegaskan, pihaknya sudah mengerahkan petugas psikologi ke lapangan untuk memberikan sosialisasi terkait hal ini. “Saya minta diperbanyak petugasnya untuk para pengungsi. Apabila informasi dari petugas ini sudah bagus, saya yakin tidak ada ke khawatirkan dari masyarakat yang tetap memaksakan mengungsi karena takut," jelasnya.
Hingga saat ini, lanjut Jonan, tidak ada perluasan radius zona bahaya Gunung Agung. Status Gunung Agung juga masih dalam Level III (Awas). "Meskipun potensi erupsi Gunung Agung masih cukup tinggi, kami belum mengetahui kapan erupsi itu kembali timbul," tegas Jonan.
Menteri Jonan sendiri tiba di Pos Pengamatan Gunung Api Agung PVMBG di Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa Rendang, Kementerian ESDM, Kamis sore pukul 16.10 Wita. Hanya berselang 13 menit kemudian, Jonan langsung disambut erupsi Gunung Agung, sore pukul 16.33 Wita. Erupsi kemarin terjadi dengan amplitudo 24 mm, abu vulkanik setinggi 2.800 meter, durasi 536 detik, bergerak ke arah barat.
Menurut Kepala PVMBG Kementerian ESDM, Kasbani, selama seharian kemarin terjadi dua kali letusan Gunung Agung. Letusan pertama terjadi dinihari pukul 00.47 Wita, dengan tinggi abu vulkanik 1.000 meter, durasi 1 menit 43 detik. Letusan kedua terjadi sore pukul 16.33 Wita dengan tinggi abu 2.800 meter. "Dari letusan itu tidak ada lontaran lava pijar, yang keluar hanya berupa abu," tandas Kasbani.
Kasbani menegaskan, potensi erupsi Gunung Agung masih terus berlanjut, baik secara efusif seperti yang terjadi 28 Juni 2018 lalu maupun erupsi eksplosif dengan skala yang rendah. "Untuk tinggi kolom abu juga relatif, 2.500 meter hinga 2.800 meter dari puncak Gunung Agung. Sejauh ini tidak ada material vulkanik (abu dan batu) yang lontarannya melebihi radius 4 kilometer," katanya.
Dari data seismograf dan data deformasi, kata Kasbani, diketahui tidak ada tanda-tanda akan terjadinya erupsi yang lebih besar, apalagi sampai menghasilkan lava panas. "Namun, untuk potensi lava pijar masih terus terjadi saat Gunung Agung mengalami erupsi strombolian," sebut Kasbani.
Disebutkan, magma dalam kawah Gunung Agung yang terpantau dari citra satelit masih dalam kondisi encer dan gas-gasnya tidak terlalu banyak, sehingga lontarannya pun tidak besar. "Memang dari pengamatan di pos sering terjadi suara gemuruh dan dentuman, tapi ini wajar." *k16
AMLAPURA, NusaBali
Pasalnya, zona bahaya erupsi Gunung Agung hanya dalam radius 4 kilometer dari kawah. Instruksi ini disampaikan Menteri Jonan seusai rapat koordinasi di Pos Pengamatan Gunung Api Agung Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi (PVMBG) Kemen-terian ESDM, Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Kamis (5/7) sore. Pertemuan tertutup sore itu dihadiri langsung Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Kapolres Karangasem AKBP I Gusti Ngurah Ade Panji Anom, unsur Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), PVMBG Kementerian ESDM, dan jajaran terkait lainnya.
Berdasarkan data, jumlah pengungsi Gunung Agung per 4 Juli 2018 mencapai 4.540 orang, tersebar di sejumlah lokasi pengungsian di Karangasem. Menteri Jonan mengingatkan, pengungsi yang rumahnya berada di luar radius 4 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung agar kembali ke rumah masing-masing. “Jadi, pengungsi yang rumahnya berada di luar radius 4 kilometer agar kembali pulang saja," katanya.
Menurut Jonan, meski sempat terjadi letusan strombolian ditandai ledakan lava pijar hingga keluar menyusuri lereng Gunung Agung, namun itu sifatnya sesaat. Lava yang keluar sangat cair dan tidak terlalu membahayakan bagi warga yang bermukin di luar radius 4 kilometer. "Nanti perlu disosialisasikan mengenai bahaya erupsi Gunung Agung, dengan melibatkan Tim PVMBG," tandas Jonan.
Jonan menegaskan, pihaknya sudah mengerahkan petugas psikologi ke lapangan untuk memberikan sosialisasi terkait hal ini. “Saya minta diperbanyak petugasnya untuk para pengungsi. Apabila informasi dari petugas ini sudah bagus, saya yakin tidak ada ke khawatirkan dari masyarakat yang tetap memaksakan mengungsi karena takut," jelasnya.
Hingga saat ini, lanjut Jonan, tidak ada perluasan radius zona bahaya Gunung Agung. Status Gunung Agung juga masih dalam Level III (Awas). "Meskipun potensi erupsi Gunung Agung masih cukup tinggi, kami belum mengetahui kapan erupsi itu kembali timbul," tegas Jonan.
Menteri Jonan sendiri tiba di Pos Pengamatan Gunung Api Agung PVMBG di Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa Rendang, Kementerian ESDM, Kamis sore pukul 16.10 Wita. Hanya berselang 13 menit kemudian, Jonan langsung disambut erupsi Gunung Agung, sore pukul 16.33 Wita. Erupsi kemarin terjadi dengan amplitudo 24 mm, abu vulkanik setinggi 2.800 meter, durasi 536 detik, bergerak ke arah barat.
Menurut Kepala PVMBG Kementerian ESDM, Kasbani, selama seharian kemarin terjadi dua kali letusan Gunung Agung. Letusan pertama terjadi dinihari pukul 00.47 Wita, dengan tinggi abu vulkanik 1.000 meter, durasi 1 menit 43 detik. Letusan kedua terjadi sore pukul 16.33 Wita dengan tinggi abu 2.800 meter. "Dari letusan itu tidak ada lontaran lava pijar, yang keluar hanya berupa abu," tandas Kasbani.
Kasbani menegaskan, potensi erupsi Gunung Agung masih terus berlanjut, baik secara efusif seperti yang terjadi 28 Juni 2018 lalu maupun erupsi eksplosif dengan skala yang rendah. "Untuk tinggi kolom abu juga relatif, 2.500 meter hinga 2.800 meter dari puncak Gunung Agung. Sejauh ini tidak ada material vulkanik (abu dan batu) yang lontarannya melebihi radius 4 kilometer," katanya.
Dari data seismograf dan data deformasi, kata Kasbani, diketahui tidak ada tanda-tanda akan terjadinya erupsi yang lebih besar, apalagi sampai menghasilkan lava panas. "Namun, untuk potensi lava pijar masih terus terjadi saat Gunung Agung mengalami erupsi strombolian," sebut Kasbani.
Disebutkan, magma dalam kawah Gunung Agung yang terpantau dari citra satelit masih dalam kondisi encer dan gas-gasnya tidak terlalu banyak, sehingga lontarannya pun tidak besar. "Memang dari pengamatan di pos sering terjadi suara gemuruh dan dentuman, tapi ini wajar." *k16
1
Komentar