RSUD Penuh, Pasien Dirawat Dilorong
Pasien meningkat hingga seratus persen antara 120 – 140 orang setiap hari.
SINGARAJA, NusaBali
Situasi penuh sesak terlihat di RSUD Buleleng pada Selasa (15/3). Kondisi ini karena jumlah pasien membeludak. Di lain sisi, rumah sakit tidak dapat menampung lonjakan jumlah pasien. Akibatnya, banyak pasien harus dirawat di lorong bangunan, menunggu ada kamar kosong.
Seorang penunggu pasien asal Desa Temukus, Kecamatan Banjar, Buleleng, Lanang Surya mengaku, sudah dua hari menjalani perawatan di lorong dengan menggunakan velt bed. Ia pun harus bersabar menunggu hingga kamar rawat inap ada yang kosong. “Ya….mau bagaimana lagi, semuanya penuh. Kami sempat ke RS swasta juga sama,” ujar Lanang Surya, ditemui di lorong depan ruang UGD RSUD Buleleng, Selasa (15/3).
Situasi yang sama terlihat di semua ruangan di RSUD Buleleng. Puluhan pasien ditempatkan di velt bed yang disiapkan rumah sakit. Untuk diketahui velt bed adalah jenis tempat tidur lipat untuk pasien korban bencana. Pasien tersebut pun ditempat di lorong-lorong yang kosong. Lorong itu masih memungkinkan untuk diisi tempat tidur darurat tersebut.
Dirut RSUD Buleleng dr Gede Wiartana ketika ditemui di ruang kerjanya mengatakan, situasi rumah sakit kepenuhan ini sudah terjadi sejak sebulan lalu. Hal tersebut karena terjadi lonjakan pasien 100 persen.
Idealnya, RSUD Buleleng berkapasitas 298 bed, dikunjungi 60 – 70 pasien per hari. Namun sejak sebulan terakhir, pasien meningkat hingga seratus persen antara 120 – 140 orang setiap hari.
Pasien terbanyak kini karena gejala demam berdarah, mencret, struk ringan, dan lainnya. Lonjakan jumlah pasien juga terdeteksi di semua rumah sakit di Buleleng. Mengantisipasi hal tersebut, pihak rumah sakit terpaksa mengeluarkan velt bed. Sampai saat ini ada sekitar 40 velt bed yang dikeluarkan untuk perawatan pasien di dalam keadaan darurat.
Wiartana pun tidak menampik, sampai saat ini Buleleng masih kekurangan tempat tidur untuk pelayanan kesehatan. Hal itu dibandingkan dengan jumlah masyarakat di Buleleng. “Perbandingan idealnya 1.000 : 1, jadi 1.000 masyarakat satu bed,” terangnya.
Sedangkan penduduk di Buleleng sekitar 800.000 jiwa. Ini berarti rumah sakit di Buleleng sedikitnya menyediakan 800 tempat tidur. Sampai saat ini total tempat tidur yang dimiliki seluruh rumah sakit negeri dan swasta di Buleleng, sekitar 600 bed.
Masalah tersebut, menurut Wiartana, sebenarnya dapat diantisipasi dengan peran serta masyarakat dalam menjaga kesehatan. Misal selama ini jumlah pasien yang melonjak, masyarakat terkena DB. Padahal sebenarnya penyakit tersebut dapat ditanggulangi dengan kebiasaan hidup bersih di rumah masing-masing. “Harus ada peran serta masyarakat juga, selain pemerintah mengupayakan penyempurnaan layanan kesehatan,” tegas dia.
Penyempurnaan itu termasuk pembangunan RS Pratama dan IGD RSUD Buleleng. Jika bangunan baru tersebut sudah beroperasi, akan sangat membantu penyediaan 100 lebih tempat tidur tambahan. 7 k23
Komentar