nusabali

Dollar Masih Perkasa

  • www.nusabali.com-dollar-masih-perkasa

Rupiah masih mengalami pelemahan, sedangkan IHSG pada penutupan Kamis kemarin mengalami penguatan.

JAKARTA, NusaBali
Nilai tukar Rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta, Kamis (5/7) sore, ditutup melemah sebesar 31 poin menjadi Rp14.394 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.363 per dolar AS. Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, setelah sempat menguat pada perdagangan sebelumnya, laju Rupiah kembali melemah tipis. "Pergerakan sejumlah mata uang Asia yang melemah memberikan imbas negatif pada Rupiah," ujar Reza.

Dari dalam negeri, lanjut Reza, terlihat belum adanya sentimen yang cukup signifikan untuk mengangkat Rupiah sehingga kenaikan sebelumnya kembali diuji. "Aksi menahan diri dari pelaku pasar jelang pengenaan tarif terhadap sejumlah barang-barang impor Tiongkok berimbas pada pergerakan sejumlah mata uang yang cenderung flat," ujar Reza.

Sementara itu, pergerakan Yuan China (CNY) masih bertahan positif meski hanya naik tipis seiring masih adanya imbas dari langkah People's Bank of China yang melakukan upaya untuk menahan pelemahan mata uang tersebut dengan mempertahankan Yuan pada tingkat yang stabil dan masuk akal serta arus modal yang masih terkendali.

Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) sendiri pada Senin, tercatat nilai tukar Rupiah bergerak melemah ke posisi Rp14.387 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.343 per dolar AS. Berbeda dengan Rupiah, Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore ditutup menguat 5,69 poin atau 0,1 persen menjadi 5.739,33.

Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 2,2 poin (0,24 persen) menjadi 905,6. IHSG sendiri di saat pembukaan perdagangan melemah dan terus bertahan di zona merah. Hingga menjelang berakhirnya perdagangan, IHSG akhirnya menguat.

Menyikapi pergerakan dollar, anggota Komisi XI DPR RI yang menangani masalah ekonomi dan perbankkan, I Gusti Agung Rai Wirajaya menilai, dollar naik lantaran dipengaruhi beberapa hal. Antara lain, pengaruh The Fed serta perdagangan China dan Amerika.

Meski begitu, dalam waktu dekat rupiah disebutnya akan menguat. Ia memprediksi pertengahan Juli atau akhir Juli kurs dollar turun. "Saya yakin dollar akan turun ke angka Rp. 13.700 sampai Rp. 13.900 di bulan Juli ini," ujar Rai Wirajaya kepada NusaBali di Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Kamis (5/7).

Rai Wirajaya berpendapat seperti itu bukan tanpa alasan. Sebab, BI telah melakukan intervensi dan pasar saham yang menjadi barometer saat ini tidak anjlok sehingga beransur-ansur dollar bakal mengalami penurunan. Selain itu, tiga pihak yang berkepentingan dalam menangani masalah tersebut yakni Bank Sentral, OJK dan Kementerian Keuangan melakukan pelonggaran-pelonggaran.

Begitupula dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). "Mereka telah membicarakan masalah itu sesuai dengan undang-undang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan (PPSK)," kata Rai Wirajaya. Oleh karenanya, pihak-pihak yang memiliki otoritas moneter harus punya pemikiran seragam. Plus mereka tidak boleh ego sektoral. Dengan begitu dollar akan turun, walau tidak drastis menjadi Rp 13.000. "Untuk menjadikan Rp 13.000 kembali perlu waktu sampai akhir tahun. Paling dekat dollar turun Rp. 13.700-Rp. 13.900, jika tidak ada gejolak apa-apa," tandas Rai Wirajaya. *ant, k22

Komentar