Lahan Petani Garam Kian Tergerus
Setidaknya dari 50 kepala keluarga (KK) yang sebelumnya menjadi petani garam yang kini masih bertahan hanya 10 KK saja.
SEMARAPURA, NusaBali
Lahan petani garam di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung, kian terancam akibat abrasi. Karena semakin hari kondisi pesisir semakin menipis. Bahkan tahun 2017 sepanjang 300 meter kini lahan pengolahan garamnya sudah di bibir pantai.
Menurut seorang petani garam di Desa Kusamba I Ketut Kaping, abrasi semakin parah. Para petani garam pun tidak bisa berbuat banyak kondisi gelombang belakangan ini cukup tinggi. Gelombang terparah terjadi Februari 2018 lalu dengan ketinggian ombak 6 meter. “Tempat pengolahan garam dan gubuk rusak diterjang ombak,” ujarnya, Jumat (6/7).
Akibat kondisi tersebut, dirinya sampai tiga kali menggeser gubuk dan ladang penggaraman ke sisi utara. “Kalau tahun 2017 pesisir pantai sekitar 300 meter. Sekarang gubuk saya sudah dipindah ke sisi utara lagi 100 meter karena di tempat sebelumnya sudah menyentuh bibir pantai,” katanya. Abrasi ini semakin parah semenjak dibangun pemecah gelombang di areal bangunan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba.
Abrasi makin parah juga terjadi di pesisir pantai Lingkungan Batur, Desa Kusamba. Pesisir pantai pada tahun 2007 biasa dipakai olahraga sepak bola. Kini hanya tersisa sekitar 5 meter. Karena pesisir pantai kian berkurang. Maka ombak pun leluasa masuk ke pekarangan rumah warga di pesisir dan merusak kandang ternak ayam di pesisir pantai. “Saya sudah buatkan tanggul dari pasir dibungkus karung, tapi itu tidaklah berarti apa-apa untuk menahan ombak,” ujar seorang warga setempat yang kandang ternaknya hancur, yakni Dewa Putu Wat Arta,60.
Selain itu, nasib petani garam di pesisir pantai Lingkungan Batur juga semakin terancam. Karena tempat untuk mengolah garam di pesisir pantai sudah terkena abrasi. Setidaknya dari 50 kepala keluarga (KK) yang sebelumnya menjadi petani garam yang kini masih bertahan hanya 10 KK saja. “Saya juga dulu mengolah garam, sekarang sudah tidak bisa lagi,” keluhnya. Maka dirinya mencari alternatif lain seperti baternak, membuat tangkih (bahan upakara) dan lainnya. Ada pun panjang pantai di Klungkung mencapai 113,7 kilometer. Tercacat sekitar 25 kilometer yang masuk sebagai zona rawan abrasi. beberapa lokasi sudah tergerus.*wan
Menurut seorang petani garam di Desa Kusamba I Ketut Kaping, abrasi semakin parah. Para petani garam pun tidak bisa berbuat banyak kondisi gelombang belakangan ini cukup tinggi. Gelombang terparah terjadi Februari 2018 lalu dengan ketinggian ombak 6 meter. “Tempat pengolahan garam dan gubuk rusak diterjang ombak,” ujarnya, Jumat (6/7).
Akibat kondisi tersebut, dirinya sampai tiga kali menggeser gubuk dan ladang penggaraman ke sisi utara. “Kalau tahun 2017 pesisir pantai sekitar 300 meter. Sekarang gubuk saya sudah dipindah ke sisi utara lagi 100 meter karena di tempat sebelumnya sudah menyentuh bibir pantai,” katanya. Abrasi ini semakin parah semenjak dibangun pemecah gelombang di areal bangunan Pusat Pendaratan Ikan (PPI) di Pantai Karangdadi, Desa Kusamba.
Abrasi makin parah juga terjadi di pesisir pantai Lingkungan Batur, Desa Kusamba. Pesisir pantai pada tahun 2007 biasa dipakai olahraga sepak bola. Kini hanya tersisa sekitar 5 meter. Karena pesisir pantai kian berkurang. Maka ombak pun leluasa masuk ke pekarangan rumah warga di pesisir dan merusak kandang ternak ayam di pesisir pantai. “Saya sudah buatkan tanggul dari pasir dibungkus karung, tapi itu tidaklah berarti apa-apa untuk menahan ombak,” ujar seorang warga setempat yang kandang ternaknya hancur, yakni Dewa Putu Wat Arta,60.
Selain itu, nasib petani garam di pesisir pantai Lingkungan Batur juga semakin terancam. Karena tempat untuk mengolah garam di pesisir pantai sudah terkena abrasi. Setidaknya dari 50 kepala keluarga (KK) yang sebelumnya menjadi petani garam yang kini masih bertahan hanya 10 KK saja. “Saya juga dulu mengolah garam, sekarang sudah tidak bisa lagi,” keluhnya. Maka dirinya mencari alternatif lain seperti baternak, membuat tangkih (bahan upakara) dan lainnya. Ada pun panjang pantai di Klungkung mencapai 113,7 kilometer. Tercacat sekitar 25 kilometer yang masuk sebagai zona rawan abrasi. beberapa lokasi sudah tergerus.*wan
1
Komentar