Dicopot, Singyen Melawan
Putu Singyen menuding keputusan DPD I Golkar Bali adalah pembunuhan karakter.
SINGARAJA, NusaBali
Ketua DPD II Partai Golkar Buleleng Putu Singyen angkat bicara soal pencopotan dirinya dari posisi ketua. Meski belum menerima surat resmi, namun keputusan DPD I Golkar Bali dinilai sebagai tindakan pembunuhan karakter. Pasalnya, pencopotan itu dinilai tanpa melalui mekanisme partai, di samping alasan yang mendasari juga dianggap tidak masuk akal.
Putu Singyen yang ditemui di kediamannya di Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Sabtu (7/7), menuding alasan pencopotan dirinya dari posisi Ketua DPD II Partai Golkar Buleleng karena tidak aktif selama empat bulan, sebagai alasan yang dibuat-buat. Karena dengan alasan itu, masyarakat akan menilai, kekalahan pasangan calon nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra – I Ketut Sudikerta (Mantra–Kerta), di Buleleng dalam Pilgub Bali 27 Juni 2018, karena dirinya tidak bekerja. Padahal sejauh ini belum ada evaluasi tentang kekalahan paslon di Pilgub Bali 2018. Menurutnya yang bertanggungjawab atas kekalahan itu sejatinya ada di tangan Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali–NTB–NTT DPP Golkar Gede Sumarjaya Linggih.
“Sekarang kan belum ada evaluasi (kekalahan paslon, Red). Kalau mau dievaluasi menyeluruh, semuanya kena. Pak Sudikerta di rumahnya saja kalah. Ini jelas ada konspirasi lain. Jangan kekalahan itu dilempar ke saya. Memang saya tidak aktif waktu kampanye, tetapi saya juga membiayai massa kampanye di Buleleng, karena sama sekali tidak ada kucuran dana dari DPD I. Saya juga cetak baju banyak kok,” katanya.
Singyen mengungkapkan, semestinya elite partai di DPD I Golkar Bali tidak sampai membuat surat pencopotan, apalagi dengan alasan tidak aktif. Karena sebelum Pilgub, Singyen mengaku sudah pernah mengajukan pengunduran dirinya secara lisan, dengan alasan keluarga. Namun kala itu elite DPD I Golkar justru tidak mengizinkan. Keinginan itu pun sudah disampaikan kepada pengurus DPD II Golkar Buleleng, agar roda partai tetap berjalan.
“Saya memang punya masalah di dalam keluarga, karena itu saya sudah pernah menyampaikan pengunduran diri. Cuma waktu itu, pengunduran itu tidak saya sampaikan ke media, karena saya masih melihat partai, agar tidak ada persepsi lain, apalagi menjelang Pilgub. Tapi waktu itu, saya tidak diizinkan mundur. Tiba-tiba sekarang justru dicopot dengan alasan tidak aktif, ini kan lucu. Dulu minta mundur tidak dikasih, sekarang malah dicopot,” ungkapnya.
Menurut Singyen, dia tidak akan mempermasalahkan pencopotan tersebut, karena sejak awal sudah ada niat ingin mengundurkan diri. Namun pencopotan itu harus melalui mekanisme partai. Karena selama ini, tidak pernah ada pembinaan terkait dengan kesalahannya.
“Kalau saya dihubungi untuk diajak berkoordinasi tidak bisa, saya pertanyakan, apakah seperti itu mekanisme di partai. Semestinya ada surat menyurat. Tapi ini kan surat sama sekali tidak ada. Saya ini bukan orang baru di Golkar. Saya sangat mencintai Golkar dan berharap Golkar menjadi besar,” tandasnya.
Sementara Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali–NTB–NTT DPP Partai Golkar Gede Sumarjaya Linggih alias Demer saat dihubungi melalui ponselnya bernada mailbox.
Sedangkan Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali I Gusti Putu Wijaya secara terpisah mengatakan keputusan pencopotan Singyen adalah keputusan organisasi. “Semuanya itu ada dasar pertimbangannya. Saya tidak komentari lagi,” ujar Wijaya.
Sebelumnya melalui rapat DPD I Golkar Bali, Putu Singyen yang menjabat periode 2016–2021 dicopot dari posisinya sebagai Ketua DPD II Golkar Buleleng. Singyen dianggap lalai dan selama empat bulan tidak mengurus partai. Yang bersangkutan juga diindikasikan tidak bekerja di Pilgub Bali 2018.
Pencopotan Putu Singyen yang juga menjabat sebagai General Affair PT GEB (pengelola PLTU Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng), dari jabatan Ketua DPD II Golkar Buleleng diputuskan dalam rapat DPD I Golkar Bali yang digelar di Kantor Sekretariat DPD I Golkar Bali, Jalan Surapati 9 Denpasar, Kamis (5/7) malam. Rapat tersebut dipimpin Ketua DPD I Golkar Bali I Ketut Sudikerta, didampingi Sekretaris DPD I Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali I Gusti Putu Wijaya, Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar Gede Sumarjaya Linggih, serta dua anggota Bappilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar AA Bagus Adhi Mahendra Putra dan Dewa Made Widiyasa Nida.
DPD I Golkar Bali sejauh ini masih menutup rapat informasi terkait pencopotan Putu Singyen dari jabatan Ketua DPD II Golkar Buleleng. Namun, bocoran yang diperoleh NusaBali, Jumat (6/7), Putu Singyen dilengserkan karena beberapa kesalahan. Pertama, dianggap indisipliner dalam melaksanakan tugas organisasi. Kedua, tidak pernah aktif mengurus partai selama 4 bulan. Ketiga, tidak pernah koordinasi dengan induk partai.
“Konsolidasi tidak jalan, apalagi dalam penyusunan caleg dan verifikasi parpol, yang bersangkutan (Putu Singyen) tidak melaksanakan konsolidasi dengan baik. Dia tidak aktif selama 4 bulan,” ujar sumber NusaBali di lingkaran Golkar.
“Putu Singyen juga tidak pernah aktif selama Pilgub Bali 2018. Padahal, partai sedang bertempur mengusung pasangan Mantra-Kerta melawan Koster-Cok Ace,” lanjutnya.
Yang paling membuat DPD I Golkar Bali kesal, kata dia, adalah sikap Putu Singyen yang tidak komunikatif dan koordinatif. “Bayangkan, sebagai Ketua DPD II Golkat, selama 4 bulan tidak bisa dihubungi. Katanya ada masalah keluarga, tapi dipanggil dan dihubungi tidak datang. Dipanggil ke DPD I Golkat hadiri rapat tadi malam (Kamis), Putu Singyen juga tidak datang,” sesal sumber yang wanti-wanti namanya tidak dikorankan ini.
Itu sebabnya, DPD I Golkar Bali putuskan untuk mencopot Putu Singyen dari jabatan Ketua DPD II Gollkar Buleleng. Jabatan itu sebelumnya dipegang Putu Singyen sejak 1 Juli 2016, pasca terpilih menjadi Ketua DPD II Golkar Buleleng 2016-2021 menggantikan Nyoman Sugawa Korry melalui perhelatan Musyawarah Daerah (Musda).
DPD I Golkar Bali sudah menunjuk I Made Adhi Jaya sebagai Plt Ketua DPD II Golkar Buleleng, untuk mengisi kekosongan pasca dicopotnya Putu Singyen. Made Adhi Jaya adalah mantan Kepala Bappeda Provinsi Bali di era Gubernur Dewa Made Beratha. Politisi asal Kelurahan Astina, Kecamatan Buleleng ini kini manjadi Korwil Buleleng DPD I Golkar Bali.
Selaku Plt Ketua DPD II Golkar Buleleng, Adhi Jaya—yang juga mantan Asisten I Pemprov Bali—mendapatkan tugas untuk melaksanakan seluruh kegiatan organisasi. Termasuk di dalamnya lakukan menyusunan caleg DPRD Buleleng untuk Pileg 2018 dan mendaftarkannya ke KPU Buleleng.
Ketika dikonfirmasi NusaBali, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali, Gusti Putu Wijaya, awalnya mengelak membeber pencopotan Putu Singyen dari jabatan ketua DPD II Golkar Buleleng. Namun, setelah didesak, Wijaya akhirnya mengakui Putu Singyen telah dicpot.
Saat disinggung soal kabar Putu Singyen membelot di Pilgub Bali 2018, menurut IGP Wijaya, ada banyak versi. Namun yang pasti, Putu Singyen dicopot dan ditunjuk Plt Ketua DPD II Golkar Buleleng agar roda organisasi tidak macet. “Selama ini, dia (Putu Singyen) tidak pernah bisa hadir dengan alasan ada kesibukan. Ya begitu saja, selalu alasan kesibukan. Belakangan, malah tidak bisa dihubungi,” ujar Wijaya yang juga Ketua Tim Pemenangan Pilgub Bali 2018 DPD I Golkar Bali. * k19, nat
Putu Singyen yang ditemui di kediamannya di Desa Patemon, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Sabtu (7/7), menuding alasan pencopotan dirinya dari posisi Ketua DPD II Partai Golkar Buleleng karena tidak aktif selama empat bulan, sebagai alasan yang dibuat-buat. Karena dengan alasan itu, masyarakat akan menilai, kekalahan pasangan calon nomor urut 2, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra – I Ketut Sudikerta (Mantra–Kerta), di Buleleng dalam Pilgub Bali 27 Juni 2018, karena dirinya tidak bekerja. Padahal sejauh ini belum ada evaluasi tentang kekalahan paslon di Pilgub Bali 2018. Menurutnya yang bertanggungjawab atas kekalahan itu sejatinya ada di tangan Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali–NTB–NTT DPP Golkar Gede Sumarjaya Linggih.
“Sekarang kan belum ada evaluasi (kekalahan paslon, Red). Kalau mau dievaluasi menyeluruh, semuanya kena. Pak Sudikerta di rumahnya saja kalah. Ini jelas ada konspirasi lain. Jangan kekalahan itu dilempar ke saya. Memang saya tidak aktif waktu kampanye, tetapi saya juga membiayai massa kampanye di Buleleng, karena sama sekali tidak ada kucuran dana dari DPD I. Saya juga cetak baju banyak kok,” katanya.
Singyen mengungkapkan, semestinya elite partai di DPD I Golkar Bali tidak sampai membuat surat pencopotan, apalagi dengan alasan tidak aktif. Karena sebelum Pilgub, Singyen mengaku sudah pernah mengajukan pengunduran dirinya secara lisan, dengan alasan keluarga. Namun kala itu elite DPD I Golkar justru tidak mengizinkan. Keinginan itu pun sudah disampaikan kepada pengurus DPD II Golkar Buleleng, agar roda partai tetap berjalan.
“Saya memang punya masalah di dalam keluarga, karena itu saya sudah pernah menyampaikan pengunduran diri. Cuma waktu itu, pengunduran itu tidak saya sampaikan ke media, karena saya masih melihat partai, agar tidak ada persepsi lain, apalagi menjelang Pilgub. Tapi waktu itu, saya tidak diizinkan mundur. Tiba-tiba sekarang justru dicopot dengan alasan tidak aktif, ini kan lucu. Dulu minta mundur tidak dikasih, sekarang malah dicopot,” ungkapnya.
Menurut Singyen, dia tidak akan mempermasalahkan pencopotan tersebut, karena sejak awal sudah ada niat ingin mengundurkan diri. Namun pencopotan itu harus melalui mekanisme partai. Karena selama ini, tidak pernah ada pembinaan terkait dengan kesalahannya.
“Kalau saya dihubungi untuk diajak berkoordinasi tidak bisa, saya pertanyakan, apakah seperti itu mekanisme di partai. Semestinya ada surat menyurat. Tapi ini kan surat sama sekali tidak ada. Saya ini bukan orang baru di Golkar. Saya sangat mencintai Golkar dan berharap Golkar menjadi besar,” tandasnya.
Sementara Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali–NTB–NTT DPP Partai Golkar Gede Sumarjaya Linggih alias Demer saat dihubungi melalui ponselnya bernada mailbox.
Sedangkan Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali I Gusti Putu Wijaya secara terpisah mengatakan keputusan pencopotan Singyen adalah keputusan organisasi. “Semuanya itu ada dasar pertimbangannya. Saya tidak komentari lagi,” ujar Wijaya.
Sebelumnya melalui rapat DPD I Golkar Bali, Putu Singyen yang menjabat periode 2016–2021 dicopot dari posisinya sebagai Ketua DPD II Golkar Buleleng. Singyen dianggap lalai dan selama empat bulan tidak mengurus partai. Yang bersangkutan juga diindikasikan tidak bekerja di Pilgub Bali 2018.
Pencopotan Putu Singyen yang juga menjabat sebagai General Affair PT GEB (pengelola PLTU Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng), dari jabatan Ketua DPD II Golkar Buleleng diputuskan dalam rapat DPD I Golkar Bali yang digelar di Kantor Sekretariat DPD I Golkar Bali, Jalan Surapati 9 Denpasar, Kamis (5/7) malam. Rapat tersebut dipimpin Ketua DPD I Golkar Bali I Ketut Sudikerta, didampingi Sekretaris DPD I Golkar Bali Nyoman Sugawa Korry, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali I Gusti Putu Wijaya, Ketua Pemenangan Pemilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar Gede Sumarjaya Linggih, serta dua anggota Bappilu Wilayah Bali-NTB-NTT DPP Golkar AA Bagus Adhi Mahendra Putra dan Dewa Made Widiyasa Nida.
DPD I Golkar Bali sejauh ini masih menutup rapat informasi terkait pencopotan Putu Singyen dari jabatan Ketua DPD II Golkar Buleleng. Namun, bocoran yang diperoleh NusaBali, Jumat (6/7), Putu Singyen dilengserkan karena beberapa kesalahan. Pertama, dianggap indisipliner dalam melaksanakan tugas organisasi. Kedua, tidak pernah aktif mengurus partai selama 4 bulan. Ketiga, tidak pernah koordinasi dengan induk partai.
“Konsolidasi tidak jalan, apalagi dalam penyusunan caleg dan verifikasi parpol, yang bersangkutan (Putu Singyen) tidak melaksanakan konsolidasi dengan baik. Dia tidak aktif selama 4 bulan,” ujar sumber NusaBali di lingkaran Golkar.
“Putu Singyen juga tidak pernah aktif selama Pilgub Bali 2018. Padahal, partai sedang bertempur mengusung pasangan Mantra-Kerta melawan Koster-Cok Ace,” lanjutnya.
Yang paling membuat DPD I Golkar Bali kesal, kata dia, adalah sikap Putu Singyen yang tidak komunikatif dan koordinatif. “Bayangkan, sebagai Ketua DPD II Golkat, selama 4 bulan tidak bisa dihubungi. Katanya ada masalah keluarga, tapi dipanggil dan dihubungi tidak datang. Dipanggil ke DPD I Golkat hadiri rapat tadi malam (Kamis), Putu Singyen juga tidak datang,” sesal sumber yang wanti-wanti namanya tidak dikorankan ini.
Itu sebabnya, DPD I Golkar Bali putuskan untuk mencopot Putu Singyen dari jabatan Ketua DPD II Gollkar Buleleng. Jabatan itu sebelumnya dipegang Putu Singyen sejak 1 Juli 2016, pasca terpilih menjadi Ketua DPD II Golkar Buleleng 2016-2021 menggantikan Nyoman Sugawa Korry melalui perhelatan Musyawarah Daerah (Musda).
DPD I Golkar Bali sudah menunjuk I Made Adhi Jaya sebagai Plt Ketua DPD II Golkar Buleleng, untuk mengisi kekosongan pasca dicopotnya Putu Singyen. Made Adhi Jaya adalah mantan Kepala Bappeda Provinsi Bali di era Gubernur Dewa Made Beratha. Politisi asal Kelurahan Astina, Kecamatan Buleleng ini kini manjadi Korwil Buleleng DPD I Golkar Bali.
Selaku Plt Ketua DPD II Golkar Buleleng, Adhi Jaya—yang juga mantan Asisten I Pemprov Bali—mendapatkan tugas untuk melaksanakan seluruh kegiatan organisasi. Termasuk di dalamnya lakukan menyusunan caleg DPRD Buleleng untuk Pileg 2018 dan mendaftarkannya ke KPU Buleleng.
Ketika dikonfirmasi NusaBali, Wakil Ketua Bidang Organisasi dan Daerah DPD I Golkar Bali, Gusti Putu Wijaya, awalnya mengelak membeber pencopotan Putu Singyen dari jabatan ketua DPD II Golkar Buleleng. Namun, setelah didesak, Wijaya akhirnya mengakui Putu Singyen telah dicpot.
Saat disinggung soal kabar Putu Singyen membelot di Pilgub Bali 2018, menurut IGP Wijaya, ada banyak versi. Namun yang pasti, Putu Singyen dicopot dan ditunjuk Plt Ketua DPD II Golkar Buleleng agar roda organisasi tidak macet. “Selama ini, dia (Putu Singyen) tidak pernah bisa hadir dengan alasan ada kesibukan. Ya begitu saja, selalu alasan kesibukan. Belakangan, malah tidak bisa dihubungi,” ujar Wijaya yang juga Ketua Tim Pemenangan Pilgub Bali 2018 DPD I Golkar Bali. * k19, nat
Komentar