nusabali

Sukses Transplantasi Ginjal ke-10

  • www.nusabali.com-sukses-transplantasi-ginjal-ke-10

Salah satu yang bahagia dengan adanya program transplantasi ginjal di RSUP Sanglah adalah Ken Wiriati, 43. Suaminya, Wayan Eka, 43, yang didiagnosis alami gagal ginjal sejak 2014 lalu, kini suaminya sembuh.

RSUP Sanglah Target Dua Pasien Cangkok Ginjal dalam Sebulan

DENPASAR, NusaBali
Sejak program operasi transplantasi (cangkok) ginjal pertama yang dilakukan pada Januari 2016, tim medis RSUP Sanglah telah sukses melakukan transplantasi ginjal, setidaknya terhadap 10 pasien dalam kurun waktu 2016-2018.  Setelah awalnya dibantu tim dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), kini RSUP Sanglah sudah bisa mandiri melakukan operasi tersebut.

Program transplantasi ginjal sejalan dengan upaya pemerintah dalam penanggulangan penyakit ginjal terminal. Program transplantasi ginjal sebagai pengganti hemodialisa (cuci darah). Transplantasi dinilai menjadi salah satu pilihan yang lebih murah dibandingkan dengan cuci darah. Dalam hal ini, yang ditunjuk untuk melaksanakan program ini adalah beberapa rumah sakit tipe A.

Keberhasilan operasi cangkok ginjal, menurut Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah, Dr dr I Ketut Sudartana SpB-KBD, tidak lepas dari komitmem rumah sakit dalam mengoptimalkan pelayanan operasi cangkok ginjal yang digadang-gadang akan menjadi layanan unggulan. Karena itu, mulai operasi kelima mereka sudah mandiri melayani transplantasi ginjal.

Meski transplantasi ginjal menyedot biaya yang tidak sedikit, namun dr Sudartana menyebut, biaya transplantasi ditanggung oleh BPJS Kesehatan, baik pendonor maupun pasien. “Ini semua ditanggung BPJS. Jadi, meskipun kelas tiga tetap kami berikan ruang VIP karena perlu monitoring khusus. Untuk pendonor biaya yang dicover BPJS itu sekitar Rp 250 juta sedangkan pasien sekitar Rp 425 juta,” ungkapnya.

Target ke depan, kata dr Sudartana, ada dua pasien yang dilakukan cangkok ginjal dalam waktu sebulan. Pihaknya juga berharap dengan adanya layanan unggulan ini, RSUP Sanglah bisa menjadi rumah sakit unggulan tidak hanya di kancah Indonesia Timur saja, namun juga nasional.

Salah satu yang bahagia dengan adanya program transplantasi ginjal ini adalah Ken Wiriati, 43. Suaminya, Wayan Eka, 43, didiagnosis mengalami gagal ginjal sejak 2014 lalu. Namun berkat transplantasi ginjal, suaminya sembuh dan bahkan bisa beraktivitas seperti biasa.

Awalnya, Wayan Eka sempat menjalani hemodialisis (cuci darah) selama 4 tahun lamanya. Berbagai upaya pun dilakukan oleh Ken Wiriati dan keluarga untuk mencarikan solusi kesembuhan bagi kepala keluarga mereka. Sebab selama menjalani cuci darah, suaminya mengaku kesakitan setiap menjalani proses cuci darah. "Suami saya harus cuci darah rutin 2 sampai 3 kali dalam seminggu. Saya sedih, karena dia selalu merasa kesakitan,” katanya.

Akhirnya, sekitar awal Januari 2018, RSUP Sanglah mengabarkan kesiapannya dalam melakukan operasi cangkok ginjal kepada Wayan Eka. Sejumlah mekanisme pra-operasi seperti pemantauan kondisi, mental dan psikis pasien sangat diperlukan dalam menjalani proses cangkok ginjal ini. Teknis serupa juga diperlakukan terhadap pendonor, dalam hal ini adalah ibu keluarga sendiri, Nyoman Wartini, 58. Jangka waktu persiapan operasi ini memakan waktu setahun hingga benar-benar siap.

Sementara itu saat operasi, memakan waktu hingga 6 jam. Pasca operasi, Wayan Eka lalu dirawat secara intens dalam rangka pemulihan kondisi dan keamanan pencangkokan di ruang ICU selama dua minggu. *in

Komentar