Tampung Siswa Tercecer, 3 Sekolah Tambah Rombel
Tiga sekolah SMA/SMK negeri di Buleleng akhirnya menambah rombongan belajar (rombel).
SINGARAJA, NusaBali
Penambahan ini akibat pembludakan pelamar yang melebihi kuota di setiap sekolah. Penambahan rombel itupun terpaksa dilakukan untuk mengcover ratusan siswa yang tercecer. Hal tersebut dikatakan Kepala UPT Dinas Pendidikan Provinsi Bali di Buleleng, Made Suarja, Selasa (10/7) pagi. Sebelumnya, setelah pendaftaran ditutup pada 5 Juli lalu, di Buleleng masih ada ratusan siswa yang belum mendapatkan sekolah. Terbanyak di SMKN 1 Seririt, SMAN 1 Busungbiu dan SMAN 4 Singaraja. Sehingga tiga sekolah ini terpaksa menambah masing-maisng satu rombel.
Ada juga pada sekolah lainnya dengan jumlah anak tercecer lebih sedikit. Dari hasil laporan ke Dinas Provinsi Bali, masing-masing kepala sekolah yang mengalami kendala diinstruksikan untuk menambah rombel untuk menampung siswa yang tercecer tersebut. Sehingga sejauh ini permasalahan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Buleleng yang juga sempat kisruh terselesaikan. “Keputusannya kemarin (Senin, Red) siswa yang tidak diterima dan yang tercecer itu akhirnya ditampung dengan membuat rombel lagi. Tetapi kami imbau agar sekolah yang bersangkutan menghindari double shift,” kata dia.
Menurutnya proses pembelajaran double shift akan memperhitungkan pertimbangan baru, baik proses belajar mengajar, pengaturan guru, biaya operasional sekolah, termasuk efektivitas jam belajar pada malam hari. Selain itu akan riskan pada siswa yang jarak tempuh rumah ke sekolah jauh.
Peliknya masalah PPDB di Buleleng, menurut Suarja, karena banyak warga yang memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anak di sekolah yang diinginkan. Padahal ada tidak lolos dalam seleksi di empat jalur yang dibuka.
Kata dia, di Buleleng ada 30 SMA/SMK negeri dan 39 SMA/SMK swasta, sehingga mampu menampung lulusan SMP tahun ini. Hanya saja fanatisme masyarakat untuk menyekolahkan anak di sekolah negeri sangat tinggi. Hal ini karena image sekolah swasta di Buleleng yang banyak mengalami penurunan kualitas pengelolaan. “Meski tidak semua sekolah swasta, tetapi memang ada sekolah swasta yang harus diperbaiki sistem pengelolaannya, SDM dan terakhir kualitas pendidikannya, sehingga masyarakat tidak ragu lagi,” imbuh dia.*k23
Ada juga pada sekolah lainnya dengan jumlah anak tercecer lebih sedikit. Dari hasil laporan ke Dinas Provinsi Bali, masing-masing kepala sekolah yang mengalami kendala diinstruksikan untuk menambah rombel untuk menampung siswa yang tercecer tersebut. Sehingga sejauh ini permasalahan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Buleleng yang juga sempat kisruh terselesaikan. “Keputusannya kemarin (Senin, Red) siswa yang tidak diterima dan yang tercecer itu akhirnya ditampung dengan membuat rombel lagi. Tetapi kami imbau agar sekolah yang bersangkutan menghindari double shift,” kata dia.
Menurutnya proses pembelajaran double shift akan memperhitungkan pertimbangan baru, baik proses belajar mengajar, pengaturan guru, biaya operasional sekolah, termasuk efektivitas jam belajar pada malam hari. Selain itu akan riskan pada siswa yang jarak tempuh rumah ke sekolah jauh.
Peliknya masalah PPDB di Buleleng, menurut Suarja, karena banyak warga yang memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anak di sekolah yang diinginkan. Padahal ada tidak lolos dalam seleksi di empat jalur yang dibuka.
Kata dia, di Buleleng ada 30 SMA/SMK negeri dan 39 SMA/SMK swasta, sehingga mampu menampung lulusan SMP tahun ini. Hanya saja fanatisme masyarakat untuk menyekolahkan anak di sekolah negeri sangat tinggi. Hal ini karena image sekolah swasta di Buleleng yang banyak mengalami penurunan kualitas pengelolaan. “Meski tidak semua sekolah swasta, tetapi memang ada sekolah swasta yang harus diperbaiki sistem pengelolaannya, SDM dan terakhir kualitas pendidikannya, sehingga masyarakat tidak ragu lagi,” imbuh dia.*k23
1
Komentar