Permintaan Tinggi, Ekspor Manggis Bali ‘Tersendat ‘
Permintaan ekspor buah buah manggis Bali dari luar negeri tercatat tinggi. Namun permintaan tersebut tak terpenuhi.
DENPASAR, NusaBali
Pasalnya, manggis adalah produk buah bersifat musiman. Ekspor manggis dapat dilakukan, jika pada musimnya, yakni Agustus hingga Desember. Di luar bulan itu, permintaan manggis tidak mungkin dilakukan, karena belum musim panen.
Demikiang itu diungkapkan kKalangan pelaku ekspor buah/hortikultura di Bali. “Karenanya ekspor manggis, tidak bisa dilakukan secara teratur. Misalnya sebulan sekali,” ujar I Wayan Sugiarta, pengusaha hortikultura di Denpasar, Selasa (10/7). Sugiarta mencontohkan antusias pasar ekspor manggis ke Tiongkok, salah satu negara tujuan manggis. Menurut Sugiarta, jika ada stoknya, maka setiap bulan sesungguhnya bisa dilakukan pengiriman. Sekitar 30 kontainer rata-rata setiap bulan.
“Manggis Bali sangat digemari di China. Namun hal itu tidak mungkin dipenuhi, karena musim manggis tidak setiap saat,” ungkap Sugiarta. Ketidakteraturan ekspor karena faktor musim itulah, membuat ekspor manggis terkadang jomplang. Bukan karena permintaan ekspor tidak ada, tetapi karena tidak bisa memenuhi permintaan pasar.
Ekspor manggis dan produk buah lokal Bali, dilakukan dengan standar packing yang ditentukan, menyangkut standar kelayakan dan kemanan produk. Untuk sementara, packing house dilakukan di Pupuan Tabanan, milik Jero Tesan, yang juga salah satu ekspoter produk hortikultura Bali. “Packingnya sudah mengantongi sertifikat vito sanitary,” jelas Sugiarta.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, selama 2017-2018, ekspor ke Tiongkok (China) mencapai titik terendah pada Mei 2018. Penurunan tersebut dominan (-99,07 persen) diakibatkan menurunnnya ekspor buah (manggis).
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Distanbun) I Wayan Sunarta, menyatakan karena merupakan produk musiman itulah, manggis tidak bisa diekspor setiap saat.
“Itu kan produk bergantung pada alam. Bukan produk pabrik. Karena itulah, produk buah seperti manggis, baru diekspor pada saat musimnya bulanan,” ujar Sunarta.
Selain manggis, beberapa produk buah lokal Bali yang juga kerap diekspor adalah salak, yakni salak gula pasir dari Karangasem. Juga mangga Bali, yang dibudidayakan di Desa Depaha, Bondalem dan Tejakula ,Buleleng. Yang terakhir ini yakni mangga ekspornya lewat Situbondo, Jawa Timur. “Namun yang terbanyak adalah manggis,” kata Sugiarta. *K17
Pasalnya, manggis adalah produk buah bersifat musiman. Ekspor manggis dapat dilakukan, jika pada musimnya, yakni Agustus hingga Desember. Di luar bulan itu, permintaan manggis tidak mungkin dilakukan, karena belum musim panen.
Demikiang itu diungkapkan kKalangan pelaku ekspor buah/hortikultura di Bali. “Karenanya ekspor manggis, tidak bisa dilakukan secara teratur. Misalnya sebulan sekali,” ujar I Wayan Sugiarta, pengusaha hortikultura di Denpasar, Selasa (10/7). Sugiarta mencontohkan antusias pasar ekspor manggis ke Tiongkok, salah satu negara tujuan manggis. Menurut Sugiarta, jika ada stoknya, maka setiap bulan sesungguhnya bisa dilakukan pengiriman. Sekitar 30 kontainer rata-rata setiap bulan.
“Manggis Bali sangat digemari di China. Namun hal itu tidak mungkin dipenuhi, karena musim manggis tidak setiap saat,” ungkap Sugiarta. Ketidakteraturan ekspor karena faktor musim itulah, membuat ekspor manggis terkadang jomplang. Bukan karena permintaan ekspor tidak ada, tetapi karena tidak bisa memenuhi permintaan pasar.
Ekspor manggis dan produk buah lokal Bali, dilakukan dengan standar packing yang ditentukan, menyangkut standar kelayakan dan kemanan produk. Untuk sementara, packing house dilakukan di Pupuan Tabanan, milik Jero Tesan, yang juga salah satu ekspoter produk hortikultura Bali. “Packingnya sudah mengantongi sertifikat vito sanitary,” jelas Sugiarta.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat, selama 2017-2018, ekspor ke Tiongkok (China) mencapai titik terendah pada Mei 2018. Penurunan tersebut dominan (-99,07 persen) diakibatkan menurunnnya ekspor buah (manggis).
Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (Distanbun) I Wayan Sunarta, menyatakan karena merupakan produk musiman itulah, manggis tidak bisa diekspor setiap saat.
“Itu kan produk bergantung pada alam. Bukan produk pabrik. Karena itulah, produk buah seperti manggis, baru diekspor pada saat musimnya bulanan,” ujar Sunarta.
Selain manggis, beberapa produk buah lokal Bali yang juga kerap diekspor adalah salak, yakni salak gula pasir dari Karangasem. Juga mangga Bali, yang dibudidayakan di Desa Depaha, Bondalem dan Tejakula ,Buleleng. Yang terakhir ini yakni mangga ekspornya lewat Situbondo, Jawa Timur. “Namun yang terbanyak adalah manggis,” kata Sugiarta. *K17
1
Komentar