DLH Kekurangan Tenaga Pemangkas Pohon
Hampir setiap hari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bangli melakukan pemangkasan pohon perindang.
BANGLI, NusaBali
Permintaan pemangkasan pohon dari masyarakat cukup tinggi. Sementara petugas dan alat pemangkas jumlahnya terbatas. DLH Bangli juga belum mampu menempatkan petugas pemangkas pohon di masing-masing kecamatan.
Kepala DLH Bangli, Ida Ayu Gede Yudi Sutha, mengatakan petugas untuk melakukan pemangkasan pohon hanya tiga orang meliputi sopir, operator, dan pemangkas. Jumlah itu masih kurang sehingga DLH menarik petugas dari satgas lain untuk membantu kegiatan pemangkasan pohon. “Idealnya ada 5 sampai 6 orang untuk kegiatan pemangkasan. Petugas dibagi untuk mengawasi lalu lintas dan dua orang melakukan pemangkasan,” jelas Dayu Yudi Sutha, Kamis (5/7).
Dikatakan, setiap hari petugas pemangkas pohon keliling sesuai permintaan warga. Dengan beban kerja yang cukup banyak, jumlah petugas saat ini masih minim. “Petugas kami ini tidak ada libur karena harus keliling di seluruh kecamatan,” sebutnya. Akan lebih ideal jika ada petugas di masing-masing kecamatan serta didukung fasilitas memadai. “Petugas kami banyak yang pensiun, belum lagi ada yang kena mutasi sehingga belum bisa ditempatkan di masing-masing kecamatan,” tegasnya. Selain itu, alat juga minim. Jika kerja manual dengan memanjat pohon maka prosesnya lebih lama. *e
Kepala DLH Bangli, Ida Ayu Gede Yudi Sutha, mengatakan petugas untuk melakukan pemangkasan pohon hanya tiga orang meliputi sopir, operator, dan pemangkas. Jumlah itu masih kurang sehingga DLH menarik petugas dari satgas lain untuk membantu kegiatan pemangkasan pohon. “Idealnya ada 5 sampai 6 orang untuk kegiatan pemangkasan. Petugas dibagi untuk mengawasi lalu lintas dan dua orang melakukan pemangkasan,” jelas Dayu Yudi Sutha, Kamis (5/7).
Dikatakan, setiap hari petugas pemangkas pohon keliling sesuai permintaan warga. Dengan beban kerja yang cukup banyak, jumlah petugas saat ini masih minim. “Petugas kami ini tidak ada libur karena harus keliling di seluruh kecamatan,” sebutnya. Akan lebih ideal jika ada petugas di masing-masing kecamatan serta didukung fasilitas memadai. “Petugas kami banyak yang pensiun, belum lagi ada yang kena mutasi sehingga belum bisa ditempatkan di masing-masing kecamatan,” tegasnya. Selain itu, alat juga minim. Jika kerja manual dengan memanjat pohon maka prosesnya lebih lama. *e
Komentar